Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Orang Partai, Mako Brimob, dan Amien Rais.

11 Mei 2018   06:51 Diperbarui: 11 Mei 2018   08:15 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
suasana mako brimob kelapa dua depok sebelum napi teroris menyerah

"Lima polisi dan satu napi tewas, Mas Bejo?" ulang Mang Oboy. "Pelakunya pasti para teroris. . . . !"

"Ya, memang kerusuhan di Blok C Mako Brimob Kelapa Dua Depok itu dihuni para teroris. Pengawasan lemah dan mungkin cenderung terlalu longgar.. . . ," ucap Mbak Murwo tak mau kalah. Di sela melayani pembeli ia selalu menyempatkan diri membuka aneka berita terkini dari gadgetnya.

Beberapa saat mereka terdiam. Tiga orang yang menghadapi piring lotek, kembali melakukan suapan terakhir. Sedang Mas Bejo dan Pak Edimus cuma pesen jus alpokat.

"Ini artinya terorisme yang beberapa waktu tiarap bakal bangkit kembali. Hati-hati. . . . !" ucap Pak Edimur. "Di tengah Pemerintah fokus pada persoalan bangsa selalu muncul para pengganggu, dan kini para teroris ikut ambil bagian. . . !"

"Beruntung akhirnya para teroris menyerah. Akhirnya 155 orang dipindahkan ke Nusa Kambangan. . . .!" ucap Mas Bejo.

Mbak Murwo dengan cepat menyelesaikan pesanan dua gelas jus alpokat dan langsung disodorkan di meja di depan Mas Bejo dan Pak Edimur. "Minum dulu es juice-nya supaya otak tetap dingin, tidak terbawa emosi dalam membahas setiap persoalan gawat di tanah air kita ini. . . !"

Tiba-tiba Mas Amin berdiri dan membayar tiga piring lotek dan dua gelas es juice. "Biar saya bayarin sesekali. Tapi saya minta maaf masih ada pekerjaan, jadi tidak bisa ikut ngerumpi lebih lama. . . .!"

"Cepat-sapat saja, Mas? Tapi minimal bikinlah satu komentar dulu, Pak Amin. . .!' ucap Pak Edimur dengan nada bercanda.

"Wah, jangan. Saya cuma Amin Kartamin mantan pejual ketoprak, bukan Amin Rais yang tokoh parpol itu. Soal komentar biar beliau saja yang rajin melakukan. Amin-amin yang lain termasuk saya harus lebih bijak ketika berbicara, atau diam. . . .!" jawab Mas Amin bernada menasihati.

Hahaha. Orang-orang tertawa tegelak-gelak. Ada sengat menohok dalam ucapan Mas Amin Kartamin itu. Mbak Murwo yang baru saja membaca berita tentang 'pemimpin sontoloyo' oleh bapak reformasi yang belakangan mendapat julukan sinis Sengkuni itu. Suara tawanya melengking seperti orang kesetrum, dan diakhiri dengan nafas terengah-engah serta batuk.*** 7-11/5/2018

*)  Sumber Gambar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun