Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

(Cerpen) Ide Besar Denmas Sandi

22 September 2016   22:36 Diperbarui: 23 September 2016   00:23 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
menunggu bus lewat, Sumber Gambar: www.californiawatercolor.com

Dan benar, pada tahun ke sebelas dalam posisi menanti, Sandi baru mampu mewujudkan keinginannya mampir pada pelukan perempuan yang puitis dan bertubuh boros itu. Itupun kondisinya sudah tidak seperti dulu lagi. Sebab Madewi sudah beranak dua. Suami pertama mati, suami kedua minggat, dan suami ketiga tukang mabuk.

Tidak sempat meningkat pada mahligai rumah-tangga, Madewi minta pisah. Sandi bin Dalimin terlalu besar ide-ide dan rencananya, sehingga bahkan Madewi yang biasa bicara soal mimpi, soal keindahan pantai dan gunung, soal malaikat, dan kisah-kisah antah-berantah pun, tak mampu melayani. Sandi masih dalam status jomblo, dan sejak itu memang tidak pernah lagi mendekati cewek untuk memasang jerat. Sampai usia lima puluh lewat, Sandi tetap sendiri!

“Kinilah saatnya untuk menunjukkan pada dunia apa yang kumampu, apa yang kumau?

Tunggulah ide besar ini bakal menggegerkan dunia kesenimanan se antero negeri, tunggulah!” ucap Sandi sambil melangkah keluar pintu kamar kos. Pintu itu dibantingnya dalam sekali hentak, baru tertutup. Tidak perlu dikunci atau digembok, tidak ada apa-apa di dalam sana kecuali beberapa baju lawas, celana dan sarung teronggok berantakan, serta komputer tua yang lebih sering ‘hang’ daripada sehat!

Tentu dikempitnya map kertas warna merah dengan lembar-lembar kertas didalamnya, yang berisi semua ide hebat dan belum ada orang yang menemukannya.

Mendung tebal berhembus dari sebelah timur kota, mungkin sebentar lagi di sini pasti hujan lebat. Sandi ragu-ragu mau membawa payung atau tidak, atau lebih baik membawa jas hujan saja. Tapi memang tidak ada pilihan, ia punya kedua benda itu tapi sama-sama butut, dan akan sia-sia saja menghadang hujan yang selalu disertai angin kencang. Maka ya, lebih baik tidak membawa apa-apa, berdoa aja. Mudah-mudahan pas hujan ada tempat berteduh yang nyaman, atau sudah duduk manis di dalam bus kota.

“Mau kemana Denmas Sandi? Tumben, rapi banget! Mau lamaran ya. . . .?” pekik Yu Menik dari kejauhan. Jalannya repot membawa jinjingan ember kecil, dan di punggungnya tenggok besar berisi beberapa botol warna-warni berisi jamu.

 Sandi tidak menoleh, pura-pura tuli.

 “Sombong! Capek-capek kupanggil Denmas menoleh pun tidak. Sombong! ‘Kan perjanjiannya akan membeli jamuku kalau aku mau memanggilmu Denmas. Dasar seniman kere. . . . .!” gumam Yu Menik ngedumel. Tentu saja lelaki itu mendengar kata-kata menyakitkan itu. “Biar saja, lain kali kuladeni, mau berapa gelas, berapa botol jamu. Yang penting proyek ini harus berhasil. . . .!” bisik hati Sandi bin Dalimin coba menyabarkan diri.

Ia berjalan terus agak tergesa melewati gang demi gang, jalan tikus, lewat samping rumah dan halaman orang. “Pikiran jernihku tidak boleh dikotori dengan apapun,” ujarnya sendiri.

Belum sampai halte bus yang dituju gerimis mulai turun, tipis, lirih, seperti usapan tangan halus seorang ibu untuk bayinya. Sandi bin Dalimin mempercepat langkah, setengah berlari, lalu betul-betul berlari. Orang-orang lain juga berlarian. Ada yang mencari tempat berteduh, ada yang membuka payung atau jas hujan, dan ada pula yang terus berlari agar segera sampai ke halte bus.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun