Istirahat, menikmati udara segar yang bebas polusi, sambil menikmati pemandangan indah yang menyejukkan, kami semua pun mengucap syukur atas kebersamaan, kehangatan persaudaraan dan kekeluargaan yang kental ini.
Matahari pun merangkak. Setelah mengemasi barang-barang perabotan, dan tak lupa menjaga kebersihan lingkungan, sampah-sampah dari plastik pun dikumpulkan di satu tempat, lalu dibakar.
Jalan pulang kembali ke rumah lebih menyenangkan. Perut kenyang, semuanya oke, jalanan lebih banyak menurun, meski banyak kendaraan yang berseliwearan, tapi kami tak terjebak macet. Lalu lintas ramai lancar. Sebelum ashar, kami sudah sampai di rumaah masing-masing.
Terima  kasih Tuhan, atas botram yang menghangatkan.
Medarjaya, 9 Juli 2016.
Rujukan:
    Â
https://komunitasaleut.com/2014/07/07/asal-usul-bancakan-dan-botram/
https://noorfamily.wordpress.com/2013/02/28/2-botram-part-1/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H