Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

(Jokowi) Dari Tukang Koran untuk Jokowi

18 Desember 2015   19:01 Diperbarui: 22 Desember 2015   18:33 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Joko Widodo"][/caption]

1/

Tukang koran depan kampus kemarin pagi

Memancingku dengan ungkapan spontan

 “Cermati, Pak. Novanto mundur,

Dan bakal diikuti Jokowi!” Kenapa?

 

Sebab borok-dalam segera terungkap

Dan semua bermuara pada Pak Presiden

Siapa lagi? Dan mundur konsekuensinya

“Maka itulah kemenangan kami”, katanya

 

2/

Makin banyak saja orang sakit hati

Hidup mudah selama ini tak mungkin lagi

Sana-sini sudah ditutup-dibatasi

Orang makin gencar menghajar celah korupsi

 

“Ah, tidak segampang itu! Lihat

M. Riza Chalid yang licin, liat, dan lihai

Berkelit, dan entah sudah berapa banyak

Menanam ranjau. Mengumpan racun!”

 

3/

Tinggal Fahri Hamzah yang menggelepar

Ibarat  sidat terlempar ke darat, sekarat

Manuver dan taktik politiknya kejepit

Nafas tinggal satu-dua, dan matanya menyipit

 

Setelah  yang mulia anggota MKD masuk angin

Giliran semua yang berkuyup sikap koruptif

Menanti guyuran gerimis, tak pasti

Aneka harap sumber uang terpangkas habis

 

4/

Tinggal para komentator dan ilmuwan kompor

Jualan analisis semata pesanan dan bayaran

Riuh acara kata tv, ramai silang kata, gaduh

Dan semua berputar-putar mabuk logika rapuh

 

Begitulah kita di mana saja, bicara dan hanya

Cari gampang, cari senang, cari peluang

Korupsi berjamaah, berpayung system pun hukum

Menjarah serakah habis-habisan tak mau kalah

 

5/

Orang tidak lagi melihatmu sebagai

Lokomotif pembawa perubahan, tidak lagi

Selain hanya ingin engkau berhenti, sebab

Kepentingan mereka nyatalah sungguh terganggu

 

Mereka tak lagi satu persen warga yang

Menguasai 90 persen kekayaan negeri ini

Selebihnya dibagi rata, untuk kita yang

Ingin berdamai dengan nasib baik, dengan niat baik!

 

6/

 

Tukang koran berbisik padaku tadi pagi

“Jokowi tak akan pernah mundur! Sebab

Banyak yang mendoakan, mendukung, memuja

Bermodalkan kejujuran, kerja keras dan berani.”

 

“Dan kelak mestinya semua diterjang-ditendang

Hanguskan, libas, dan babat habis hingga tuntas

Negeri ini hanya butuh ketegasan, bukan pengecut

Tidak ada kata mundur, tidak ada kata takut!”

Bandung, 18 Desember 2015

 

===

 

 

(Jokowi) Jangan Mengingkari Hati Nurani

 

Jokowi bukan siapa-siapa bagiku, dan mungkin bagi banyak orang lain. Ia hanya menjadi seseorang yang banyak berjanji, dan merangkak dari jabatan publik kepala-daerah terendah, hingga kemudian di puncak.

Sangat mengagetkan, malah dapat dikatakan diluar dugaan. Itu kenapa orang gampang mencemooh, menghina, bahkan memfitnah. Jokowi hanya sebuah nama yang asing pada mulanya, aneh dan lucu penampilannya. Gamang dan canggung, lemah dan bodoh tampaknya. Sampai kemudian banyak yang terkecoh, dunia terhenyak oleh kemuskilan.

Namun sungguh tidak elok mempercayai semata gunjingan, apalagi fitnah. Sungguh tidak pantas kalau mendahulukan prasangka buruk. Layaknya persaingan lain, bahkan perilaku terburuk dilakukan. Dan kalau mau jujur, pasti kedua belah pihak bukan tidak tahu, dan bukan tidak melakukan.

Kini setelah setahun berlalu, dan ingar-bingar itu telah berlalu, masihkah perlu kita ungkit siapa menang-siapa kalah? Jokowi-JK  terlalu sibuk dengan banyak urusan yang bertumpuk dan terus bertumpuk untuk mengatasi problematika bangsa. Kalau harus terus menengok masa lalu, bernostalgia, memuja eforia, nyatalah bangsa ini akan tidak kemana-mana

 

Dan bila hari ini aku melihat Jokowi dengan sudut pandang berbeda tentu bukan hal yang luar biasa, maksudku biarlah aku sedikit menyanjungnya. Ternyata tak salah pilihanku lalu. Dia tidak saja bermental baja, kuat dan ulet, tapi juga cakap luar biasa, cerdik, tanggap dan bisa jadi bahkan waskita.

 

Biarlah waktu nanti yang menguji, dan waktu pula yang bakal memberi arti. Pesanku untuk Jokowi: “Jangan pernah engkau mengingkari hati nuranimu! Jangan kau elakkan takdirmu menjadi pahlawan bangsa ini!”

Bandung, 18 Desember 2015

 

 ====

sumber gambar : http://www.muhammadfadli.com/joko-widodo-portrait/

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun