Aku cinta... Anda cinta... Semua cinta... Buatan Indonesia...Â
Generasi baby boomers, X, dan Y pasti ingat betul dengan back song yang dinyanyikan Bimbo tersebut. Back song ini setia menemani penggemar Apresiasi Film Indonesia yang tayang di TVRI.Â
Bicara tentang perfilman masa lalu tidak lepas dari beragam tema yang diangkat. Salah satunya adalah film religi. Berikut beberapa film jadul yang mantul untuk refleksi diri di bulan Ramadan ini.Â
1. Tauhid (1964) Â
Film religi produksi tahun 1964 ini disutradarai oleh sutradara kawakan, Asrul Sani. Film bertema tentang perjalanan naik haji ini dibintangi oleh Aedy Moward sebagai Halim dan Ismed M. Noor sebagai Mayor Udara Mursyid.Â
Film ini juga dibintangi oleh Nurbani Jusuf sebagai guru agama dan ME Zainuddin sebagai seorang pengarang.Â
Alur cerita film religi ini relatif sederhana, tetapi memikat. Tentang perjalanan naik haji ke tanah suci Mekah.Â
Dalam rombongan ada dokter kapal yang sering ke Mekah, tetapi tidak pernah naik haji. Namun, akhirnya ada yang berhasil mendorongnya menunaikan ibadah haji.Â
Pembelajaran yang bisa diambil dari film religi ini adalah bahwa jika ada niat maka kesempatan beribadah itu selalu ada.Â
Dari film religi ini ke depannya akhirnya tumbuh niat dalam diri untuk lebih meluruskan niat dalam berbuat kebaikan agar semakin terbuka luas kesempatan berbagi kebaikan.
Simak cuplikan kisah perjalanan berangkat haji tempo dulu dalam video berikut ini!Â
2. Para Perintis Kemerdekaan (1977)
Film berdurasi 115 menit ini mengisahkan tentang perjuangan berlandaskan nilai agama. Film religi ini diilhami dari karya sastra berjudul Di Bawah Lindungan Ka'bah karya Hamka. Disutradarai oleh Asrul Sani, film ini menjadi Film Terbaik FFI Tahun 1981.
Film bertabur bintang besar pada masanya ini memiliki gagasan utama bahwa tanpa landasan nilai agama, perjuangan akan menjadi tidak berharga. Bintang besar itu di antaranya, yaitu Cok Simbara sebagai Hamid, Mutiara Sani sebagai Halimah, dan Camelia Malik sebagai Zainab.Â
Mengangkat tema perjuangan kemerdekaan sekelompok anak muda melawan penjajah. Mereka bertiga tak gentar melakukan perlawanan terhadap penjajah di Padang Panjang.Â
Namun, perjuangan mereka sama sekali tidak berlandaskan nilai agama. Ada kekecewaan yang akhirnya menuntaskan perjuangan. Hingga memutuskan meninggalkan rekan seperjuangan dengan berlayar ke Mekah.Â
Dari film ini bisa memperoleh pembelajaran bahwa perjuangan haruslah disertai doa. Selain itu, juga harus berlandaskan nilai agama agar perjuangan tidak sia-sia.Â
Penerapan ke depannya setelah menonton film ini, akan lebih ikhlas melakukan perjuangan dalam bidang pendidikan sebagai ibadah. Keikhlasan akan menjadikan berkah terbaik pada waktu yang tepat.Â
3. Al Kautsar (1977)
Al Kautsar dianggap sebagai film religi seutuhnya. Film produksi tahun 1977 ini menjadi momentum kesuksesan awal film religi di kancah perfilman nasional.Â
Film besutan Chaerul Umam ini dibintangi oleh WS Rendra sebagai Saiful Bachri, Yulinar Firdaus sebagai Halimah, dan Soultan Saladin sebagai Harun. Â
Film berdurasi 106 menit ini menceritakan tentang guru mengaji yang pandai bertani, Saiful Bachri (WS Rendra) di Pabelan Jawa Tengah. Ada yang mengagumi dan membenci. Ada pula fitnah dari pembenci.Â
Namun, hambatan itu bisa disingkirkan. Semua berkat keikhlasan dan kekuatan hati melakukan perubahan. Â
Pembelajaran dari film ini bahwa tidak ada hal mustahil dari perubahan yang dilakukan. Hasil terbaik akan mengiringi upaya perubahan yang dilakukan.Â
Penerapan ke depan akan berusaha tetap melakukan hal terbaik di sekitar. Upaya ini diharapkan akan dapat menghadirkan perubahan menjadi lebih baik.Â
Kekuatan akting WS Rendra yang berjuang menghadapi tantangan dapat disaksikan pada video YouTube berikut ini!Â
4. Titian Serambut Dibelah Tujuh (1982)
Film ini merupakan remake dari film berjudul sama karya Asrul Sani pada tahun 1959. Di film ini Asrul Sani mendapatkan Piala Citra FFI tahun 1983 kategori Penulisan Skenario Terbaik. Film berdurasi 94 menit ini disutradarai oleh Chaerul Umam.Â
Film religi yang diproduksi tahun 1982 ini dibintangi aktor dan aktris besar pada masanya. Sebut saja El Manik, Dewi Irawan, dan Rachmat Hidayat.Â
Mereka beradu akting dalam jalinan cerita tentang guru yang ditugaskan di desa Tanjung Beringin. Di desa ini guru tersebut mengajarkan nilai-nilai kepatutan hidup kepada masyarakat.Â
Namun, dalam perjalanan dia justru diuji sejauhmana dia meyakini nilai-nilai keyakinannya sendiri.Â
Pembelajaran dari film religi ini adalah pentingnya kekuatan diri dalam menjaga keyakinan yang dipegang apa pun tantangannya. Ke depannya akan menerapkan gagasan utama film ini untuk menguatkan keyakinan atas kemampuan diri melakukan perubahan.Â
Simak kekuatan akting pemeran utama film ini di sini.Â
Film-film religi jadul tersebut di atas bisa menjadi referensi tontonan selama bulan Ramadan. Selain bermanfaat menambah referensi dan wawasan tentang film Indonesia, sekaligus sebagai upaya refleksi diri dalam meningkatkan iman dan takwa.Â
Semoga bermanfaat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H