Aku adalah seorang anak sma kelas 2 yang bisa tergolong pendiam, bukan karena jutek ataupun sombong, aku hanya terlalu malas untuk mengeluarkan banyak kata yang bahkan tidak perlu diucapkan, ya namaku adalah Karin. Berkebalikan denganku, aku mempunyai teman yang cerewet, banyak bicara, dan centil walaupun sangat berbeda denganku, aku merasa senang bersamanya karena aku sering terhibur oleh tingkah lucunya bahkan aku bisa menjadi Karin yang banyak bicara sangat bertolak belakang dengan sikapku seperti biasa,y namanya adalah Elsa.
"Kariiiiinnn!!!!!" Terlihat seorang cewek dengan suara cempreng yang bahkan dari kejauhan sudah sangat mengganggu berlari ke arahku."apaan sih teriak teriak? Gue gak budek kali, gak sakit tuh tenggorokan lu ?" ucapku sedikit kesal. "eh lu kayak ngga hafal hafalnya sama gue eh lu dah dengar belom kelas 11 bakal ngadain study tour , nginep lagi ? yes yesss seneng banget." "udah tau, biasa aja kali" Balasku ketus. "dihh jutek banget sih, untung cinta." Katanya lagi sambil mencubit pipiku. "idiiih cinta ? gue masih normal kalii."Â
Ucapku sambil tertawa lalu suara bel berbunyi kamipun masuk ke kelas. Dikelas Elsa kulihat senyum senyum di bangkunya. "woy senyam senyum senyam senyum kek orang gak waras aja lu" aku mengagetkan Elsa. "gue lagi seneng nanti pas study tour kan gue bisa seharian sama farel." Dengan mata berbinar binar Elsa terlihat sangat bahagia. "iya seharian itu lu merhatiin dia doang tanpa sedetikpun dia merhatiin lu kan?" Aku meledek Elsa.Â
"lu juga gitu kali, lu juga seneng kan nanti bisa sepuasnya menatap sang pujaan lu anak ips 2 namanya Vino, iyakan ?" alas elsa meledekku dengan suaranya yang nyaring. "aelah ni anak, lu mau buat pengumuman yaa?" aku sedikit kesl dan segera menutup mulut elsa. Tiba tiba ibu guru datang sehingga kelas menjadi tertib kembali.
Hari yang ditunggu tunggu pun tiba, anak anak berkumpul di halaman sekolah untuk menerima aba aba dari guru pembimbing. Aku dan Elsa pun sudah siap dengan tas masing masing. Tiba tiba, brukkk, seseorang menabrakku "maaf ya gue gak sengaja" ucapnya sambil mengulurkan tangannya kepadaku yg terduduk di tanah. " iya gak papa" kulihat wajahnya, aku terdiam sesaat lalu ku sambut uluran tangannya. "sekali lagi maaf ya soalnya gue buru buru ,duluan ya!" dia meninggalkanku yang sedang terdiam tidak menyangka karena dia adalah Vino dan itu adalah kali pertamanya aku berbicara langsung kepadanya.Â
"Woy woyy sadar ! bus udah mau juga lu malah bengong" elsa mengagetkanku yang sedang melamun beberapa saat, kemudian kami harus segera menuju bus masing masing, kamipun segera pergi sambil membawa tas kami. Tiba tiba saja Vino berada di depan kami. " sini biar gue aja yang bawa tas lu kayaknya berat banget" vino berbicara kepada Elsa.Â
Elsa terlihat sedikit kaget, "wah makasihh banget ya tau banget tas kami berat, biasalah ya peremuan. Nih sekalian tas teman gue." Celetuk Elsa sambil memberikan tas kami kepada Vino "kami duluan ya" Vino terlihat bengong melihat tingkah Elsa sedangkan Elsa langsung menarik tanganku dan meninggalkan Vino.Â
"Ngapainn tas kita lu kasih ke orang ? gak kenal lagi" "gak kenal gimana, itu vino impian lu kan, gue juga bingung ngapain tu anak kaya kenal banget nolongin kita, biarin ajalah, lumayan gak capek capek bawa tas."Â
Elsa menjelaskan kepadaku. "tau ah, gue kebelet pipis nih, lu duluan aja!" elsa meninggalkanku sembari aku ke wc. Setelah selesai akupun segera berlari ke bus, namun langkahku trhenti di pintu bus karena kulihat vino berdiri di depan Elsa yang sedang duduk dikursi yang kebetulan dekat dengan pintu bus. "gue boleh kan duduk di sini?" tanya Vino kepada Elsa. "iya boleh banget kok duduk aja, tapi gue mau duduk di belakang soalnya ini tempat Karin."Â
Celetuk elsa sambil berjalan kearahku dan menarikku untu menyuruhku duduk disamping Vino, aku hanya tertegun tidak mengerti sesaat lalu aku duduk disamping Vino sedangkan Vino lagi lagi terdiam melihat tingkah Elsa. Tepat jam 7 pagi bus kamipun berangkat.Â
Di perjalanan aku hanya terdiam sambil sesekali memainkan ponselku hingga Vino membuka mulutnya berbicara kepadaku. "teman lu nggak apa apakan di belakang, gue gak enak sama dia." "eh, gak apa apa kok, dia yang mau sendiri di belakang." Ucapku sedikit gugup. "iya, ehm kamu Karin anak Ips 1 itukan temannya Elsa? Kenalin gue Vino anak Ips 2." Lagi lagi Vino mengulurkan tangannya kepadaku.Â
Akupun menjabat tangannya "iya , Karin." Ucapku seolah sebelumnya tidak mengenali Vino sambil tersenyum. Walaupun lebih banyak terdiam tetapi perjalanan ini sangat menyenangkan bagiku hingga tidak terasa 2 jam berlalu kamipun tiba di tempat tujuan pertama kami Candi Borobudur.
Satu persatu anak anak berhamburan ke area candi, begitu juga aku dan Elsa, walaupun perjalanan kami cukup melelahkan, tetapi rasa lelah itu seketika hilang ketika melihat bangunan yang indah berdiri dihadapan kami, kebetulan itu adalah kali pertamanya aku kesana. Sambil mencatat sedikit sedikit hal yang berhubungan dengan candi borobudur, kami sesekali menyempatkan diri untuk mengabadikan kenangan disini. "waaaah, sumpah keren banget disini, kebayang gak sih gimana orang dulu kok bisa buat bangunan yang keren banget kaya gini?" antusias Elsa yang tidak henti hentinya berdecak kagum mellihat bangunan megah ini.Â
"Eh karin dari tadi gue gak liat farel, lu ada liat gak?" mata Elsa kesana kemari mencari Farel sosok idaman yang selalu dia perhatikan dari kejauhan. "gak ada tuh, gue liat dia cuman sebelum kita berangkat, udah itu aja." Balasku.Â
"Ah liat tempat yang indah gini gue jadi lupa sama Farel." Kami terus berjalan jalan melihat candi candi di sekitar. Walaupun bukan hari libur, tetapi banyak orang yang juga mengunjungi tempat indah ini. "eh itu Farel" mataku menangkap sosok yang dari tadi dicari Elsa. " mana? Ahh iya yaa, kesana yukk rin ! eh tapi tunggu!" tiba tiba saja ada seorang cewek yang mendekat dan langsung merangkul lengan Farel.Â
"Eh apa apaan tuh cewek maing nyosor aja" aku kaget melihat situasi ini, terlebih lagi Elsa, dia diam mematung sesaat lalu berlari meninggalkanku. "elsaaa! Elsaa tunggu!!" aku mengejar elsa. "elsa" tanganku meraih elsa.Â
Elsa melihat kearahku dengan matanya yang sudah berkaca kaca. " karinnnn" akhirnya elsa menangis dihadapanku, aku tidak tahu harus bicara apa untuk menenangkannya, aku hanya bisa memeluk tubuhnya, baru pernah ku lihat sosok yang setiap harinya selalu ceria, bicara yang bebas tanpa beban menangis dalam rangkulanku.
Setelah Elsa selesai menangis, aku tidak tahu harus bagaimana memulai percakapan, sesaat suasana menjadi hening dan canggung hingga akhirnya Elsa memulai percakapan. "cengeng banget gue, gitu aja nangis alaah, cowok banyak kok di dunia ini, gue cantik, Farel juga gak ganteng ganteng amat , biasa aja ah, toh dia juga gak pernah sekalipun ngelirik gue apalagi mikirin gue." Elsa berbicara kepada dirinya sendiri, menghibur diri. Aku hanya tersenyum melihat Elsa lalu kami melanjutkan jalan jalan kami.
Kini suasana menjadi seperti biasa seolah olah tidak ada yang terjadi, Elsa kembali menjadi gadis yang ceria. Kami berjalan jalan mengelilingi candi, tiba tiba ada Vino menghampiri kami. "foto bareng yuk!" ajak Vino yang sukses membuat jantungku berdegup tidak karuan, walaupun yang dia ajak bukan hanya aku tetapi juga Elsa. Menggunakan kamera ponsel kamipun mengabadikan momen disini.Â
"1 2 senyum" cekrek, kami tersenyum kearah kamera. "elsa, mata lu kok bengkak? Lu habis nangis ya?" ucap Vino yang terlihat sangat perhatian kepada Elsa. " eh nggak apa apa kok, tadi cuman kemasukan debu aja." Balas Elsa seperti merasa tidak enak kepadaku dan aku merasa sedikit canggung. "yaudah lain kali hati hati ya!" balas vinu lagi.Â
Elsa hanya mengangguk. "gue boleh jalan sama kalian kan?" tanya Vino yang kebetulan menoleh ke arahku. "iya boleh kok." Balasku. "apa gak ganggu kalian? Soalnya kalian selalu berdua kek orang pacaran aja." Ucap Vino dengan hati hati. "hahaha ya enggak lah, yakali kita pacaran." Ucapku. "jadi selama ini lo nganggep gua apa kalo bukan pacar, gue kecewa ternyata gue gak dianggap." Ucap elsa seolah olah kecewa.Â
Lalu kami semuanya tertawa dan melanjutkan jalan jalan bertiga. Aku sangat senang karena kali ini aku bisa menjadi sangat dekat dengan Vino yang selama ini hanya menjadi hayalan, kami berbicara, tertawa , selfie seolah olah kami sudah sangat akrab. Tidak terasa waktu berlalu hingga pukul sudah menunjukan pukul 3 sore, kami semua naik bus dan segera  berangkat ke pantai Sundak yang memakan waktu kira kira 1 jam dari Candi Borobudur ,di sanalah nanti kami akan menghabiskan malam dengan mendirikan tenda tenda di tepi pantai.
Waktu terus berlalu, tidak terasa sudah seharian ini aku dan Elsa bersama sama, begitu juga Vino, saat ini dia juga sedang bersama kami. Sesudah mandi di tempat pemandian umum sekitar dan mendirikan tenda kami langsung berhamburan ke pantai.Â
Suasana pantai yang tidak begitu ramai, deru ombak, angin yang berhembus, burung burung yang beterbangan dan matahari terbenam memberikan suatu kehangatan membuatku merasa tenang mungkin begitu juga mereka. Kembalinya sang surya ke peraduan kemudian digantikan oleh sang bulan.Â
Kami semua  berkumpul di luar tenda dan menyalakan api unggun, kami berbicara, bercerita, dan bernyanyi bersama. Suara tawa tidak henti hentinya terdengar dan wajah wajah bahagia karena bisa bersama sama. Tetapi ada yang kurang karena dari tadi aku tidak melihat Elsa dan baru kusadari juga ternyata Vino juga tidak ada bersama kami.Â
Aku permisi sebentar untuk mencari Elsa, aku kembali ke tenda dan ternyata kosong tidak ada siapapun di sana. Aku berkeliling di sekitar tenda tenda dan juga tidak ku temukan Elsa. "ah mungkin dia udah kembali ngumpul sama anak anak" pikirku dalam hati yang kemudian aku mendengar suara seseorang, tetapi tidak begitu jelas ku dengar dan akupun memutuskan untuk mencari sumber suara itu.Â
Tiba tiba aku terkejut dengan apa yang ku lihat, ya aku melihat Elsa sedang bersama dengan Vino yang sedang berbicara, aku tidak sanggup berbicara ataupun melangkahkan kakiku, aku hanya melihat dari tempat yg tidak begitu jauh dari mereka. "elsa!" ucap Vino sambil meraih tangan Elsa. Elsa hanya trdiam sambil menatap wajah Vino.Â
"Sebenarnya udah lama ini gue selalu memperhatikan lu dari kejauhan, gue suka ngeliat lu senyum, gue suka ngeliat lu tertawa, bahkan gue suka ngeliat lu lagi marah, gue nggak tau kapan perasaan ini timbul, intinya gue suka sama lu, lu mau nggak jadi pacar gue?" ucap Vino dengan serius.Â
Aku sangat terkejut tanpa sadar aku mundur dan meninjak ranting di tanah hingga membuat Elsa menoleh ke arah ku "karin" dia terlihat terkejut. Aku reflek berbalik arah dan meninngalkan mereka.Â
"Karin tunggu!!!" dia menarik tanganku. "karin gue bisa jelasin". "lepasin tangan gue, gue gak sudi liat lo!" prasaanku tidak karuan dan aku berlari meninggalkan mereka tetapi Elsa tetap saja mengejarku hingga tepat di tenda kami. "karin biar gue jelasi!" ucapnya sedikit berteriak.Â
Tidak ada Vino ku lihat. "emang apa yang perlu dijelasin? Gue udah dengan jelas kok."balasku. "gue sama Vino nggak ngapa ngapain dan gak ada apa apa, ini semua salah paham karin."Elsa menjelaskan. "iya gak ada apa apa, karna gue ada disitu kan?" ujarku "karin maafin gue, sumpah gue gak ada maksud gini, tentang vino..."kulihat mata Elsa berkaca kaca "ngapain lo minta maaf kalo lu ngga salah, udah sa, gue tau lu lagi kecewa sama Farel dan kebetulan Vino dekatin lu, yaudah sana sama Vino, dari dulu kan lu emang keganjenan sama semua cowok."Â
Aku berbicar asal. "ganjen? Dari dulu kita temenan ternyata gitu ya pandangan lu ke gue, gue minta maaf karena buat hati lu sakit, tapi lu..? kita temenan kan ?" ucap Elsa dengan nada kecewa. "intinya gue gak sanggup liat muka lu karena kita udah temenan lama tapii.. ah udahlah lu sana sama Vino kek, farel kek ? gue gak peduli." Ucapku marah dan meninggalkan Elsa.
Malam ini aku tidak tidur bersama Elsa tetapi menumpang pada tenda yang lain. Hatiku tidak karuan, sedikit aku merasa menyesal karena telah berbicara kasar kepada Elsa, aku berpikir semalaman anehnya aku tidak menangis tetapi hatiku terasa sesak mungkin aku terlalu marah karena orang yang aku sukai menyukai temanku sendiri.
Pagi kembali menyapa, kami semua mengemaskan tenda tenda dan barang barang untuk bersiap kembali ke Jakarta. Beberapa kali aku berpapasan dengan Elsa tapi sengaja kupalingkan mukaku. Lalu kamusemua sudah siap . satu persatu anak anak masuk ke bus, begitu juga Elsa yang lebih dulu duduk di dalam bis, aku memilh kursi paling dean sedangkan dia hampir paling belakang.Â
Semua anak telah naik dan bus pun berjalan. Berbeda dengan kemarin saat aku bersama dengan Vno dengan perasaan yang sangat bahagi, saat ini hatiku campur aduk, gelisah karena aku tidak pernah bertengkar separah ini dengan Elsa. Bus terus melaju tiba tiba "pussss!!!" terdengar suara nyaring yng mungkin suara dari ban bus, bus yang kami tumpangi oleng dan tiba tiba...Bruuukkk...
Aku perlahan membuka mataku dan kulihat ada ibu ayah dan adikku disampingku, kulihat suasana di sekelilingku yang ternyata aku sedang dirumah sakit. "mama" ucapku lirih. " iya sayng, kamu nggak apa apakan, Alhamdulillah ya Allah" ku lihat ibuku tersenum dengan matanya yang sembab seperti habi menangis, begitu juga ayah dan adikku, sesaat aku terdiam dan tiba tiba aku teringat dengan sosok Elsa. " ma Elsa gimana ?" tanyaku.
 "Elsa udah pulang duluan sayang."ucap ibuku lirih. "syukurdeh kalo gitu, trus karin kapan boleh pulang ma?" tanyaku lagi. "nanti kita tanya dokter ya." Ternyata sore itu juga aku sudah diperbolehkan pulang karena tidak ada kecelakaan serius denganku.Â
Aku pun pulang, sesampainya di rumah, "ma Elsa beneran nggak papa kan? Karin mau kerumah Elsa ma!" ibu dan ayahku saling berpandangan. Lalu ayahku berbicara "sayang, sebenarnya Elsa udah ninggalin kita semua, dia udah duluan dipanggil tuhan" bagaikan petir disiang bolong, jantungku berdegup kencang, kakiku lemas dan tanganku bergetar, aku tidak percaya dengan apa yang kudengar.Â
Seketika itu juga aku bergwgas kerumah Elsa.
Sesampainya di depan rumah Elsa kulihat ada bendera kuning dan banyak orang di dalam rumahnya, hatiku masih tidakk percaya dengan apa yang kulihat, aku memberanikan diri masuk ke dalam dan seketika tubuhku lunglai terduduk melihat sebujur mayat kaku Elsa yang terbaring di ruang tengah, ku lihat dsampingnya ada ibu dan ayahnya dengan mata yang sembab.Â
"Elsa lu cuman bercanda kan? Le nggak bakal ninggalin gue kan? Lu nggak bisa ninggalin gue kaya gini, hiksss" tidak terasa air mataku mengalir, aku menangis tersedu sedu dihadapan tubuh Elsa yang terbaring lemas. "tante, Elsa nggak bakalin ninggalin karin kan ? Elsa sahaat karin tante dia nggak bakal ninggalin Karin seperti ini. (" aku berbicara dengan ibu Elsa. "udahlah Karin, Elsa udah ninggalin kita semua, kita doakan aja ya dia tenang di sana" ibu Elsa juga menangis.Â
"Huaaaaaa Elsa, gue salah gue minta maaf, gue janji gue gak bakal marah marah lagi sama lo, jangan tinggalin guee !!! kalo lo pergi kayak gini, gimana sama gue, gue gak benci kok sama lu, bangun Elsa!! Elsa gue bener bener minta maaf, pliss jangan tinggalin gue kaya gini!" aku menangis sejadi jadinya, seketika aku menyesal dengan apa yang telah ku perbuat, andai saja aku tidak menyukai Vino, andai saja kami tidak ikut study tour, andai saja pas pulang dia duduk disampingku, dan andai saja aku tidak bertengkar dengannya, tapi itu semua hanyalah hayalankku yang tidak akan merubah kenyataan bahwa Elsa telah meninggalkan kami semua di sini selamanya.
Hari hari berlalu, pulang sekolah aku langsung masuk kekamarku seketika mataku tertuju pada sebuah album foto, ku buka satu persatu, tidak terasa air mataku menetes ketika melihat foto foto kenanganku bersama Elsa, saat itu juga aku masih berfikir andai saja waktu dapat terulang, hari itu saja, aku akan memanfaatkan waktu yang berharga itu dan bersenang senang sehingga walaupun Elsa pergi, dia tidak akan pergi dengan perasaan luka dan mungkin aku tidak akan merasa penyesalan yang teramat dalam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H