McCutchan (1997) menunjukkan bahwa pemikiran sistem  mengikat semua disiplin ilmu dan menawarkan seperangkat alat untuk memahami masalah organisasi yang kompleks.
Pemikiran sistem, bersama dengan pembelajaran transformatif, mengubah cara berpikir silo menjadi cara berpikir kolaboratif untuk memahami dan mengelola dunia yang saling ketergantungan.
Menguasai pemikiran sistem  membantu mereka, para individu, melihat bagaimana tindakan  mereka telah membentuk  realitas saat ini, dan transformasi itu mengembangkan rasa percaya diri yang benar-benar dapat menciptakan realitas baru di masa depan (Senge, 1990).
Memperhatikan lima prinsip membangun organisasi pembelajar di atas, menghasilkan keyakinan bahwa  untuk menemukan pengetahuan cara-cara  mengatasi permasalahan lingkungan strategis yang semakin kompleks, maka  pembelajaran tim lebih diutamakan dari pada pembelajaran individu.
Oleh karena itu, mengingat  Corpu adalah sebuah metode pembelajaran dalam membangun organisasi pembelajar, maka sebagai  konsekuensinya adalah metode Corpu harus juga menyediakan proporsi pembelajaran tim lebih besar dari pembelajaran individu.
Hal ini dapat menjadi alasan logis mengapa para ahli pendidikan menetapkan proporsi  pembelajaran Corpu adalah !0 : 20 : 70.
Sekitar 10% pembelajaran dilakukan  mandiri melalui kurikulum formal (daring atau luring).
Sekitar 20% pembelajaran melalui coaching dan mentoring.
Sekitar 70% dari proses pembelajaran dilakukan dengan memberikan tugas yang menantang  dan pengalaman langsung di lapangan (on the job training).
Di akhir tulisan ini dapat disimpulkan bahwa Corpu dan organisasi pembelajar adalah sangat berkaitan dan harus dilaksanakan oleh organisasi yang  ingin tetap ekses di tengah perubahan lingkungan strategis yang semakin kompleks. (S. Sumas / sugiarto@sumas.biz) Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H