"Latihan?"
"Semua kader dan pengurus parpol bercita-cita menjadi anggota dewan. Anggota DPR atau DPRD. Aku pun begitu, jadi anggota legeslatif. Ini jalan pintas untuk menjadi orang sukses, menjadi orang kaya raya Kerjanya rapat tiap hari, ngurus uang rakyat, dan membahas program-program Pemerintah untuk menghabiskan anggaran. . .!"
"Lalu main suap?"
"Husssy, jangan asal tuduh begitu. Tidak baik. Tidak semua anggota dewan brengsek. Banyak yang alim, jujur, dan terhormat. Tapi mungkin sesekali mereka lupa. . . .!"
Tiba-tiba datang Mang Oboy tukang tahu, dan Si Gondes penjual nsi goreng gerobak dorong.
"Cie-cie, ketemu lagi nih ye. . . . !" ucap Mang Oboy seraya meghentikan sepeda onthelnya, menstandarkan, lalu duduk di bangku kayu dekat gerobak lotek Mbak Murwo.
"Bakal seru ceritanya, kalau Mas Amin mau mempertimbangkan Mbak Murwo. . . !" tambah Si Gondes sambil tertawa-tawa.
Mas Amin menoleh, dan tertawa saja. Biasa, candaan tukang tahu dan tukang nasi goreng itu tak jauh-jauh dari gosip percintaan. Namun ya sebatas bercanda. Maka Mas Amin tak serius menanggapinya.
"Tapi dengar-dengar Mbak Murwo sudah ketemu jodohnya. Aku sih senang-senang saja. Nah, kalau belum . . . . . !" ujar Mas Amin kemudian.
"Kalau belum?" ulang Mbak Murwo dengan rasa penasaran.
"Kalau belum bakal diperebutkan antara Kang Murani dengan Wak Ja'far. Di kampung kita ini hanya dua orang itu yang siap nikah, siap jadi suami, dan terutama juga siap bertanggungjawab dunia-akhirat dengan siapapun yang mau jadi isterinya. . ..!" ucap Mang Oboy menyahut.