Sedangkan pada materi kunci komitmen sama persis dengan salah satu alur TIRTA dalam coaching, yaitu TAnggung Jawab. Meskipun demikian keduanya memiliki perbedaan. Dalam KAP bisa diterapkan secara berkelompok.Â
Sedangkan coaching biasanya diterapkan kepada individu. Namun, demikian keduanya tetaplah hal yang bisa dianggap sama. Artinya, bahwa secara tidak langsung guru penggerak bisa menjalankan perannya dalam literasi digital melalui KAP atau coaching.Â
Salah satunya adalah dalam menyebarkan pemahaman dalam menyikapi sebuah berita yang belum tentu kebenarannya. Peran ini bisa dijalankan di kalangan murid, sejawat, orang tua, dan masyarakat.Â
Bagaimana peran guru penggerak dalam literasi digital?Â
Uraian tersebut di atas menjadi gambaran adanya korelasi antara guru penggerak dengan literasi digital. Terutama dalam upaya peningkatan kesadaran diri dan orang lain dalam menanggapi berita hoaks.Â
1. Peran bagi murid
Bagi murid, guru penggerak dapat menempatkan diri sebagai fasilitator. Terutama dalam kegiatan sekolah yang terkait upaya penyebaran hoaks.Â
Guru penggerak dapat melakukan komunikasi antar pribadi dengan murid di sekolah. Bisa saja menerapkan materi KAP atau coaching. Keduanya memiliki kesamaan dalam proses implementasinya.Â
2. Peran bagi rekan sejawat
Bagi sejawat, guru penggerak bisa menempatkan diri sebagai mitra belajar. Artinya, proses peningkatan kesadaran dilakukan dengan pendekatan POD.Â
Dengan demikian guru penggerak akan sama-sama belajar dengan berangkat dari pengalaman. Tentu ini akan lebih memudahkan guru penggerak untuk mengubah pola pikir sejawat terkait menangkal hoaks.Â