Biasanya, kalau orang mengambil daun pisang itu menggunakan galah yang di atasnya diselipkan golok. Jadi mudah, tidak usah menebang pohonnya. Ah.. nenek. Waktu itu juga saya langsung memotong-motong pelepah pisang, dan mengambil daunnya. Sesudah dilipat-lipat secukupnya, saya ikat. Setelah mandi, saya langsung membawa daun pisang itu ke rumah nenek. Sampai di rumah nenek hari sudah gelap. Saya langsung menuju kamarnya. Dari bawah saya panggil-panggil nenek, “Nek, nek, ini daun pisangnya!”
Kemudian ada suara dari atas, “Taruh saja di situ! Sekalian itu ada sayuran sawi untuk ibumu. Bawa yah!”
Saya jawab, “Baik Nek. Saya langsung pulang ajah yah.”
Jawaban dari atas, “Ya.”
Rupanya itulah komunikasi saya yang terakhir dengan nenek saya yang perkasa sepanjang masa. Keesokan harinya saya diberitahu, pagi itu nenek diketahui sudah meninggal di kamarnya!
Saya terguguk menangis.... Semuanya berakhir. Tuhan sudah membawa nenek untuk menikmati istirahat kekalnya. Nenek sudah memberikan semuanya. Terutama cintanya, untuk cucu-cucunya.
Sampai hari ini cinta itu tetap membekas dalam diri saya.
Bandung, 18 Mei 2016
PS.
Seperti yang diceritakan oleh Guido Iman Setiadi kepada penulis. Tulisan ini merupakan awal dari biografi "Dari Keranjang Sampah Menjadi Berkah", yang sedang disusun.