Mohon tunggu...
Suer@nywhere
Suer@nywhere Mohon Tunggu... Konsultan - Mencoba membaca, memahami, dan menikmati ciptaanNya di muka bumi. Action to move forward because word is not enough. Twitter/Instagram: @suerdirantau

Mencoba membaca, memahami, dan menikmati ciptaanNya di muka bumi. Action to move forward because word is not enough. Twitter/Instagram: @suerdirantau

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Visum et Conservatum

16 Maret 2016   16:34 Diperbarui: 16 Maret 2016   17:28 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Gimana Ta, visumnya sudah disiapkan?”, tanya pak Toto ke Tata, anggota tim yang paling muda. Biasanya, yang paling muda ini akan menjadi liaison officer, alias ngurusin segala macam.

“Beres pak,” jawab Tata sambil meniup-niup kopinya.

“Jangan sampai ada yang kelewatan lho. Ini kan tujuan kita,”sambung bu Titi dengan wajah serius.

Anjrit…VISUM!!! Apaan nih? Visum Perambahan? Visum di bidang kehutanan?

Selama saya belajar hukum, istilah “visum” ini merujuk pada penanganan kasus-kasus pidana yang menyangkut manusia dan kedokteran. Visum et repertum. Salah satu bukti hukum yang sah. Lha ini visum operasi penertiban perambahan?

Saya terlalu malu dan gengsi untuk bertanya. Udah belajar hukum kok nggak ngerti visum? Diam-diam saya gugling apakah ada makna visum kehutanan? Hasilnya nihil. Saya mulai merinding. Modiarrr….

Saya lihat lagi SMS dari pak Rano. Perintahnya cuma satu: Pantau operasi penertiban perambahan di Rata Agung. Informasinya singkat: Di Pekon (Kelurahan) Rata Agung, Kabupaten Pesisir Barat Lampung terdapat hamparan kawasan TN Bukit Barisan Selatan (BBS) yang ditanami kopi. Tujuan operasi: Keluarkan perambah, musnahkan pondok dan kopi di dalam kawasan.

Waduh. Visum macam apa yang mau kita lakukan ditengah-tengah operasi penertiban perambahan? Apakah akan ada korban yang harus divisum? Pondok perambah dan kopi mau divisum? Apakah memang ada metoda visum dalam pidana kehutanan? Kok selama ini saya nggak pernah dengar ya? Ini ilmu baru. Saya bertekad untuk belajar dari mereka.

Saya masih stadium GALEM, Galau tapi Kalem. Kita singgah ke kantor Balai KSDA Lampung. Maklum, rombongan “orang pusat”, jadi musti sowan sana-sini. Sambil menunggu mobil KSDA yang akan mengantar ke TKP, kita ngobrol-ngobrol di ruangan Kepala Sub-Bagian Tata Usaha (KSBTU)  BKSDA.

“Visumnya nunggu kepala balai atau gimana pak?”, tanya pak Toto ke pak Bakri, sang KSBTU.

“Aman itu. Nanti saya urus. Kita ngopi-ngopi aja dulu”, jawab pak Bakri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun