Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Bang Frederiko pun Berkampanye

20 Oktober 2016   11:37 Diperbarui: 13 Juni 2019   08:07 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
euforia kampanye pilkada

Maka Bang Frederiko menjawab seenak perutnya. “Saya akan menggunakan pedekatan klasik, yaitu merangkul semua padepokan yang memiliki banyak anggota. Entah itu padepokan pengganda uang, padepokan guru spiritual para artis, maupun padepokan yang melayani urusan menambah keperkasaan pria – kecantikan wanita – kekebalan tubuh, hingga padepokan yang menangani para pecandu narkoba. . . . . hahaha!”

“Aneh ya. Lalu strateginya?” desak si gadis ketika seusai menulis sesuatu di notesnya.

“Strategi itu apa? Taktik, ya?” Bang Frederiko ganti bertanya sambil garuk-garuk kepala. “Oh anu, memberi banyak janji apa saja yang dapat dijanjikan. Buka lapangan pekerjaan banyak-banyak, bikin warung produktif, sekolah dan kesehatan gratis,  sembako gratis, tidak ada penggusuran, tidak ada program apapun yang menyengsarakan rakyat. . . . . .!”

“Strategi apa itu?”

“Strategi untuk menang mutlak! Memenangkan hati rakyat!”

“Tapi bagaimana mewujudkan semua janji dan mimpi itu kalau menang?”

“Itu soal nanti. Kalau sudah menang, semua bisa diatur, semua bisa dipermudah. Bukankah masyarakat kita dikenal sangat santun, penurut, mudah dibohongi dan takut bila digertak. . . . !”

Gadis itu tampak cemberut. Wajahnya kesal dan sebal. “Niatmu salah, Bang Frederiko, jahat dan sadis. Tapi kalau menang, dan kukira akan menang, sungguh tidak mudah mewujudkan logika gila itu. . . . .” ujar si Gadis seraya meninggalkan Bang Frederiko begitu saja.

Rasanya untuk saat ini, kampanye pemenangkan pemilu dan pilkada paling diminati adalah dengan melanggar semua ketentuan serapi dan secermat mungkin agar tidak diketahui umum. Begitu Bang Frederiko mengendus banyak modus kampanye yang pernah dilihatnya. Yang paling gila bahkan ada yang berani membeli harga diri salah seorang petugas pelaksana pemilu, kalau perlu ketuanya. Belilah berapa harganya, dan semua bisa diatur untuk semua tindakan yang melanggar aturan itu.

***

Tidak ada lagi kampanye konvensioanal: mengumpulkan masa, memasang spanduk-baliho-digital printing dan selebaran, bahkan juga tidak ada pawai-konvoi dan arak-arakan yang mengundang aksi tawuran-bentrok dan kerusuhan massal itu. Semua kampanye kali ini dikemas dalam berbagai acara dan program melalui layar tv, siaran radio dan media cetak maupun media online.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun