Apalagi dari para eksodus ahli China ke Negara barat yang ikut dalam riset awal menyuarakan berita yang sebenarnya. Misalnya bahwa pemerintah China telah menghilangkan barang bukti awal Virus Corona. Padahal data awal jika tidak hilang atau dihilangkan para peneliti Virus bisa mengambil langkah lebih tepat dan cermat untuk membuat vaksin penangkalnya.
Virus Global Corona kali ini mematikan dan membuat ketakutan (horrorable). Tatanan masyarakat dunia yang telah berjalan berabad-abad dijungkirbalikan oleh makhluk Tuhan Super kecil. Hal-hal yang dulu tidak ada larangan meski ada Pandemik lain yang tak jua ditemukan Vaksinya tak melulu mengurangi orang untuk melakukan perjalanan baik ke dalam dan luar negeri.Â
Kebiasaan dulu kini dilarang tampak antara lain : Berkerumun dalam jumlah lebih dari 5 orang (physical distancing), bersentuhan fisik bersalaman tangan, cipika cipiki dengan orang lain, seminar, rapat, sampai pada penggunaan kendaraan pribadi.. Pengaturan jam bekerja dan melaksanakan Ibadah Masjid, Gereja, Biara, Klenteng/ditempat-tempat yang disucikan pun tak luput dari sasaran.
Semua berganti dengan penggunaan Internet, moda daring : Zoom Meeting, Google Classroom,Skype, dan aplikasi lain untuk rapat, seminar dan pertemuan kelompok. Dimulailah era baru bidang lainnya. Di bidang Pendidikan Perkuliahan dan sekolah tidak lagi regular konvensional tetapi bertransformasi menjadi Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), Blended Learning, dan Hybrid Learning. Istilah dan pemahaman yang bikin mumet kepala. Beberapa sektor yang terpuruk akibat Pandemik Covid-19 diantaranya :
SEKTOR INDUSTRI PARIWISATA LOKAL Â
Sejumlah Negara mengandalkan pundi-pundi Devisa Negara terisi dari hasil sector Pariwisata termasuk juga Indonesia. Seperti Thailand, Malaysia, Singapore dan Negara-negara kawasan Asia lainnya sama saja harus merubah target kunjungan wisatawan tahun 2020. Â
Kunjungan wisatawan Lokal dan mancanegara yang semula tertarik mengunjungi keindahan destinasi pantai, Coral laut, Gunung/Pegunungan, Pedesaan, Ngarai, Kota kuno, Bangunan Kolonial, Museum, kuliner, Safari Zoo, pameran tematik dan pertunjukan teather mendadak dihentikan. Wisatawan takut datang dan urung berkunjung sebagaimana larangan dari pemerintah Negara asal wisatawan.
Pariwisata terkait dengan leading sector lain seperti transportasi darat, air  dan udara. Asosiasi perjalanan dan penerbangan nasional dan internasional kebingungan sebab pesawat standby di Bandar Udara namun penumpangnya nihil. Angkutan darat pun mengalami hal sama selain minim penumpang ada aturan dari para Kepala Daerah tertentu yang melarang wilayahnya dilintasi orang yang asal penyebaran Covid-19 seperti DKI Jakarta.Â
Para pekerja sector Pariwisata lain juga terpuruk yaitu akomodasi penginapan mulai dari Losmen, Hotel Melati hingga Hotel Kelas Berbintang. Siapa yang mau menginap kalau lokasi wisata terdekat tutup ? Sektor pendukung Pariwisata yang juga terkena imbas Covid-19 adalah supporting bisnis Katering untuk hotel dan penerbangan, menurunnya produksi barang dan jasa oleh industri terkait menyebabkan banyak pengurangan pegawai hingga Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).Â
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Hariyadi B Sukamdani  Industri pariwisata menanggung kerugian setidaknya US 1,5 Miliar setara Rp 85,7 triliun. Rinciannya sektor Hotel Ada 2.000 Hotel dan 8000 restoran sudah berhenti beroperasi sejak Januari 2020 lalu kerugian Rp 30 triliun (Hotel) dan Rp 40 triliun (Restoran), Tour Operator mencapai Rp 4 triliun BPS mencatat kunjungan wisatawan Januari-Februari 2020 hanya 2,16 juta orang atau turun 11,8 persen dibandingkan tahun 2019 lalu.Â
Malah Februari 2020 tercata anjlok kian dalam 28,85 persen secara tahunan. Semakin tinggi angka kerugian sektor industry Pariwisata dunia karena anjlok hingga 44 % dibandingkan tahun lalu (Bisnis.com dan Tempo.com).
SEKTOR INDUSTRI ASING LAINNYAÂ