Pendekatan ini dikembangkan oleh John McKnight dan Jody Kretzmann dari Amerika Serikat menjadi Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA).
Sekolah sebagai komunitas membutuhkan sosok pemimpin pembelajaran yang mampu mengelola aset dengan baik. Tujuannya agar pada akhirnya sekolah sebagai komunitas mampu tumbuh sesuai potensi dan kekuatan yang dimiliki.Â
Apa keterkaitan guru penggerak dengan aset?
Seorang guru penggerak saat mengikuti program PGP mendapatkan materi terkait dengan pengelolaan dan pengembangan sumber daya sekolah. Diharapkan sebagai pemimpin pembelajaran nantinya, guru penggerak dapat mengembangkan program sekolah berdasarkan potensi dan kekuatan yang dimiliki sekolah.Â
Pendekatan berbasis aset mengajarkan pada guru penggerak untuk mengorganisasikan aset, merancang program berdasarkan aset, dan melaksanakan program yang telah direncanakan. Sebagai pemimpin pembelajaran, seorang guru penggerak harus mampu mengelola aset ini dengan baik.
Tentunya dengan melibatkan warga sekolah yang lain. Terutama adalah dengan kepala sekolah. Hal ini akan memudahkan guru penggerak dalam mengintervensi program sesuai potensi dan kekuatan yang dimiliki sekolah. Dengan adanya campur tangan dari guru penggerak, sekolah akan bisa lebih mudah mengembangkan program berbasis aset.
Fakta di lapangan saat ini menunjukkan bahwa guru penggerak memiliki banyak aset untuk dikembangkan. Hal ini tentunya sesuai dengan kondisi masing-masing sekolah. Namun, bagi seorang guru penggerak kondisi kekurangan merupakan potensi yang harus bisa dikelola menjadi kekuatan.Â
Aset guru penggerak di sekolah sangat melimpah. Hal ini terlihat dari pemetaan aset yang telah dilakukan saat mengikuti pendidikan. Berdasarkan hasil pemetaan yang dilakukan, guru penggerak mampu merumuskan program yang sesuai. Aset-aset yang ada di dalam sekolah sebagai komunitas meliputi, modal manusia, sosial, politik, agama dan budaya, fisik, lingkungan/alam, dan finansial.Â
Pertama, modal manusia
Modal manusia di sekolah meliputi seluruh warga sekolah. Pemetaan yang bisa dilakukan guru penggerak berdasarkan kecakapan warga sekolah. Hal ini akan memudahkan dalam pilihan pengembangan program yang akan dilakukan. Berdasarkan kecakapan ini akan bisa dipetakan program apa saja yang akan berhasil dilakukan berdasarkan potensi dan kekuatan yang ada.Â
Setiap warga sekolah dikelompokkan berdasarkan kecakapan. Selanjutnya masing-masing kelompok menyusun program sesuai kecakapan masing-masing. Kelompok kecakapan ini tentunya juga menyesuaikan dengan kebutuhan murid sebagai subjek pendidikan.
Kedua, modal sosial
Modal sosial erat kaitannya dengan investasi yang berdampak pada sekolah sebagai komunitas. Hal ini tidak lepas dari adanya keterlibatan kelompok-kelompok dalam masyarakat yang memegang norma dan aturan.
Salah satu contohnya adalah asosiasi. Sebagai modal sosial, asosiasi dapat dikelola oleh sekolah dalam mendukung program yang akan dijalankan.