Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Bermedia Sosial Rasa Koran, karena Kompasiana

29 September 2015   16:45 Diperbarui: 29 September 2015   16:45 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Copas

Topik  yang dianggap sangat penting (lingkup daerah, nasional, dan internasional) menjadi menu utama setiap koran setiap hari, namun di sana tidak ada ‘copy paste alias copas’. Bahkan pada suratkabar yang bernaung pada grup perusahaan yang sama sekalipun. Kenapa? Ya, karena kepentingan dan kebutuhan setiap daerah berbeda, hal itu di sesuaikan dengan wilayah penyebaran koran tersebut.

 

Sebagai contoh koran dari grup Kompas, Jawa pos, atau Pikiran Rakyat edisi Bandung akan berbeda dengan edisi Cirebon atau Tasikmalaya. Menjadi tugas redaktur untuk menyusun berita (mungkin dengan sumber yang sama) sesuai kepentingan daerah masing-masing. Redaktur Koran edisi Bandung pasti mengupas lebih dalam soal korban terowongan Mina asal Bandung misalnya, sebaliknya redaktur edisi Cirebon kupasannya pun akan berbeda pula.

 

Jadi tiap koran itu tidak ada yang copy paste. Sayangnya di media sosial kegemaran menjadi agen penyebaran berita lain begitu besar, tanpa ada perasaan bersalah atau malu. Berita bohong dari sumber tidak jelas alias hoax yang secara berantai di-copas dan hal itu terasa sukar dibendung. Tiap hari/jam/menit ribuan bahkan jutaan copas terjadi, simpang-siur, tumpang-tindih, menjalar dan menyebar sampai jauh. Miris nggak sih?

 

Untuk tidak melakukan copas sama sekali memang sulit, namun jika tidak muncul kesadaran bahwa cara itu merupakan sikap cari gampang, cari cepat, cari murah, dan –mohon maaf lagi- cari pujian, niscaya tidak akan kita mengurangi atau malah  meninggalkannya. Pahadal dengan menulis sendiri (tentu dengan bahan-bahan yang ada, dari berbagai sumber) bakal tumbuh keterampilan/keahlian dan kebanggaan sediki demi sedikit. Pada tulisan kita itu dapat ditambahkan pengalaman sendiri, keluarga, teman, atau siapa saja yang nyambung.

 

Orisinalitas dan pertanggungjawaban pada hemat saya menjadi lebih tinggi. Karenanya saya sangat salut pada orang yang fb-an dan memiliki blog sendiri. Tulisan yang ditampilkan di sana –seberapa pun kualitasnya- pasti lebih bernilai kontekstual, aktual, dan kondisional dibandingkan sekedar copas….

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun