Tiap orang punya daftar penyesalan yang berbeda, mungkin pendek dan ringan, tapi bisa saja panjang dan berat. Ada orang yang tidak mau mengenang hal-hal buruk pada masa lalu, padahal tuntutan agama mengharuskannya. Itu agar kita tidak melakukan lagi kesalahan yang sama, dan menyesal, lalu bertobat dengan sungguh-sungguh.
Â
Mengingat kesia-siaan dan menyesal betapapun sangat berguna. Tentu itu untuk kesalahan yang masih mungkin ditolerir, diperbaiki, dimaafkan, dan atau diampuni dosanya. Selebihnya memang tepat seperti kata pepatah lama: menyesal kemudian tidak berguna!
Â
Siapa, Mengingat Kembali
Siapa yang tidak pernah penyesal? Ya mungkin saja ada, yaitu orang yang tidak pernah mendapatkan pencerahan untuk berbuat dari buruk ke baik, atau dari baik ke lebih baik lagi. Menyesal terjadi karena banyak sebab, diantaranya karena baru menyadari kini akan hal yang kurang tepat, atau sama sekali salah dalam berkata, bertindak/bersikap, berpikir, dan terutama juga dalam mengambil keputusan tertentu dalam perjalanan hidup seseorang.
Â
Menyesal menandai munculnya kesadaran baru, setelah mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang berbeda. Orang yang banyak memburu ilmu-pengetahuan –terlebih pengetahuan agama- serta gemar mendapatkan pengalaman baru, akan lebih banyak ‘menyesal’ dibandingkan yang kurang apalagi tidak melakukannya.
Â
Kesia-siaan itulah sumber penyesalan. Kesia-siaan itu terkait dengan tujuan yang tidak tercapai, atau proses yang tidak efektif. Namun lebih banyak karena mengabaikan, bahkan tidak melakukan sama sekali untuk sesuatu yang bermakna ‘baik, berhasil, beruntung, sukses’ dan kata lain serupa itu. Sedangkan kata ‘masa lalu’ dapat diartikan waktu kapan saja yang telah berlalu, bahkan sedetik atau semenit yang lalu.
Â