Dalam permainan Cublak-cublak Suweng, beberapa anak berkumpul membuat sebuah lingkaran kecil dan bergandengan tangan satu sama lain. Seorang anak yang kalah saat melakukan sutenhom pim pah, akan menjadi pencari suweng (dilambangkan dengan batu). Ya... Karena di dalam permainan ini, anak yang kalah tersebut akan mencari batu yang disembunyikan oleh anak-anak yang membentuk lingkaran. Anak yang kalah posisi badannya harus telungkup disangga kaki dan tangan, sementara anak-anak lain merubunginya dengan tangan terbuka di atas punggung anak yang tengkurap.
Saat tembang dinyanyikan, batu batu kecil yang dipegang oleh pemimpin akan dioper dari satu tangan teman ke teman yang lainnya (kadang ada beberapa anak yang hanya pura-pura mengoper, padahal batu tersebut masih ada di tangannya). Tembang berakhir dengan pertanyaan siapa yang membawa batu kecil, dan harus ditebak. Jika tebakannya salah, dia tetap menjadi obyek untuk telungkup lagi dan permainan dimulai dari awal lagi.
Secara lengkap, beginilah lirik lagu tersebut:
Dalam Basa Jawa
Dalam Bahasa Indonesia
Cublak cublak suweng
Suwenge ting gelèntèr
Mambu ketundhung gudèl
Pak empong lera-léré
Sapa ngguyu ndelikkaké
Sir sir pong dhelé gosong
Sir sir pong dhelé gosong
Cublak (tempat minyak wangi) giwang.
Giwangnya berserakan.
Tercium dan bau anak kerbau yang diusir.
Pak empong sudah ompong makanannya ke sana-kemari. Siapa tertawa menyembunyikan
Sir pong kedelai gosong .
Sir pong kedelai gosong
Cublak-cublak suweng itu adalah salah satu tembang dolanan yang sederhana, dapat ditembangkan anak-anak terutama di desa bersama dengan teman-temannya. Irama lagu ini mirip dengan tembang dolanan yang bejudul Sluku-sluku Bathok. Hanya pada tiga atau dua baris terakhir iramanya dibuat agak beda. Tembang itu juga memperkenalkan anak-anak kepada jenis hewan piaraan, tetumbuhan, keluarga dan lingkungan sekitar. Kadangkala tembang dolanan ini juga ditembangkan oleh waranggana(sinden), penyanyi yang menyertai dalang pada saat-saat tertentu, ketika terjadi pagelaran wayang kulit.
Jamuran
Tembang Jamuran biasanya dimainkan oleh anak-anak saat bulan purnama. Anak-anak bergandeng tangan membuat lingkaran. Sambil berputar mereka menembangkan lagu Jamuran. Seorang yang berperan sebagai pemimpin, ketika tembang sudah selesai, dia akan bertanya sambil menunjuk salah satu temannya, tentang jamur apa yang harus dimainkan lagi. Jika dia menebak dengan nama salah satu jamur yang ada, maka lagu pun dilanjutkan. Begitu seterusnya sampai seseorang dapat menebak dengan benar, maka tembang pun berhenti. Tembang Jamuran, sarat dengan makna: kebersamaan, keterbukaan, kegembiraan, tebak-tebakan yang dapat mengasah pikiran dan kreativitas.
Tembang Jamuran itu liriknya seperti ini:
Dalam Basa Jawa
Dalam Bahasa Indonesia
Jamuran ……ya ge ge thok…
jamur apa ya ge ge thok…
Jamur gajih, mbrejijih sa-ara-ara
sira badhe jamur apa?
(Jamur kayu?.... Salah…)
Jamuran … ya ge ge thok…
jamur apa ya ge ge thok…
Jamur payung, ngrembuyung kaya lembayung,
sira badhe jamur apa?
Jamuran…. Ya ge ge thok
Jamur apa y age ge thok
Jamur lemak, bertebaran di tanah lapang
Tebaklah jamur apa?
(jamur kayu? …. Salah)
Jamuran ya ge ge thok
Jamur apa y age ge thok
Jamur payung, menggrombol seperti lembayung’
Tebaklah jamur apa?