[caption caption="Sampul Buku: Jonathan Livingston Seagull"][/caption]Minggu kedua: terinspirasi novel
Ketika kau menulisi lembar-lembar pagimu
Terdengar suara ibu, “Kau kurus nak, tinggal tulang dan bulu-bulu”.
“Belajar memang baik, cari makan itu penting”, tambah ayahmu.
Kau pun turuti nasihat itu dengan hati sangsi
Kau dapatkan hampa dan kesia-siaan diri.
Kini kau bangkit lagi melecut hati membaja nurani menajam intuisi
Hari demi hari kau lewati menempuh jalan sunyi
Sendiri mengasah strategi mengukir prestasi
Hingga hilang puja dan puji kenyamanan diri.
Saat-saat kaugenggam prestasi kau pun diadili
Di tengah kerabat dan sahabat kau pun dilecehkan
“Berdiri di tengah karena keaiban
Memalukan!
Melanggar tradisi!
Merusak tatanan!
Tidak bertanggung jawab!
Persaudaraan kita... putus!”
Gelegar teriak sang pemimpin membahana membelah jagat.
Palu godam Cyclops tak lebih dahsyat menghantam tubuh mungilmu
Ambyar berantakan berkeping-keping
Kau punguti keping-keping itu lalu kau jahit kembali dengan air mata
Kau seret tubuh lunglai itu menelusuri sepi tebing-tebing pembuangan
Tak butuh waktu lama untuk tangkap hakiki kau pun bangkit dan melatih diri
Memantik asa membuang sesal memacu prestasi.
Dan kau temukan sahabat-sahabat sejati.
Kesempurnaan, telah kau gapai. Terbanglah secepat pikiran.
“Patahkan rantai pikiranmu, kau akan mematahkan rantai yang membelenggu tubuhmu!”.
Saat kau berada di puncak, kau ingat saudaramu
Kembali pulang memimpin sang pemimpi, mengolah diri sarat prestasi
Pada saatnya kau pun rela melengserkan kursi, demi alih generasi...
Terinspirasi oleh novel Jonathan Livingston Seagull, karya Richard Bach, yang pernah best seller pada 1973, dan konon menjadi bacaan wajib di negeri Korea.
Sinopsis:
Jonathan Livingston adalah seekor camar yang tidak ingin hidupnya seperti kebanyakan burung camar lain, yang rutin berebut ikan-ikan sisa pembuangan hasil tangkapan nelayan. Jonathan berpikir “out of the box”, menentang kodrat dan aturan yang berada dalam lingkungannya bahwa Burung Camar terbang untuk mencari makan. Dia ingin terbang dengan cepat, menyelam lebih dalam, sehingga tidak perlu berebut makan dengan burung camar lain. Dia ingin bisa terbang dalam kondisi dan cuaca apa pun, pada siang atau malam hari, sehingga bisa mencari makanan yang beragam.
Ketidakwajaran yang dilakukan Jonathan dianggap mengganggu dan merusak tata kehidupan koloni camar. Maka oleh para tetua, Jonathan dikucilkan-dibuang, dilarang kembali masuk dalam koloninya. Dalam pengasingan diri ini Jonathan bertemu dengan sekelompok burung camar yang satu visi dan senasib dengannya. Dalam kelompok baru ini, Jonathan belajar hal baru mengenai cara terbang dengan cepat bahkan hanya dengan membayangkan saja, dia bisa berpindah tempat.
Setelah menguasai cara terbang dengan sempurna dia ingin berbagi ilmu, mengangkat derajat kaum kerabatnya yang pernah membuangnya. Di sana ia mendapatkan pengikut-pengikut yang ingin maju. Pada saatnya dia menyerahkan tongkat kepemimpinan kepada salah seorang sahabatnya yang telah mumpuni.
Bandung, 08032016
Sumber Gambar Utama: dari sini.
Karya ini diikutsertakan dalam rangka HUT perdana Rumpies The Club.
[caption caption="sumber: Rumpies "]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H