Pagi kembali menyapa, kami semua mengemaskan tenda tenda dan barang barang untuk bersiap kembali ke Jakarta. Beberapa kali aku berpapasan dengan Elsa tapi sengaja kupalingkan mukaku. Lalu kamusemua sudah siap . satu persatu anak anak masuk ke bus, begitu juga Elsa yang lebih dulu duduk di dalam bis, aku memilh kursi paling dean sedangkan dia hampir paling belakang.Â
Semua anak telah naik dan bus pun berjalan. Berbeda dengan kemarin saat aku bersama dengan Vno dengan perasaan yang sangat bahagi, saat ini hatiku campur aduk, gelisah karena aku tidak pernah bertengkar separah ini dengan Elsa. Bus terus melaju tiba tiba "pussss!!!" terdengar suara nyaring yng mungkin suara dari ban bus, bus yang kami tumpangi oleng dan tiba tiba...Bruuukkk...
Aku perlahan membuka mataku dan kulihat ada ibu ayah dan adikku disampingku, kulihat suasana di sekelilingku yang ternyata aku sedang dirumah sakit. "mama" ucapku lirih. " iya sayng, kamu nggak apa apakan, Alhamdulillah ya Allah" ku lihat ibuku tersenum dengan matanya yang sembab seperti habi menangis, begitu juga ayah dan adikku, sesaat aku terdiam dan tiba tiba aku teringat dengan sosok Elsa. " ma Elsa gimana ?" tanyaku.
 "Elsa udah pulang duluan sayang."ucap ibuku lirih. "syukurdeh kalo gitu, trus karin kapan boleh pulang ma?" tanyaku lagi. "nanti kita tanya dokter ya." Ternyata sore itu juga aku sudah diperbolehkan pulang karena tidak ada kecelakaan serius denganku.Â
Aku pun pulang, sesampainya di rumah, "ma Elsa beneran nggak papa kan? Karin mau kerumah Elsa ma!" ibu dan ayahku saling berpandangan. Lalu ayahku berbicara "sayang, sebenarnya Elsa udah ninggalin kita semua, dia udah duluan dipanggil tuhan" bagaikan petir disiang bolong, jantungku berdegup kencang, kakiku lemas dan tanganku bergetar, aku tidak percaya dengan apa yang kudengar.Â
Seketika itu juga aku bergwgas kerumah Elsa.
Sesampainya di depan rumah Elsa kulihat ada bendera kuning dan banyak orang di dalam rumahnya, hatiku masih tidakk percaya dengan apa yang kulihat, aku memberanikan diri masuk ke dalam dan seketika tubuhku lunglai terduduk melihat sebujur mayat kaku Elsa yang terbaring di ruang tengah, ku lihat dsampingnya ada ibu dan ayahnya dengan mata yang sembab.Â
"Elsa lu cuman bercanda kan? Le nggak bakal ninggalin gue kan? Lu nggak bisa ninggalin gue kaya gini, hiksss" tidak terasa air mataku mengalir, aku menangis tersedu sedu dihadapan tubuh Elsa yang terbaring lemas. "tante, Elsa nggak bakalin ninggalin karin kan ? Elsa sahaat karin tante dia nggak bakal ninggalin Karin seperti ini. (" aku berbicara dengan ibu Elsa. "udahlah Karin, Elsa udah ninggalin kita semua, kita doakan aja ya dia tenang di sana" ibu Elsa juga menangis.Â
"Huaaaaaa Elsa, gue salah gue minta maaf, gue janji gue gak bakal marah marah lagi sama lo, jangan tinggalin guee !!! kalo lo pergi kayak gini, gimana sama gue, gue gak benci kok sama lu, bangun Elsa!! Elsa gue bener bener minta maaf, pliss jangan tinggalin gue kaya gini!" aku menangis sejadi jadinya, seketika aku menyesal dengan apa yang telah ku perbuat, andai saja aku tidak menyukai Vino, andai saja kami tidak ikut study tour, andai saja pas pulang dia duduk disampingku, dan andai saja aku tidak bertengkar dengannya, tapi itu semua hanyalah hayalankku yang tidak akan merubah kenyataan bahwa Elsa telah meninggalkan kami semua di sini selamanya.
Hari hari berlalu, pulang sekolah aku langsung masuk kekamarku seketika mataku tertuju pada sebuah album foto, ku buka satu persatu, tidak terasa air mataku menetes ketika melihat foto foto kenanganku bersama Elsa, saat itu juga aku masih berfikir andai saja waktu dapat terulang, hari itu saja, aku akan memanfaatkan waktu yang berharga itu dan bersenang senang sehingga walaupun Elsa pergi, dia tidak akan pergi dengan perasaan luka dan mungkin aku tidak akan merasa penyesalan yang teramat dalam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H