Mohon tunggu...
Suer@nywhere
Suer@nywhere Mohon Tunggu... Konsultan - Mencoba membaca, memahami, dan menikmati ciptaanNya di muka bumi. Action to move forward because word is not enough. Twitter/Instagram: @suerdirantau

Mencoba membaca, memahami, dan menikmati ciptaanNya di muka bumi. Action to move forward because word is not enough. Twitter/Instagram: @suerdirantau

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Visum et Conservatum

16 Maret 2016   16:34 Diperbarui: 16 Maret 2016   17:28 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Halahhh….Visum lagi. Rupanya visum ini standar kehutanan. Saya tahu pak Bakri ini lulusan hukum, jadi anteng saja dia ngomongin visum.

Saya minum kopi lampung yang terkenal, tapi air hitam yang mengepul itu rasanya seperti air panas manis. Apa yang harus saya lakukan untuk memenuhi visum dalam pemantauan ini? Apa yang harus saya laporkan ke pak Rano? Saya hanya bawa kamera saku, buku catatan, dan GPS. Alat apa lagi nih yang dibutuhkan untuk visum? Ahh..tadi kan si Tata bilang semuanya beres, jadi pasti dia sudah bawa semua alat.

Stadium Galem naik ke GALUT, Galau kalut. Nggak lagi-lagi deh saya pergi tanpa arahan yang jelas.

Perjalanan dilanjutkan menuju Kantor Balai Besar TNBBS di Kota Agung, Tanggamus, Lampung. Dibutuhkan waktu sekitar dua jam. Saya mencoba menikmati kota-kota kecil yang dilintasi, persawahan, perbukitan, pantai, birunya laut dan langit yang cerah, baliho dan poster wajah orang-orang yang berusaha dikenal masyarakat. Sejumlah poster dipaku dipohon-pohon yang berjejer di tepi jalan. Woi…pohon dipaku, kayak kuntilanak aja.

Sesekali kata visum itu mengganggu pikiran. Sayangnya, tidak ada percakapan dan diskusi mengenai visum selama perjalanan. Tidak ada pembagian tugas dari ketua tim untuk melengkapi visum. Mungkin nanti ada pengarahan di kantor taman nasional, pikir saya pasrah.

Kantor Balai Besar TNBBS terletak dipinggir jalan utama Tanggamus, tidak jauh dari batas Kota Agung, ibukota Kabupaten Tanggamus. Halamannya luas, gedungnya megah berpilar. Di tengah halaman terdapat patung badak, gajah, dan harimau yang hmmm….mirip gak dengan hewan aslinya ya?

Waktu menunjukkan pukul 13.30. Tidak ada penyambutan. Kebanyakan pegawai berada di TKP. Satu-satunya pejabat, yaitu Kepala Bagian Tata Usaha sedang pulang untuk makan siang.

“Kita harus menunggu,” kata pak Toto ketika saya tanya kenapa kita nggak langsung ke TKP supaya tidak kemalaman di jalan. “kita bereskan visum dulu,”sambungnya.

Hah!!!! Visum sudah dimulai dari sini???? Stadium Galut berubah menjadi GALPANIK, Galau Panik Keqi.

That’s it!!!. Dari tadi pagi ngomong visam visum visam visum tapi nggak pernah njelasin apa yang harus divisum, siapa yang harus divisum, kapan mulai visum, siapa melakukan apa di mana. Nggak sistematis banget sih nih kerjanya. Ah, menggerutu tanda tak mampu. Mengeluh tak selesaikan masalah. Saya harus bertindak. Titik.

Saya kirim SMS ke tiga teman saya di markas besar kehutanan untuk menanyakan apa maksudnya visum dalam operasi penertiban perambah. Yang pertama pak Rahmat, seorang Penyidik Pegawai Negeri Sipil senior yang sudah menyidik ratusan perkara pidana kehutanan. Kedua Hendra, pegawai kehutanan berlatar belakang hukum. Ketiga Wahyu yang sudah belasan tahun menjadi pegawai kehutanan di daerah dan pusat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun