Mohon tunggu...
Sudomo
Sudomo Mohon Tunggu... Guru - Guru Penggerak Lombok Barat

Trainer Literasi Digital | Ketua Komunitas Guru Penggerak Lombok Barat | Duta Teknologi Kemendikbudristek 2023 | Penulis Buku

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 3.1 Guru Penggerak, Ini Contohnya!

10 Februari 2023   13:17 Diperbarui: 10 Februari 2023   13:30 1559
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

"Jurnal refleksi membantu guru penggerak menemukan dasar melakukan perbaikan atas prakarsa perubahan yang telah dilakukan" - Sudomo

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan merupakan salah satu fitur yang ada di dalam Learning Management System (LMS) Guru Penggerak. Pengisian jurnal ini dilakukan oleh Calon Guru Penggerak (CGP) secara rutin, yaitu dua minggu sekali. Proses pengisian jurnal yang dilakukan menyesuaikan dengan pengalaman belajar yang telah dilalui.

Pembiasaan penulisan jurnal ini akan memberikan banyak manfaat kepada CGP. Selain itu, juga sekaligus sebagai upaya pengembangan kompetensi dirinya. Lebih dari itu jurnal refleksi akan menjadi gambaran diri secara menyeluruh terkait hal-hal yang telah dipelajarinya.

Melalui jurnal refleksi ini CGP dapat memahami kekuatan dan kelemahan diri sendiri. Selanjutnya CGP akan lebih mudah mengelola kekuatan menjadi kelebihan. Selain itu, juga mengelola kekurangan sebagai rencana perbaikan ke depan.

Jurnal Refleksi Menurut Para Ahli

Menurut Bain dkk (1999), jurnal refleksi dalam pendidikan guru dipandang sebagai salah satu elemen kunci pengembangan keprofesian. Hal ini karena dapat mendorong guru untuk mengaitkan teori dan praktik. Selain itu, juga menumbuhkan keterampilan dalam mengevaluasi sebuah topik secara kritis. 

Sedangkan menurut Driscoll & Teh (2001), menuliskan jurnal refleksi secara rutin akan memberikan ruang bagi seorang praktisi untuk mengambil jeda dan merenungi apakah praktik yang dijalankannya sudah sesuai. Hal ini akan membuatnya dapat memikirkan langkah berikutnya untuk meningkatkan praktik yang sudah berlangsung. 

Selain itu, menurut Denton (2018), jurnal refleksi ini juga dapat menjadi sarana untuk menyadari emosi dan reaksi diri yang terjadi sepanjang pembelajaran. Hal ini akan membuat seorang pembelajar semakin mengenali dirinya sendiri.

Apa Saja Manfaat Menulis Jurnal Refleksi?

Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut di atas bisa ditemukan manfaat membuat jurnal refleksi. Terlebih jurnal refleksi yang dilakukan secara rutin. Beberapa manfaat tersebut di antaranya, yaitu:

Pertama, mendorong guru mengaitkan teori dan praktik.

Menulis jurnal refleksi akan menumbuhkan kebiasaan mengaitkan berbagai materi yang telah dipelajari. Selain itu juga, akan membuat guru memiliki kebiasaan dalam melakukan praktik baik. Tentu saja dengan terlebih dahulu didasari oleh teori yang kuat. 

Kedua, memberikan ruang untuk mengambil jeda.

Dengan menulis jurnal refleksi guru penggerak menciptakan jeda dari apa yang telah dilakukan. Jeda ini bermanfaat bagi guru untuk melihat kembali secara mendalam capaian pembelajaran yang telah dilakukan. Dengan melihat kembali akan mendapatkan gambaran atau rencana perbaikan ke depan. 

Ketiga, sarana menyadari emosi dan reaksi diri.

Jurnal refleksi mampu membuat seorang guru penggerak menyadari emosi diri. Hal ini tertuang dalam perasaan-perasaan yang dituliskan. Jurnal refleksi ini juga menjadi sarana guru penggerak dalam mengenali reaksi diri terhadap suatu peristiwa. 

Keempat, sarana meningkatkan kompetensi.

Menulis jurnal refleksi menjadi sarana meningkatkan kompetensi menuangkan ide ke dalam tulisan. Menulis jurnal secara rutin akan melahirkan pembiasaan. Pembiasaan yang awalnya sulit lama kelamaan akan menjadi mudah dan menyenangkan.  

Bagaimana Menulis Jurnal Refleksi Dwi Mingguan yang Efektif?

Menulis jurnal refleksi yang efektif membutuhkan modal pemahaman yang baik. Modal ini akan memudahkan dalam menulis nantinya. 

Berikut ini beberapa langkah sistematis yang dapat dilakukan oleh guru penggerak. 

Pertama, memilih model refleksi yang sesuai. 

Kesesuaian model yang dipilih akan menyebabkan rasa nyaman dalam menulis. Rasa nyaman ini adalah salah satu kunci memulai dan menyelesaikan tulisan. 

Kedua, mengingat pembelajaran sebelumnya.

Mengingat kembali pembelajaran sebelumnya merupakan langkah berikutnya. Langkah ini dilakukan agar tulisan dalam jurnal lebih lengkap. Kuncinya adalah menulis semua pembelajaran yang telah diikuti secara detail. Catatan detail ini memudahkan guru penggerak dalam menemukan pembelajaran. 

Ketiga, mengaitkan dengan penerapan di lapangan.

Langkah ini akan menumbuhkan pemahaman yang lebih holistik terkait materi pembelajaran. Mengaitkan dengan penerapan di lapangan akan memudahkan dalam menentukan rencana perbaikan ke depan. 

Keempat, menulis dalam bentuk paragraf.

Langkah selanjutnya adalah menulis. Dalam menulis jurnal sebaiknya dalam bentuk paragraf. Hal ini karena jurnal ditulis dalam bentuk cerita pribadi. Bentuk ini akan memudahkan guru dalam menulis dan mengingat kembali yang telah dipelajari. 

Kelima, mencoba memvariasikan model refleksi.

Hal ini akan memberikan pengalaman baru. Pengalaman-pengalaman baru akan membuat seorang guru penggerak terus tumbuh. Tentu hal ini akan membuat pola pikir yang lebih maju. 

Seperti Apa Contoh Jurnal Refleksi Dwi Mingguan?

Salah satu model jurnal refleksi yang mudah dilakukan adalah 4F (Facts, Feelings, Findings, Future). Model 4F dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway. 4F dapat diterjemahkan menjadi 4P, yaitu Peristiwa, Perasaan, Pembelajaran,dan Penerapan. 

Berikut ini adalah contoh Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 3.1 yang dibuat oleh salah seorang CGP angkatan 6 Kota Mataram, Aminuddin, S.Pd. dari SD Negeri 26 Cakranegara. 

Facts (Peristiwa)

Pada tanggal 1 Februari 2023 modul 3.1 ini saya mulai dengan pretest. Setelah itu saya membuka bagian Mulai dari Diri dan Eksplorasi Konsep. Saya mengisi pertanyaan pemantik. Saya juga menuliskan tantangan/keputusan pada sebuah kasus yang melibatkan diri saya sebagai pengajar di sekolah di tempat saya mengajar. Keputusan yang saya ambil tersebut terkadang masih menyimpan tanda tanya. Pada Eksplorasi Konsep, saya belajar tentang bagaimana sekolah sebagai institusi moral, dilema etika, bujukan moral, dan pengambilan keputusan.

Pada tanggal 2 sampai 3 Februari 2023, saya membaca alur belajar Eksplorasi Konsep - Forum Diskusi. CGP mendapatkan tugas memilih salah satu kasus dan menuliskannya di LMS . Selanjutnya memberikan tanggapan pada kasus CGP lain.

Feelings (Perasaan)

Saya merasa sangat tertarik dan sangat antusias selama mengikuti pembelajaran ini. Karena jujur saya belum pernah mendapatkan pembelajaran ini dari mana pun. Sehingga saya merasa bangga bisa memiliki kesempatan untuk mempelajari modul 3.1. ini. Pada saat saya menganalisa kasus, saya berupaya memosisikan diri sebagai seorang yang sedang berada dalam masalah tersebut. Sehingga membuat saya tersenyum sendiri dan bergumam dalam hati, "Inilah pembelajaran untuk menjadi sosok yang bijaksana."

Findings (Pembelajaran)

Pada modul 3.1. ini saya mempelajari dan telah memahami bahwa pengambilan keputusan yang baik harus memperhatikan tiga unsur. Ketiga unsur tersebut, yaitu berpihak kepada murid, berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal, dan bertanggung jawab.

Apabila keputusan yang telah kita ambil keduanya bernilai benar, itu merupakan situasi Dilema Etika. Sedangkan situasi di mana seseorang mengambil keputusan antara benar dan salah itu disebut situasi Bujukan Moral.

Empat model/paradigma dilema etika meliputi individu lawan kelompok (individual vs community), rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy), kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty), dan jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term). 

Ada tiga prinsip dalam pengambilan keputusan, yaitu berpikir berbasis hasil akhir (End-Based Thinking), berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking), dan berpikir berbasis peduli (Care-Based Thinking). 

Future (Penerapan) 

Setelah mempelajari modul ini dalam mengambil keputusan atau menyelesaikan kasus yang terjadi dalam lingkungan sekolah akan menerapkan sembilan langkah pengambilan keputusan jika hal tersebut adalah dilema etika. 

Selain itu, juga akan mengambil keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan dan menerapkan prinsip moral dalam melalukan pengambilan keputusan. 

Demikian uraian tentang Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin. Semoga bermanfaat! 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun