Selepas subuh Mas Bejo dan Bu Tini bahu-membahu menyiapkan kedatangan bulan agung penuh keutamaan. Keduanya dengan cermat dan penuh semangat membersihkan meja-kursi dan parabotan rumah lainnya. Setelah itu membersihkan dinding, pigura lukisan dan foto-foto, serta pernak-pernik dan hiasan. Â Â
"Jangan lupa sudut-sudut sempit, kolong, dan belakang meja-kursi, Bang. Bersihkan dari debu, tahi cicak, dan jelaga yang menempel. . .!" ucap Bu Tini yang membersihkan alat-alat dapur untuk dimasukkan ke dalam lemari.
"Siap, Komandan, , , , !" jawab Mas Bejo.
"Bersih rumah dengan segenap isinya menandai diri dan hati kita pun bersih.. . .!"
"Siap. Bersih, menandai diri dan hati. Apalagi, Komandan?"
"Lantai dipel minimal dua kali, lalu diberi pewangi anti kuman. Supaya selain brsih juga sehat. Nanti kalau para cucu datang dan bermain di lantai tetap aman dari kuman. . . !"
"Siap.. . . .!"
"Kerja yang cepat, gesit dan dengan sepenuh hati. Jangan ogah-ogahan kayak pegawai negeri. . . .uff, maaf. Kayak pekerja rodi. . . .!"
"Siap, Komandan. Jangan Suudzon ah. Mereka sudah bekerja keras, gaji kecil tidak naik-naik, maka bekerja pun agak santai tak apalah. . . .!" ucap Mas Bejo dengan setengah tertawa. Ia ingat dirinya sendiri pernah satu masa bersikap ogah-ogahan dan malas-malasan karena mendapatkan pimpinan yang tidak mendukung apalagi berempati pada pekerjaan anak buah.
"Oke. Laksanakan. . . .!"
"Laksanakan!"