Mohon tunggu...
Teha Sugiyo
Teha Sugiyo Mohon Tunggu... Guru - mea culpa, mea maxima culpa

guru dan pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Covid-19: Di Balik Musibah Selalu Ada Berkah

24 April 2020   11:04 Diperbarui: 24 April 2020   11:20 589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di balik setiap musibah, selalu ada berkah. Ada berkah yang tersembunyi. Ada rahmat yang terselubung. Ada anugerah yang perlu kita cermati. Seringkali orang tidak mampu menangkap berkah-berkah itu, karena terlalu sibuk dengan diri sendiri dan usaha keras untuk mengatasi musibah, sehingga lupa untuk berhenti dan berpikir sejenak. Stop and think. Berrhenti dan berpikir. Untuk apa? Supaya kita dapat menangkap berkah-berkah yang tersembunyi di balik musibah itu.

Pagebluk Covid-19 yang melanda seluruh umat manusia di dunia ini merontokkan seluruh sendi kehidupan. Manusia dibuat tak berdaya oleh "musuh yang tak kasat mata itu". Bahkan teroris yang paling sadis pun bertekuk lutut  di hadapan sang Covid-19, yang telah menelan banyak korban itu.

Banyak usaha yang telah dilakukan oleh berbagai negara yang terlanda pandemi itu. Masing-masing menggunakan cara yang sesuai dengan kondisi dan situasi di negaranya. Kabar baiknya, dengan adanya bencana global itu, negara-negara yang tadinya berseteru, kini berdamai untuk secara bersama menghadapi bencana global itu.    Bahkan negara yang paling awal tertimpa musibah itu, dan kini telah bangkit, tidak sedikit memberikan bantuan kepada negara-negara lain untuk menanggulangi pandemi global itu secara bersama-sama.

Di negeri kita, tak sedikit upaya pemerintah yang dilakukan untuk mencegah dan menangkal beredarnya wabah itu supaya tidak  merambah ke seluruh negeri. Baik penanganan secara langsung terhadap orang yang tedampak maupun tidak langsung dengan berbagai peraturan yang seharusnya dilaksanakan secara patuh oleh setiap warga negara. Kerja di rumah saja, jaga jarak dengan orang lain, gunakan masker, cuci tangan dengan sabun, jaga kebersihan, jaga kesehatan tingkatkan terus daya tahan tubuh. Itulah nasihat-nasihat yang pantas kita laksanakan tanpa syarat.

Sebagai warga negara yang baik, sumbangan apa yang telah kita lakukan bagi negeri tercinta ini dalam menghadapi musuh bersama yang tak kasat mata itu? Telah banyak yang dilakukan negara untuk kita, lalu apa sumbangan kita? Jika kita tidak bisa memberikan sumbangan, paling tidak kita tidak nyinyir merecoki yang justru membuat kekacauan dan kegalauan orang lain. Kita ikuti saja aturan yang telah ditetapkan tanpa banyak menyalahkan, mengomeli, mengeritik, merepet dan nyinyir. Toh masalah tidak akan selesai dengan menyalahkan, mengomeli dan menyinyiri.

Sambil bekerja di rumah, marilah kita mencoba mencari hikmah di balik musibah yang melanda dunia kita ini. Saatnya kita masuk ke dalam suasana  tenang, hening, untuk merenung supaya kita dapat menang (nang ning nung nang).

K.H. Mustofa Bisri atau yang lebih sohor dengan panggilan Gus Mus, dengan apik menuliskan puisinya "Tuhan Mengajarkan Melalui Corona". Sebagian liriknya itu mengatakan:

"Ketika Corona datang, engkau dipaksa mencari Tuhan. Bukan di Basilika Santo Petrus, bukan di Ka'bah, bukan di gereja, bukan di masjid, bukan di mimbar khotbah, bukan di majelis taklim, bukan di dalam misa Minggu, bukan dalam sholat Jumat. Melainkan pada kesendirianmu, pada mulutmu yang terkunci, pada hakekat yang senyap, pada keheningan yang bermakna.

Corona mengajarimu, Tuhan itu bukan (melulu) pada keramaian.  Tuhan itu bukan (melulu) pada ritual. Tuhan itu ada pada jalan keputusasaanmu dengan dunia yang berpenyakit...." (The Proviten Media)

Itulah salah satu hikmah yang kita temukan di balik musibah pandemik global Covid-19. Kita dapat menemukan Tuhan justru pada keputusasaan, kesedihan, kekhawatiran, kebingungan, kesakitan yang kita tarik dalam keheningan yang senyap.

Hikmah lain yang kita dapatkan dari Corona ini adalah kesadaran kita untuk mengakui bahwa kita memiliki sesuatu yang luar biasa yang mungkin selama ini tidak kita sadari, yaitu kekuatan pikiran. Doug Hooper dalam bukunya You Are What YouThink, mengungkapkan betapa dahsyatnya kekuatan pikiran kita. Kita adalah apa yang kita pikirkan, yang seringkali secara sengaja dimanfaatkan oleh para motivator sebagai senjata untuk membangkitkan semangat orang lain.

Rama Mudji Sutrisno yang memublikasikan "You Can Help", meskipun mengaku bukan tulisannya sendiri, mengungkapkan betapa dahsyatnya kekuatan pikiran itu, yang bahkan dapat diungkapkan sebagai "presiden".

"Anda tidak perlu menjadi Presiden RI untuk membantu perjuangan bangsa melawan wabah covid-19. Anda bahkan tidak perlu menjadi Tuhan untuk menunjukkan kuasa pada alam semesta raya ini agar bebas dari wabah covid-19. Anda cukup menjadi diri sendiri. Sebab Anda adalah Presiden bagi seluruh sel-sel dalam diri Anda. JIWA Anda adalah percikan Tuhan di semesta kecil tubuh ini. Kuasa terbesar itu sedang ada bersama Anda saat ini. Itulah kuasa pikiran. Berkah keajaiban dari semesta ini.

Anda bisa membantu negeri, bisa membantu dunia dengan kuasa ajaib pikiran itu. Tapi jadilah Presiden bagi pikiran Anda. Perintahkan pikiran Anda untuk tetap tenang dan waspada. Perintahkan pikiran Anda agar Menteri Komunikasi (bibir) tidak mengeluarkan kata-kata yang negatif, berisi ketakutan, kecemasan dan ketiadaan harapan. Gunakan pikiran Anda untuk mengalirkan kuasa doa kesembuhan dan keselamatan bagi negeri dan dunia. Jika seluruh bangsa melantunkan doa positif dan kebaikan bagi negeri, maka semua akan mudah berlalu. Gunakan pikiran ajaib kita untuk melakukan tindakan sederhana: mengikuti arahan pemerintah dengan disiplin. Itu saja. Gunakan kekuatan pikiran Anda untuk membayangkan hal-hal baik akan dan terjadi di negeri ini, di bumi ini..."

Musibah Corona juga memberikan hikmah kepada kita berupa pelajaran kehidupan yang semakin meningkatkan kualitas kemanusiaan kita. Semangat gotong royong yang menjadi warisan budaya leluhur kita terbukti menjadi kekuatan luar biasa yang mampu membantu menangkal musibah. Kepedulian terhadap sesama, belarasa, saling berbagi meski dalam kesesakan,  saling meneguhkan dan saling mendoakan dapat kita temukan dalam musibah saat-saat kita merenungkannya dalam keheningan.

Seorang teman lama yang rajin mengirimi kisah-kisah dan nasihat-nasihat bijak via imel, suatu saat mengirimkan kisah yang berkaitan dengan musibah. Saya tidak tahu sumbernya dari mana, tetapi dia kirimkan dalam bahasa Inggris, yang kemudian saya racik sendiri dalam bahasa versi saya.

"ALLAH ingin menggunakan musibah atau masalah untuk kebaikan dalam hidup kita. SSemangat gotong royong yang selama ini menjadi eringkali kita bereaksi dengan bodoh dan membenci masalah atau musibah itu, alih-alih berhenti  dan berpikir sejenak untuk mempertimbangkan manfaat apa yang mungkin dapat kita petik dari musibah itu.  Berikut adalah lima cara yang ingin Tuhan gunakan untuk meningkatkan kualitas hidup kita.

ALLAH  menggunakan masalah untuk menggerakkan kita. Terkadang Allah harus menyalakan api di bawah kita untuk membuat kita bergerak. Masalah sering memotivasi kita untuk berubah. Terkadang diperlukan situasi yang menyakitkan, seperti  ditolak, dilecehkan, dihina, difitnah, dsb. untuk membuat kita mengubah cara hidup kita.

ALLAH menggunakan masalah untuk lebih memahami siapa sesungguhnya diri kita. Kita ini seperti teh celup. Jika ingin tahu apa yang ada di dalamnya, taruh saja ke dalam gelas yang berisi air panas.  Allah menguji iman kita dengan suatu masalah. Apa yang diungkapkan masalah tentang kita? Ketika kita memiliki banyak masalah, kita seharusnya penuh sukacita, karena kita tahu bahwa masalah ini menguji iman, dan membuat kita harus sabar.

ALLAH menggunakan masalah untuk memperbaiki diri kita. Beberapa pelajaran dapat kita petik dari rasa sakit dan kegagalan. Orang tua mengajarkan kepada kita, jangan menyentuh kompor yang panas itu, tetapi kita bahkan belajar pada saat kita dibakar dalam nyala api, yang akhirnya kita memahami nilai dari sesuatu. Kita baru mampu belajar nilai sesuatu setelah kita kehilangan. Kita paham betapa berharganya nilai uang, kesehatan, hubungan, setelah kita kehilangan hal-hal itu. Itu hal terbaik yang bisa terjadi pada kita, karena itu mengajarkan kepada kita untuk memperhatikan hukum alam.

ALLAH menggunakan masalah untuk melindungi kita. Suatu masalah bisa menjadi berkah tersembunyi, rahmat terselubung, anugerah terselip,  jika hal itu dapat mencegah kita  dari kerugian oleh sesuatu yang lebih serius. Tahun lalu seorang teman dipecat karena menolak melakukan sesuatu yang tidak etis yang diminta oleh bosnya. Penganggurannya adalah masalah -- tetapi hal itu menyelamatkannya dari terpidana dan dikirim ke penjara setahun kemudian ketika tindakan manajemen yang melanggar hukum akhirnya ditemukan. 

Orang lain bermaksud menyakiti kita, tetapi Tuhan bermaksud untuk kebaikan kita. Ingatlah, ketika gubukmu terbakar, mungkin itu "tanda asap" bagi kuasa Tuhan. Ketika ada kejadian negatif, kita harus berkata pada diri kita sendiri bahwa Tuhan pasti mempunyai jawaban yang positif untuk kejadian tersebut. Ada rencana Tuhan yang terindah di balik kejadian dan musibah yang kita alami.

ALLAH menggunakan masalah untuk menyempurnakan diri kita. Masalah, ketika ditanggapi dengan benar, adalah pembangun karakter. Allah jauh lebih tertarik pada karakter kita daripada kenyamanan kita. Hubungan kita dengan Tuhan dan karakter kita adalah dua hal yang akan kita bawa ke dalam kekekalan. "Kita bisa bersukacita ketika kita menghadapi masalah ... mereka, masalah itu,  membantu kita belajar untuk bersabar. Kesabaran mengembangkan kekuatan karakter dalam diri kita dan membantu kita lebih memercayai Allah setiap kali kita memanfaatkannya, sampai akhirnya harapan dan iman kita kuat dan mantap".

Begitulah. Dengan musibah ini, Allah sedang bekerja dalam hidup kita - bahkan ketika kita tidak mengenali atau memahaminya. Tetapi hal itu jauh lebih mudah dan menguntungkan ketika kita bekerja sama dengan Dia.

"Keberhasilan dapat diukur tidak hanya dalam pencapaian, tetapi dalam pelajaran yang dipetik, kehidupan yang menyentuh dan momen yang dibagikan sepanjang jalan.".

Referensi:

You Can Help -- dipublikasikan Rm Mudji Sutrisno, di viralkan via WAG.

Puisi KH. Mustofa Bisri dalam https://www.youtube.com/watch?v=QvOK_rGvVvU

http://fernando-pakst.blogspot.com/2017/06/ketika-gubukku-terbakar.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun