Caption
Foto diri yang mejeng dan narsis di fb menjadi hal yang sangat biasa. Tiap orang tampil beda, rajin tampil dengan latar-belakang tempat dan suasana berbeda, dan seterusnya. Banyak yang di tempat wisata, di luar/dalam negeri, di ruang publik, di restoran, dan entah lagi. Foto saja, kadang dengan ukuran medium, sering bahkan close up.
Â
Saya yakin tidak ada orang yang merasa wajahnya –mohon maaf- jelek yang mau bersusah payah tampil penuh gaya, bermanis muka, bertata-rias dan berbusana lengkap sedemikian kalau bukan untuk memancing rasa suka, acungan jempol, dan komentar penuh sanjungan.
Â
Namun bagi saya, ada perasaan kurang dan menimbulkan rasa was-was. Basa-basi apa yang harus saya tuliskan untuk berdamai dengan ketentuan umum sebuah persahabatan? Tidak ada! Tidak mungkin saya berterus-terang mengomentari hal-hal buruk pada wajah dan penampilan seseorang, sangat tidak mungkin…
Â
Lalu di mana salahnya? Tidak ada yang salah sebenarnya, toh semua orang melakukan hal itu. Mejeng, narsis, selesai. Padahal sebenarnya ada hal lain yang menjadikan foto itu mampu lebih berbunyi-bermakna-bercerita. Ya, buatlah ‘caption, atau keterangan gambar’ di situ. Tulislah mengenai latar-peristiwa kenapa harus mejeng di situ, bisa juga ditambahi dengan suasana waktu itu, perasaan apa yang tumbuh saat itu, apanya yang menarik/unik/beda, dst. dll. Keterangan gambar semakin perlu terlebih jika ada beberapa foto yang di-posting pada waktu berbeda mirip serial, hanya beda gaya, beda lokasi/latar-belakang.
Â
Jika kita gemar membuat caption, maka pada setiap akhir tahun akan kita dapati selain album foto juga aneka cerita-peristiwa yang menarik-penting-lengkap sebagai bagian dari pendokumentasian perjalanan hidup dan kehidupan kita masing-masing. Cakep nggak tuh?
Â