[caption caption="sketsa tugu yogkarta"][/caption]
Sumber gambar: http://richo-docs.blogspot.co.id/2012/04/artwork-sketsa-tugu-yogyakarta.html
Berangkat dari Stasiun Tugu
di gerbong sebelas
kereta api ekonomi tak berkelas
aku terperangkap dalam bordes
berjejalan sulit bernafas
hidup terasa tak lagi utuh
mauku cepat melaju ke timur
menjemput bermacam harapan menjamur
dengan memendam tanya
aku yang meninggalkanmu
atau justru kamu
yang semena-mena menggebahku?
Â
stasiun Tugu Yogya
jelang subuh, aku berangkat tergesa
dan tak berbalas salam
lukisan Merapi, ritmis ombak Parangtritis
dan babad panjang keraton
juga pentas seniman Malioboro
berkas lawas itu
alangkah merdu dalam kenangan purba
tak tersentuh
Â
di gerbong sebelas
kubenamkan dalam catatan perjalanan
sekedar singgah dan berlalu
daratan Jawa, Sulawesi, Kalimantan
dan pulau-pulau entah
Indonesia yang ramah tapi rapuh
aku merindukanmu karenanya
hari ini atau kelak kembali, Yogya!
Bandung, Februari 2001-September 2015
----
Matahari Siang di Kota Tua
matahari polos
memantul liar di tembok dan pilar
kota beraroma dupa dan kenanga, Yogya
percik cahayanya bias
pada reruntuhan gapura
hijau-kuning warna jendela dan pintu:
kukira itu lorong waktu bersulur-sulur
masa lalu yang kabur
Â
dulu perang-damai datang dan pergi
berabad usia dan kini
pada siang berdebu
bayangan kita memanjang utara-selatan
meraba-raba kenyataan semu
lalu leleh raga terbelah
waktu membatu
tak sanggup beranjak dari jebak kemarau
Bandung, Februari 2001-September 2015
----
Jangan Lagi Menangisi Yogya
jangan lagi menangisi Yogya
dengan kata-kata hampa
lihat saja lebih seksama
kini ia menjelma
serupa keranjang aneka serapah
tempat ngengat dan rayap
semut dan lebah
begitu akrab menyulap tiap jengkal tanah
Â
maka segeralah mengungsi
selagi sempat
jangan pernah meratapi kenangan
meski alangkah sulit dimengerti
mereka tak lagi bertutur
dengan tari dan puisi
kawasan tua itu memilih bercengkerama
dengan anomali
Â
jangan lagi menangisi Yogya
berangkatlah sebelum menjadi capung
lalat atau nyamuk
seperti semua kemustahilan yang menelikung
lihatlah riuh lalu-lintasnya, pasar, kaki-lima
keseharian yang kian terpapar
entah bila Yogya menata diri
merawat kearifan jejak di tanah tinggi
Bandung, Maret 2001-September 2015
---
Tulisan sebelumnya:
- http://www.kompasiana.com/sugiyantohadi/tiga-cerita-kematian-dari-yang-sederhana-hingga-tanah-hitam-puisi_55f115fad49273c131cf8199
- http://www.kompasiana.com/sugiyantohadi/karena-kompasiana-makin-sulit-saja-saya-mendapatkan-ide-menulis_55f79d177497733e05365b8d
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI