“Bukan! Jadi pembunuh. Namanya Karel, polisi yang menembak atasannya. . . . .!” ujar Murti dengan wajah murung. “Itu berarti sepuluh juta rupiah utangnya pada kita bakal sulit ditagih. . . . .!”
Agak siang Marjuki baru mendapatkan cerita lebih lengkap dari para tetangga tentang Sulfana yang batal nikah dengan Bripda Karel. Gedung untuk resepsi pernikahan sudah dipesan enam bulan lalu. Urusan catering, penata rias, musik hiburan dan undangan rampung. Namun entah kapan pernikahan bakal terlaksana.
Calon suami Sulfana mestilah menjalani proses pengadilan atas kesalahannya membunuh atasan. Hukuman berat selain dipecat juga masuk bui bertahun-tahun. Padahal sementara itu perkembangan perut Sulfana semakin buncit . . . . .!***
Cikarang-Cibaduyut, 30 Oktober – 1 November 2016
Sugiyanto Hadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H