Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Bermain Catur, Botram, dan Rumah Sakit Jiwa (1)

9 April 2018   17:27 Diperbarui: 9 April 2018   20:19 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mbak Murwo tercengang pada jumlah itu. "Dua puluh orang, Bu Tin? Dua puluh orang mati?"

"Betul. Dan enam orang lain masih dirawat. . . .!" sambung Bu Tin. Baru saja ia melihat di beria tv.  Sebelumnya ia membaca di media online berita menggemparkan itu. Dibacanya berulang-ulang, sampai hafal. Ia tidak mau salah kutip dan tidak cermat. Menurutnya, pada saat ini kalau ngomong tanpa data lebih baik diam. 

"Lalu soal Mak Enah itu bagaimana?"  tanya Mak Fatmah.

"Ya, terkejut sekali mengetahui anaknya mabuk miras oplosan. Semula Jajang mengaku sakit perut akibat makan batagor. Di rumah sakit baru mengaku hal yang sebenarnya. . . . !" lanjut Bu Tin sebelum pesan  pecel, rujak, juice alpokat, dan beberapa potong gorengan.

"Bu Tin yang mau traktir ya? Banyak amat pesannya?" tanya Mak Fatmah dengan keheranan.

Kang Murbani dan Wak Ja'far yang dari tadi nguping pembicaraan para ibu di dekat gerobak Mbak Murwo hanya tertawa-tawa saja. Tidak berkomentar. Sesekali menyeruput kopi, lalu menyomot gorengan, dan kembali berkonsentrasi ke papan catur. Mungkin mereka berpikir, mengurus bangsa ini rumit, para pendukung parpol oposisi yang rajin menyinyirinya pun perlu kenekatan; tapi main catur jelas lebih mengasyikkan dari apapun. Tidak rumit dan tidak perlu nekat.*** (Besambung)

Cerpen sebelumnya:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun