Melansir CNBC di AS Sektor lain yang mengalami kerugian akibat Corona adalah Hiburan, Teknologi, otomotif dan Retail. Perusahaan Hiburan di China menutup layanannya Misalnya Disney yang menutup resor di Shanghai dan Taman di Hongkong. Karnaval Cruises, Royal Carribean, MGM Resort dikurangi hingga dihentikan. Perusahaan Teknologi juga memperingatkan bahwa Virus Corona dapat mempengaruhi cuan dan profitabilitas mereka.Â
Kepada pemegang saham dikatakan pabrik akan ditutup di tengah wabah, Microsoft menghentikan perjalanan dinas karyawannya dan di ganti dengan Work From Home (WFH), Amazon yang memiliki kantor di Beijing, Shenzen, Shanghai dan Guangzhou membatasi perjalanan dinas dari dan  ke China. Google, Facebook  dan Apple pun demikian perusahaan tersebut menutup kantor, Gerai dan pusat kontak di China. Perusahaan  Otomotif seperti Fiat Chrysler, Ford Motor, Toyota akan membatasi perjalanan ke Wuhan serta sepuluh kota China lainnya hingga menutup pabrik Toyota.Â
Bidang Ritel  perusahaan melakukan pembatasan operasi perusahaan dengan membatasi atau mengurangi jam kerja di pabrik dan took sama seperti yang dilakukan di Indonesia. Walmart menutup 400 lokasi ritel di seluruh China. Mc Donald menutup ratusan restoran di Provinsi Hubei, provinsi pusat penyebaran, Wuhan. Starbuck juga menutup hampir setengah lokasi ritel di China. Coca Cola industry minuman berkarbonasi juga tak kalah  sigapnya menutup kantor bisnis di China. (Kontan.co.id)
UPAYA PREVENTIF DAN KURATIF
Virus Corona di mata pejabat pemerintah kita pada awalnya menganggap sepele dan recehan. Laksana koor paduan suara saling sahut menyahut. Ungkapan mereka bisa kita lihat di media social maupun YouTube. Menempatkan virus Corona sebagai dagelan bukan hal yang tidak terpuji, silang pendapat sesama bangsa membuat masyarakat alami kerusakan secara massif.Â
Kalimat yang mengatakan "Corona merk mobil", "Corona susah masuk ke Indonesia karena birokrasinya rumit'', "Musim panas juga virusnya mati", Minumlah Jamu, anti virus Corona", "Pakai Kalung Eucalyptus, anti Virus Corona", "Virus Corona tak akan menulari karena makan nasi kucing" dan banyak lagi. Ini menunjukkan kita terlena dan tidak mengantisipasi efek bahaya Corona kelak. Tracing dan pengawasan terhadap lalulintas orang yang masuk ke Jakarta saja sebagaimana di jelaskan pemerintah DKI Jakarta malahan tidak digunakan pemerintah pusat.
Kekurang familiar bangsa hadapi Covid-19 malah makin membingungkan. Saat Presiden Jokowi mengakui ada suspect no. 1, dan 2 Ibu beserta anaknya yang terpapar dua hari setelah Gubernur DKI Jakarta menyelenggarakan Jumpa pers dan mengeluarkan Instruksi Gubernur Nomor 16 tahun 2020 tentang peningkatan kewaspadaan terhadap Risiko Penularan Infeksi Coronavirus Disease (Covid-19) tanggal 25 Februaru 2020.Â
Dasarnya adalah dugaan awal Corona karena memiliki gejala dan riwayat perjalanan dari Negara terjangkit. Terdapat 115 orang dalam pemantauan dan 32 Pasien dalam pengawasan  berdasarkan kriteria  Kementerian Kesehatan RI. (liputan6)Â
Tindakan Preventif penularan Covid-19 begitu massif disosialisasikan pemerintah lewat Iklan, Kampanye, Spanduk, Stiker, imbauan oleh Satgas Covid-19 di Radio  hingga video diberbagai  Televisi terus menerus didengungkan. Mengajak Influenzer hingga YouTuber dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil yang menyampaikan pesan mulai dari kebiasaan mencuci tangan dengan menggunaan Hand Sanitizer, Hand Soap, dan sabun di air mengalir selama 20 detik, menjaga jarak, penggunaan Facefield, Masker dan Baju panjang serta penutup kepala. Sudah menjadi pola tata cara kehidupan semasa Pandemik. Â
Belum lagi lagu Pop Group Radja yang mengkampanyekan Larangan Mudik. Ketidaksiplinan masyarakat pada awal merebak Covid-19 benar-benar diuji saat PSBB (Penerapan Sosial Berskala Besar). Hampir tiga bulan masyarakat StayAtHome (berdiam diri di Rumah), serba aktivitas di rumah mulai bekerja, belanja pesanan dan melaksanakan sholat. Namun, komunikasi public yang kurang komunikatif awal Juni 2020 dengan ekspektasi tinggi pemerintah menggendorkan tatanan yang sudah baik itu.Â
Kata lain adalah kecerobohan. Masyarakat seolah disadarkan bahwa Covid-19 telah mereda dan mengalami trend penurunan terjangkit Covid-19. Janji pembukaan mal, kegiatan pasar, keramaian, angkutan umum massal hingga pernyataan penolakan Lockdown. Antusiasme masyarakat berefek pada dibukanya kantor-kantor perusahaan swasta yang menyebabkan arus barang jasa dan orang meningkat signifikan. Pelonggaran masuk Jakarta yang semula  pakai SIKM (Surat Ijin Keluar Masuk) terus melonggar.Â
Rapid Test dan PCR yang awalnya begitu jadi persyaratan utama berpergian jarak jauh dengan pesawat dan Kereta Api serta bus perlahan-lahan mulai dilupakan. Akibat langsung jumlah yang terpapar positif yang semula ribuan, naik menjadi puluhan ribu dan kini mencapai ratusan ribu orang.Â