Mohon tunggu...
Sugeng Abdullah
Sugeng Abdullah Mohon Tunggu... Dosen - Mengaku sebagai Sanitarian Indonesia. Ia adalah tipe orang desa yang tidak mau ketinggalan jaman, meskipun kenyataannya selalu ketinggalan. Memiliki latar belakang pesantren (Tebuireng), Kesehatan Lingkungan (SPPH,APK Purwokerto), Keguruan (IKIP Semarang), Teknik Lingkungan (ITS Surabaya)dan Ilmu Lingkungan (UGM Yogyakarta). Ia juga sebagai Dosen di Program Studi D3 dan D4 Kesehatan Lingkungan Purwokerto. Pernah diberi tugas tambahan sebagai Ketua Unit Bengkel Kerja, Koordinator II Bidang Kemahasiswaan, Ketua Program Studi, Ketua Jurusan, Anggota Senat Poltekkes. Penerima Penghargaan Satya Lencana Karya Satya dari Presiden SBY dan Jokowi. Aktif di organisasi HAKLI, APTKLI, MTKP, Koperasi dan Sosial Keagamaan

asli orang desa yang tidak mau ketinggalan jaman, meskipun kenyataannya selalu ketinggalan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Catatan 55 Tahun Usia Saya, "Saya Sudah Pernah"

16 Juli 2018   08:52 Diperbarui: 16 Juli 2018   08:58 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya sudah pernah makan mewah disebuah perjamuan. Saya sudah pernah makan menu proletar di warung pinggirjalan.

Melakukan Korupsi.

Betapapun sederhananya. Betapapun sepele dan remehnya, betapapun kecil nilainya, betapa Sadar atau tidaknya,  ternyata dalam ujud  jasa, waktu, sarana, fasilitas, benda, uang  atau sejenisnya ; Saya sudah pernah  ghosob. Saya sudah pernah mengambil hak orang lain. Saya sudah pernah mencuri. Saya sudah pernah menilap. Saya sudah pernah meminta paksa dikhlaskan. Saya sudah pernah mengelabui. Saya sudah pernah gratifikasi. Saya sudah pernah manipulasi. Saya sudah pernah korupsi.Saya sudah pernah mengecewakan.Saya sudah pernah makan riba.

Di sisi lain, betapapun  sederhananya. Betapapun sepele dan remehnya, betapapun kecil nilainya, betapa Sadar atau tidaknya,  ternyata dalam ujud  jasa, waktu, sarana, fasilitas, benda, uang atau sejenisnya ; Saya sudah pernah zakat. Saya sudah pernah infaq. Saya sudah pernah shodaqoh. Saya sudah pernah beri  hadiah. Saya sudah pernah menyantuni.

Membelai Kakbah.

Tangan saya sudah pernah membelai bangunan paling suci kakbah di kota Mekkah. Tetapi, tangan saya ini justru paling sering menyentuh najis, memegang benda kotor.

Tangan saya sering saya gunakan untuk mengangkat  tangan bertakbir. Tetapi,  tangan saya juga  digunakan untuk mengangkat tangan sebagai isyarat menyerah, tidak bertanggung jawab, atau untuk berkilah "cuci tangan". Tangan saya justru paling sering untuk melakukan sesuatu yang mubah, sesuatu yang subhat, sesuatu yang haram.

Kaki saya sering  digunakan untuk melangkah ke tempat paling mulia, masjid. Tetapi, kaki saya  njustru paling sering melangkah  ke tempat-tempat mubah, ke tempat subhat, ke tempat haram.

Mata saya sering  digunakan untuk membaca kitab suci al-Qur'an.  Tetapi, mata saya justru paling sering untuk melihat sesuatu yang mubah, sesuatu yang subhat, sesuatu yang haram.

Telinga saya sering digunakan untuk mendengar kalimah toyyibah,  lantunan kalimat suci. Tetapi, telinga saya justru paling sering mendengar sesuatu yang mubah, sesuatu yang subhat, sesuatu yang haram.

Mulut saya sering digunakan untuk mengucapkan kalimah toyyibah,  melantunkan kalimat suci.  Tetapi, mulut saya justru paling sering berkata sesuatu yang mubah, sesuatu yang subhat, sesuatu yang haram.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun