[caption caption="sumber: www.sesawi.net"][/caption]Teringat kisah lawas
Seseorang bermimpi suatu hari
Berjalan beriringan bersama Tuhan, di padang pasir kehidupan.
Tinggi di angkasa terpancang sebuah cermin raksasa,
yang merekam jejak-jejak telapak kaki kedua insan di sepanjang perjalanan.
Pada saat perjalanan berakhir, ia menoleh dan memandang ke arah cermin
Terperanjat ia sadar ada sesuatu yang aneh dalam jejak-jejak itu.
Pada saat-saat awal, jejak-jejak telapak kaki itu ada dua pasang...
Di tengah perjalanan jejak-jejak telapak kaki itu hanya ada sepasang saja...
Bayangan di cermin mencatat saat jejak-jejak telapak kaki itu hanya tinggal sepasang
Ternyata itu terjadi pada masa-masa sulit dalam kehidupannya...
Bertanyalah ia kepada Tuhan, “Di manakah Engkau?
Justru aku dalam keterpurukan Engkau meninggalkan aku?”
“Itu bukan jejak telapak kakimu? Itu jejak telapak kaki-Ku!”
“Lalu, Kau campakkan ke mana aku?
Apakah Kau ceburkan aku ke dalam jurang maha dalam penuh gelap gulita?
Ataukah Kau buang aku ke lembah mengerikan penuh tangisan dan kertak gigi?”
“Tidak, Nak. Pada saat-saat hatimu beku jiwamu layu dalam keterpurukan, mana mungkin kau tahan? Jangankan berjalan, berdiri pun kau tak mampu!”
“Jadi, Kau tinggalkan aku? Kau buang aku? Atau Kaukuburkan aku di padang pasir itu?”
“Sekali lagi tidak, Nak. Pada saat-saat itu, justru aku menggendongmu!”
...
Dengan sesenggukan kubawa remuknya hati ini
Sujud bertelut di pangkuan kasih-Mu.
Hanya debulah aku di bawah duli kaki-Mu
Hauskan kasih sayang sabda pengampunan
Di pintu-Mu aku terpuruk, aku tak bisa berbalik.
Dalam bungkus sesal yang masih tersisa
Kubisikkan ampun seribu ampun dengan air mata.
PS. Kisah “Jejak Telapak Kaki”ini masih tetap membekas. Saya dapatkan dari sebuah pelatihan, tapi saya tidak tahu lagi sumbernya. Saya tulis ulang dengan cara saya. Maafkan saya.
Bandung, 14 febr 2016.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H