***
Sampai di depan rumah Bu Tini sudah menunggu. Wajahnya tampak berkerut. Pak Bejo buru-buru berdalih: "Antri. Biasa pembelinya banyak, Bu. . . .!"
"Masak sih, Ketua RT tidak bisa minta didahulukan?" sambut Bu Tini dengan nada bercanda.
"Minta bisa. Tapi penjual yang baik tetap melayani yang lebih dahulu datang. Pembeli siapapun jangan bikin malu diri sendiri dengan tidak mau antri. Ayo cepat makan, malah makin lapar nanti. . . Â hehe!" ujar Pak Bejo.
Bu Tini menyiapkan piring dan sendok-garpu, Disiapkan juga nasi putih dan krupuk yang tadi dibeli suaminya.
"Alhamdulillah. . . bissmillah. . . . !" ucap Pak Bejo sebelum memulai suapan pertama. Dan ia kembali ingat pada nasihatnya pada diri sendiri: bukan ijazah atau kemampuan kerja saja yang menjadikan seseorang mendapatkan matapencaharian dari pekerjaannya, tetapi terlebih juga modal berani, tidak malu, penuh inisiatif, jujur, disiplin, dan sanggup bekerja keras. Ungkapan itu sudah dipraktikkannya sendiri. ia tidak lulus sekolah menengah kejuruan, tapi keterampilan kerja terus diasah sehingga makin dipercaya orang sehingga mendapatka pekerjaan  yang memadai. . .!
"Enak, Pak?"
"Lapar itu obatnya cuma makan. Enak atau tidak enak itu nomor dua. Alhamdulillah kita masih diberi rezeki hari ini, Bu. . . !
Bu Tini tidak jadi meneruskan ucapannya "Pasti enak. Penjualnya Mbak Murwo yang makin pinter dandan dan tidak kehabisan bahan untuk ngobrol!" Sebab itu ungkapan rasa cemburu seberapapun kecilnya, sekaligus curiga, dan bibit ketidakpercayaan pada suami. Hal-hal kecil seperti itu jika dibiarkan berlarut-larut bisa menjadi bibit pertengkaran, dan tak mudah diduga bagaimana akhirnya. ***
Bandung, 30-4-2018