Penutup
Itu saja ganjalan dan rasa gatal di hati ini bila membandingkan koran dengan media sosial. Jangan khawatir saya tidak akan mengatakan kepada siapapun, biarlah rasa ini saya pendam sendiri di dalam sanubari. Sebab siapalah saya kok berani-beraninya menasehati? Ketahuilah, zaman sudah berlari begitu kencang meninggalkan siapa saja -yang gaptek seperti saya- jauh ketinggalan.
Â
Namun bila ada yang sedikit peduli, saya ulangi tiga hal yang mungkin perlu dicermati : 1. Berilah ‘caption’ alias keterangan gambar secukupnya (tidak harus lengkap 5 W dan 1 H) saat memajang foto diri (foto lama, atau terbaru), supaya tidak membingungkan dan menggelikan orang lain dengan komentar nakal: narsis bingits sih loe? 2. Kurangi tingkat kerajinan dankesenangan kita dalam ber-copy paste, dan mulailah menulis sendiri (betapapun tidak atau kurang sempurna) dengan materi tulisan dari berbagai bahan ditambah pengalaman sendiri/teman/keluarga. 3. Biasakan membuat comment atau komentar yang cerdas dan lugas, memperkaya informasi, singkat-padat-jelas, tidak keluar konteks, dan tidak hanya berhaha-hihi bin basa-basi binti melucu tiada berarti…..
Â
Itu saja yang saat ini menjadi catatan saya terkait dengan faslitas memposting tulisan di blog keroyokan Kompasiana. Saya tidak punya pengalaman hebat apapun yang dapat saya tuliskan di sini selain ide-ide kecil-sederhana yang mungkin berguna bagi orang lain.
Â
Yak, sekian saja obrolan ini. Terimakasih jika suka menyimaknya, semoga bukan sebuah kesia-siaan. Mohon maaf bila banyak salah-salah kata, semoga tidak menimbulkan salah paham, apalagi salah kaprah. Wassalam.
Bandung, 29 September 2015
---
Tulisan sebelumnya:
- karena-kompasiana-makin-sulit-saja-saya-mendapatkan-ide-menulis
- rangkaian-kata-gagah-tapi-salah-ihwal-iklan-partai-perindo
- merindukan-yogya-dari-berangkat-hingga-menunggu-puisi
- gayus-mempraktekan-ungkapan-luar-biasa-dan-biasa-di-luar
- keberhasilan-gayus-di-kompasiana-sebuah-ironi