Kembali pulang memimpin sang pemimpi, mengolah diri sarat prestasi
Pada saatnya kau pun rela melengserkan kursi, demi alih generasi...
Terinspirasi oleh novel Jonathan Livingston Seagull, karya Richard Bach, yang pernah best seller pada 1973, dan konon menjadi bacaan wajib di negeri Korea.
Sinopsis:
Jonathan Livingston adalah seekor camar yang tidak ingin hidupnya seperti kebanyakan burung camar lain, yang rutin berebut ikan-ikan sisa pembuangan hasil tangkapan nelayan. Jonathan berpikir “out of the box”, menentang kodrat dan aturan yang berada dalam lingkungannya bahwa Burung Camar terbang untuk mencari makan. Dia ingin terbang dengan cepat, menyelam lebih dalam, sehingga tidak perlu berebut makan dengan burung camar lain. Dia ingin bisa terbang dalam kondisi dan cuaca apa pun, pada siang atau malam hari, sehingga bisa mencari makanan yang beragam.
Ketidakwajaran yang dilakukan Jonathan dianggap mengganggu dan merusak tata kehidupan koloni camar. Maka oleh para tetua, Jonathan dikucilkan-dibuang, dilarang kembali masuk dalam koloninya. Dalam pengasingan diri ini Jonathan bertemu dengan sekelompok burung camar yang satu visi dan senasib dengannya. Dalam kelompok baru ini, Jonathan belajar hal baru mengenai cara terbang dengan cepat bahkan hanya dengan membayangkan saja, dia bisa berpindah tempat.
Setelah menguasai cara terbang dengan sempurna dia ingin berbagi ilmu, mengangkat derajat kaum kerabatnya yang pernah membuangnya. Di sana ia mendapatkan pengikut-pengikut yang ingin maju. Pada saatnya dia menyerahkan tongkat kepemimpinan kepada salah seorang sahabatnya yang telah mumpuni.