Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Bermain Catur, Botram, dan Rumah Sakit Jiwa (2)

13 April 2018   01:38 Diperbarui: 13 April 2018   01:54 626
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa saat pada ibu saling pandang. Dan bukannya dua orang jumblo itu yang mendekat, tetapi justru Bu Katrina. Janda cantik itu menyalami Kang Murbani dan Wak Ja'far dengan tersenyum manis sekali. "Kenalkan, nama saya Bu Katrina. . . . ! Profesi dokter. . . . .!"

Kang Murbani dan Wak Ja'far seperti mengkerut mendengar profesi wanita itu.

"Nama saya Kang Murbani. . . .!"

"Saya, Wak Ja'far. Yah, nanti kalau saya sakit pasti berobat ke tempat praktik Bu Dokter.. . .!"

"O, boleh. . . .boleh. Saya dokter spesialis penyakit jiwa. Apakah Wak Ja'far . . .  .?"

Ibu-ibu tertawa serempak. "Hahaha. Kang Murbani dan Wak Ja'far akan segera dibawa ke rumah sakit jiwa. . . . .!" ucap Bu Tini Subejo.

Permainan catur spontan bubar. Kedua jomblo itu tidak bersemangat lagi meneruskan rencana. Mereka sadar diri tidak perlu diteruskan. Keduanya merasa tidak selevel, merasa terlalu rendah bila harus berharap, merasa terlalu 'serupa pungguk merindukan bulan di langit'. Ahay. . . !*** (Selesai)

Bandung, 13 April 2018

Catatan: Korban tewas midras oplosan di Cicalengka per 10/4/2018 menjadi 41 orang

Cerpen sebelumnya:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun