Mohon tunggu...
Sudomo
Sudomo Mohon Tunggu... Guru - Guru Penggerak Lombok Barat

Trainer Literasi Digital | Ketua Komunitas Guru Penggerak Lombok Barat | Duta Teknologi Kemendikbudristek 2023 | Penulis Buku

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Guru Dipusingkan dengan Perencanaan Pengelolaan Kinerja PMM

6 Januari 2024   06:04 Diperbarui: 9 Januari 2024   10:15 2285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membaca salah satu komentar pada postingan sebelumnya berjudul 'Tahun 2024 Guru Tidak Wajib Mengerjakan Pengelolaan Kinerja PMM?' melahirkan pertanyaan, "Benarkah demikian?" 

Komentar tersebut kurang lebih tentang guru dipusingkan dengan perencanaan pengelolaan kinerja PMM. Menurut penulis komentar tersebut, guru malah lebih dituntut untuk mengerjakan sesuai target dan dipusingkan dengan target administrasi dari butir kegiatan yang ada di PMM. 

Lantas apakah komentar tersebut salah? Tentu tidak. Bagaimanapun juga pengalaman seseorang dengan orang lain dalam memanfaatkan fitur Pengelolaan Kinerja ini berbeda-beda. Termasuk juga pemahaman. 

Tentu tidak salah jika menuliskan komentar berdasarkan pengalaman dan pemahamannya, bukan? Namun, bukan berarti juga harus menyalahkannya atau membenarkannya. Justru harus membalasnya dengan membagikan cerita berdasarkan pengalaman dan pemahaman juga. 

Tujuannya agar informasi yang ada bisa berimbang karena berasal dari dua sisi yang berbeda. Tidak harus secara frontal meng-counter. Namun, cukup dengan menanggapinya secara hati-hati. Hal ini agar tidak ada kesan menyalahkan seseorang yang sedang mengungkapkan keresahannya. 

Sebab bisa jadi di luar sana banyak orang menyimpan keresahan yang sama. Bisa jadi juga belum menemukan saluran yang tepat untuk menuntaskan keresahannya itu. Oleh karena itu tulisan ini hadir sebagai penyeimbang komentar dari pengalaman orang lain yang tentu berbeda. 

Memang seribet itu, ya menyusun perencanaan kinerja dalam Pengelolaan Kinerja PMM ini? Jawabannya ada pada masing-masing individu berdasarkan pengalaman dan pemahaman pastinya. 

Tentu tidak salah jika ada yang merasa dipusingkan. Namun, bukan berarti yang tidak merasa pusing itu juga paling benar. Sebenarnya keduanya bukan tentang benar atau salah, melainkan sudut pandang yang membuat satu hal menjadi berbeda menurut seseorang. 

Jika kita melihat dari sudut pandang seseorang yang merasa dipusingkan dengan Pengelolaan Kinerja PMM ini, banyak faktor yang melatarbelakangi. 

Demikian halnya jika kita menggunakan sudut pandang seseorang yang tidak dipusingkan, pasti ada faktor penyebabnya juga. Faktor penyebab yang muncul tersebut tergantung dari cara seseorang merespons transformasi pengelolaan kinerja yang seolah dipaksakan penerapannya. 

Fitur Pengelolaan Kinerja PMM (Diedit menggunakan Canva) 
Fitur Pengelolaan Kinerja PMM (Diedit menggunakan Canva) 

Seseorang yang merespons positif pastinya akan berusaha untuk meleburkan diri dalam transformasi tersebut. Bagaimanapun juga, transformasi teknologi buatan manusia bisa saja tidak bisa terjadi sekejap mata. 

Membutuhkan proses dalam mewujudkan hasil akhir terbaik sesuai harapan dari semua yang memanfaatkannya. 

Oleh karena itu, agar bisa memberikan respons positif terhadap hal baru bisa dilakukan dengan tidak melakukan penolakan secara frontal. Terima dulu kemudian dalami dan pelajari karakteristik hal baru tersebut, termasuk Pengelolaan Kinerja PMM. 

Hasil dari mendalami dan mempelajari pastinya akan memberikan pengalaman berbeda kepada orang yang satu dengan yang lainnya. Pengalaman yang didapatkan dari mendalami dan mempelajari hal baru tersebut, selanjutnya dibagikan kepada yang lain. 

Tujuannya agar bisa mendapatkan gambaran pengalaman dari orang lain yang siapa tahu berbeda. Perbedaan pengalaman terhadap hal baru inilah yang kemudian menciptakan atmosfer diskusi yang hangat. Berdasarkan hasil diskusi, selayaknya menjadi pertimbangan dalam merespons hal baru tersebut, termasuk kehadiran Pengelolaan Kinerja PMM. 

Sebagai aplikasi baru, tentu pihak pengembang sudah berpikir untuk terus mengembangkannya. Pastinya berdasarkan kendala maupun permasalahan yang dilaporkan. 

Jika hasil laporan belum memuaskan artinya masih ada titik temu yang harus ditemukan. Misalnya, tetap memanfaatkan sambil menunggu proses pengembangannya. Hal ini terutama terkait dengan perencanaan Pengelolaan Kinerja PMM seperti di awal tulisan ini. 

Terkait dengan seseorang yang dipusingkan dengan target butir kegiatan dalam Pengelolaan Kinerja PMM pastilah ada. 

Bisa jadi karena belum menemukan trik jitu dalam merencanakan Pengelolaan Kinerja PMM ini. Dengan mengetahui trik jitu, tentu seseorang tersebut tidak akan lagi merasa dipusingkan dengan Pengelolaan Kinerja PMM ini. 

Guru Memanfaatkan Fitur Pengelolaan Kinerja PMM (Dokumentasi Pribadi) 
Guru Memanfaatkan Fitur Pengelolaan Kinerja PMM (Dokumentasi Pribadi) 

Sebagai gambaran, pada tahap perencanaan kinerja dalam Pengelolaan Kinerja PMM ini, seorang guru meskipun ada target poin minimal sesuai Perdirjen GTK 7607/2023, tetapi diberikan kemerdekaan menentukan bentuk Pengembangan Kompetensi. 

Bagaimana trik memilih bentuk Pengembangan Kompetensi berupa Rencana Hasil Kerja (RHK) ini? Mudah saja. 

Seorang guru bisa memilih pengembangan kompetensi yang sekiranya mudah dilakukannya selama masa penilaian kinerja, yaitu satu semester (6 bulan). Tujuannya agar target RHK yang dipilihnya ini dapat tercapai di akhir semester. 

Jika memang hanya satu RHK Pengembangan Kompetensi yang yakin bisa dicapai seorang guru, maka selanjutnya adalah menambah target kuantitas RHK Pengembangan Kompetensi tersebut menjadi lebih dari satu. Dengan demikian poin dapat bertambah menjadi poin minimal yang dipersyaratkan sesuai regulasi yang ada. 

Lantas, bagaimana jika ternyata satu RHK Pengembangan Kompetensi dengan kuantitas maksimal belum bisa memenuhi poin minimal  yaitu 32? Seorang guru bisa menentukan lagi RHK lain yang meskipun agak sulit, tetapi masih berpeluang besar bisa dicapai di akhir semester. 

Setelah menemukan RHK Pengembangan Kompetensi lain tersebut, seorang guru bisa melakukan hal yang sama, yaitu meningkatkan target kuantitas RHK. 

Pembekalan 4 Penggerak Komunitas Belajar Guru (Dokumentasi Pribadi)
Pembekalan 4 Penggerak Komunitas Belajar Guru (Dokumentasi Pribadi)

Seperti itu saja triknya. Intinya bahwa agar tidak dipusingkan dengan butir kegiatan, seorang guru bisa memilih pengembangan kompetensi yang yakin bisa tercapai pada akhir semester. 

Hal lain yang perlu dilakukan agar tidak terbebani sehingga pusing menyusun Perencanaan Kinerja dalam Pengelolaan Kinerja PMM ini adalah butir kegiatan dalam Pengembangan Kompetensi ini sifatnya adalah dipertimbangkan, bukan dinilai oleh atasan dalam hal ini Kepala Sekolah. 

Adanya pemikiran seperti ini akan menjadikan seorang guru tidak lagi merasa tertekan dan terbebani dengan butir-butir kegiatan atau RHK yang ada. Tidak lupa juga bahwa sudah ada regulasi yang mengaturnya. Sambil terus menunggu hasil pengembangan Pengelolaan Kinerja PMM ini, tidak ada salahnya terus mengeksplorasi lebih dalam sehingga pada akhirnya dapat membuktikan sendiri bahwa memanfaatkan fitur ini ternyata memang memudahkan guru dalam upayanya meningkatkan kualitas pembelajaran yang berdampak pada murid. 

Agar tidak pusing lagi, simak Tutorial Praktis Pengisian Perencanaan Pengelolaan Kinerja PMM. 


Terima kasih kepada yang telah memberikan komentar pada postingan sebelumnya, karena berkat komentar tersebut bisa mendapatkan gambaran pemanfaatan Pengelolaan Kinerja PMM dari sudut pandang berbeda. Sudut pandang yang menjadi pembelajaran ketika nanti menemukan kenyataan di lapangan saat berbagi. Komentar yang akhirnya menyadarkan bahwa perlunya menyiapkan strategi apabila menemukan tantangan serupa saat berbagi.

Ayo terus jelajahi Pengelolaan Kinerja PMM agar tidak lagi dipusingkan dalam pemanfaatannya! Tidak lupa, tetap jaga kolaborasi dengan rekan sejawat di sekolah atau komunitas belajar di sekolah maupun antarsekolah untuk berbagi pusing. 

Semoga bermanfaat! 

Salam Bloger Pembelajar

Mari terus bersama menguatkan ekosistem digital pendidikan dalam mewujudkan Merdeka Belajar!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun