Menulis artikel wisata sejarah tidak berbeda jauh dengan menulis wisata pada umumnya. Perbedaan terletak pada destinasinya saja.Â
Sebagai salah satu bentuk tulisan, menulis artikel wisata sejarah pun juga harus memperhatikan pola 5W + 1H. Pola ini dipercaya akan memberikan informasi yang lengkap terhadap lokasi wisata sejarah.Â
Penggunaan pola ini pada prinsipnya sama dengan bentuk artikel wisata pada umumnya. Penerapan pola selain agar tulisan lengkap juga untuk memudahkan penulisan.Â
Mengapa harus menulis artikel wisata sejarah?
Hal ini tentu berkaitan dengan upaya turut menggaungkan wisata daerah. Melalui artikel wisata sejarah penulis dapat mengenalkan sejarah sebuah situs di daerahnya.Â
Terutama jika situs tersebut memiliki keunikan yang belum banyak orang tahu. Tentu artikel ini akan sangat membantu.Â
Artikel wisata sejarah yang ditulis dengan baik akan berpotensi menjadi sumber belajar. Pastinya bagi siapa saja yang membutuhkan.Â
Selain itu, menulis artikel wisata sejarah juga memiliki tantangan. Bagi yang suka tantangan, menulis artikel wisata sejarah akan memunculkan kepuasan tersendiri.Â
Bagaimana langkah mudah menulisnya?
Setidaknya ada 7 langkah yang akan memudahkan dalam penulisan. Ketujuu langkah ini bisa menjadi kunci dalam memulai dan menyelesaikan tulisan.Â
Bagaimanapun juga, tidak akan ada tulisan baik jika tidak pernah dituliskan. Sebab tulisan yang baik adalah yang berhasil diselesaikan.Â
1. Melakukan riset
Melakukan riset bukan saja monopoli tulisan ilmiah akademis. Melainkan juga untuk tulisan lainnya. Melakukan riset ini dilakukan untuk mengumpulkan informasi.Â
Riset dapat dilakukan melalui kunjungan langsung ke lokasi wisata sejarah. Selain itu, juga bisa melalui obrolan dengan penjaga lokasi wisata atau masyarakat sekitar.Â
Hal ini penting agar tidak ada kesalahan dalam menulis sejarah sebuah tempat. Selain itu, juga untuk memberikan jaminan kebenaran atau keyakinan terhadap tokoh-tokoh yang terlibat dalam sejarahnya.Â
Informasi lainnya yang dikumpulkan, yaitu terkait dengan peristiwa penting di lokasi tersebut. Tidak lupa informasi detail lainnya terkait lokasi wisata sejarah.Â
2. Membuat kerangka tulisan
Seperti halnya tulisan lain, menulis artikel wisata sejarah pun memerlukan kerangka. Kerangka tulisan ini salah satunya meliputi pengantar.
Pada bagian pengantar, nantinya bisa berupa paragraf pembuka yang menarik atau membuat penasaran. Selain itu, juga basa-basi terkait kunjungan ke lokasi wisata sejarah.Â
Bagian selanjutnya adalah deskripsi lokasi wisata. Deskripsi bisa memuat tentang gambaran umum lokasi wisata sejarah.Â
Dalam deskripsi, penting juga menyertakan keunikan lokasi wisata sejarah. Selain itu, juga menyertakan informasi hal-hal yang bisa dinikmati di lokasi wisata.Â
Tidak lupa juga menambahkan sejarah dari lokasi wisata tersebut. Bagian ini merupakan poin penting. Sumbernya bisa dari masyarakat sekitar atau referensi yang ada, tentu dengan mencantumkan sumber.Â
Bagian kerangka lainnya adalah hal-hal lain terkait lokasi wisata sejarah. Misalnya, akomodasi, akses menuju lokasi, sarana prasarana di lokasi, dan harga tiket masuk.Â
Pada bagian penutup tulisan ada baiknya disertai dengan ajakan untuk mengunjungi lokasi wisata sejarah.Â
3. Menggunakan bahasa yang menarik
Tulisan wisata sejarah harus menarik dan mudah dipahami pembaca. Penggunaan bahasa menjadi kunci menarik minat pembaca.Â
Bahasa yang menarik tentu juga disertai gaya penulisan yang mengalir. Hal ini akan bisa membawa pembaca masuk ke dalam tulisan.Â
Selain itu, juga harus mampu menempatkan penulis sebagai pembaca. Tujuannya agar seolah-olah pembaca yang sedang berada di lokasi wisata sejarah.Â
4. Menggunakan referensi
Referensi terhadap lokasi wisata sejarah akan meningkatkan kualitas tulisan. Adanya referensi dari sumber tepercaya, akan mampu meyakinkan pembaca.Â
Pemilihan referensi perlu didasarkan pada kesesuaian dengan lokasi wisata sejarah yang sedang ditulis. Hal ini akan mampu menambah informasi lokasi wisata secara lebih utuh.Â
5. Berisi ajakan untuk mengunjungi
Ajakan ini ditulis sebagai penutup. Ajakan tidak harus tersurat, tetapi bisa saja tersirat. Penulis perlu menuliskan alasan-alasan logis kenapa pembaca harus mengunjungi lokasi tersebut.Â
6. Melakukan swasunting sebelum publikasi
Hal ini penting dilakukan setelah artikel selesai ditulis. Pada langkah ini, penulis perlu memperhatikan ejaan dan tanda baca.Â
Selain itu, penting juga memperhatikan pemilihan kata. Tidak lupa penting juga memastikan kalimat-kalimat yang dipakai efektif.Â
7. Terus belajar menulis dan membagikan tulisan
Terus belajar menulis artikel lokasi wisata sejarah akan semakin meningkatkan kualitas tulisan. Proses belajar yang dilakukan tentu dengan membuat tulisan dari lokasi lain yang dikunjungi.Â
Setelah itu, tidak kalah penting juga untuk membagikan tulisan. Selain memberikan informasi juga untuk mendapatkan umpan balik perbaikan tulisan.Â
Demikian dan semoga bermanfaat!Â
Simak juga materinya lewat video YouTube berikut ini!Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H