Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Menyesali Kesia-siaan Masa Lalu

13 Juni 2015   13:23 Diperbarui: 11 Agustus 2015   21:58 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malas

Rasa malas menghinggapi setiap manusia karena beberapa alasan, diantaranya tidak tahu atau tidak mau tahu kegunaan rajin. Rajin berolahraga dan memperhatikan kebersihan untuk sehat, rajin belajar dan mengejar ilmu untuk menjadi cerdik/pantai, rajin menabung/berhemat untuk kaya, rajin sholat untuk menggapai akherat, dan seterusnya.

 

Malas terkait dengan penggunaan waktu, yaitu menunda-nunda pekerjaan, mengabaikan dan tidak menyegerakan, serta mencari dalih untuk menghindarinya. Sementara waktu sangatlah terbatas, semua dibatasi waktu, dan terlebih juga waktu tidak dapat diulang. Semua berproses dalam perjalanan waktu, dari pagi ke siang ke petang lalu malam. Juga dari bayi ke anak-anak lalu dewasa dan akhirnya tua. Hanya ada dalam fiksi orang yang hidup abadi, hanya ada dalam fiksi orang yang terus awet muda.

 

Maka alangkah ruginya orang yang hidup dengan bermalas-malasan. Orang-orang seperti itu kalau menyadari kemudian tidak semaju/sekaya/sepintar/seberuntung orang lain pasti akan menyesal. Dan penyesalan soal waktu ini tentu tiada berguna.

 

Penutup

Tulisan ini tentu hanya permukaan, dan hal kecil dari begitu banyak hal lain yang menyebabkan terjadinya kesia-siaan pada masa lalu. Penyesalan menjadi hal yang sangat lumrah, bahkan harus dilakukan dalam meniti roda kehidupan ini. Ketidaksempurnaan menjadi penyebab banyaknya kesia-siaan yang kemudian menjadi pangkal penyesalan itu. Dan penyesalan tentu sangat manusiawi.

 

Beruntunglah kita yang masih punya rasa penyesalan, sebab itu berarti diberi kesadaran baru tentang sesuatu yang terlanjur dilakukan padahal salah, alpa, khilaf, abai, dan kurang memperhatikan/ mencermati/peduli. Namun penyesalan ketika ajal sudah di tenggorokan, dan gambaran neraka sudah di pelupuk mata,  sungguh tidak berguna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun