Mohon tunggu...
Suci Mulyati
Suci Mulyati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Berhentilah Hana

11 Agustus 2022   00:58 Diperbarui: 11 Agustus 2022   01:05 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah pukul 09.00 WIB aku belum bersiap-siap, aku memutuskan untuk memakai tunik Biru tua yang 2 (dua) hari lalu aku beli bersama dengan teman ku di pasar baru. Dengan model simple dan warna yang terang membuat tunik ini memiliki kesan indah dan menarik untuk dilihat, aku sengaja selalu membeli pakaian berwarna biru tua karena menurut ku warna biru tua memiliki kesan damai dan juga aura yang positif. Dan tidak hanya itu warna biru tua merupakan warna kesukaan Aldi. Setelah berpakian aku langsung bergegas keluar mengunci pintu dan pergi menemui Aldi.

***

Pukul 10.20 WIB Taman dekat Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa atau biasa di sebut Gedung PKM, seorang laki-laki memakai kemeja Biru tua, celana levis coklat dan topi coklat tengah asik memainkan ponselnya. Aku tahu itu pasti Aldi dengan gaya khas yang selalu memakai topi coklat. Aku mencoba menghampirinya

"Maaf aku membuat kamu menunggu" Ucapku merasa tidak enak karena membuat dia menunggu.

"Hanya 20 menit tidak masalah." Ucapnya tersenyum.

"Aku mau minta bantuan kamu boleh?" Ucapnya yang mengawali pembicaraan. Sudah aku duga dia mengajakku untuk bertumu hanya untuk meminta bantuan kepada aku, ayolah Aldi tidak ada bahasa yang lain apa? aku ingin berbincang soal apapun itu asal jangan tentang ini aku tahu membantu orang itu tidak masalah justru sangat bagus tapi kamu sering menghilang tidak ada kabar setelah kamu meminta bantuan dan datang lagi setelah kamu perlu bantuan, hati aku pun perlu bantuan. Apa kamu tidak sadar dengan segala kebaikan aku selama ini, perhatian aku selama ini?

"Kok diam?" Tanya Aldi yang menghentikan lamunanku.

"Iya bantu apa?" Tanyaku kembali.

"Ada acara angkatan minggu depan aku di tugaskan untuk menjual makanan dan uang hasil makanannya di gunakan untuk acara itu, kamu mau bantu aku menjualkan makanannya?" Ucapnya seraya meminta bantuan agar aku menjualkan makanan itu. Sebenarnya aku tidak mau tapi aku tidak tega menolaknya setidaknya aku membantu dia karena dia temanku dan aku mencintai temanku ini argg aku mulai tidak waras kenapa aku sangat mencintai dia sehingga membuat ku melakukan semua yang berkaitan dengan dia sekali lagi cinta membuatku buta.

"Baiklah aku akan membantu kamu." Ucapku yang membuat dia tersenyum dan bahagia. Tolong senyum seperti ini untuk aku setiap hari al walau aku tidak memiliki ikatan dengan kamu setidaknya kamu bahagia dengan apa yang aku lakukan, aku akan membuat kamu bahagia meskipun kita sebagai teman dan aku berharap kita lebih dari seorang teman.

"Terima kasih banyak Han, kamu memang Teman terbaik aku, tidak salah tuhan mempertemukan kita di SMA hingga akhirnya kita satu Kampus, semoga kita tetap menjadi teman baik dan saling membantu ya." Ucapnya seraya memegang tangan ku tanda terima kasih. Entah aku harus bahagia, atau bersedih mendengar hal itu aku hanya seorang teman yang mencoba menjadi kekasih, benar sekali tuhan mempertemukan kita di dua tempat yang berbeda namun dengan rasa yang sama ya aku dengan rasa peduli dan berharap kamu mencintai aku dan kamu dengan rasa acuh, cuek dan berharap kita menjadi teman tidak lebih. Ketika kita mencintai seseorang kita harus siap menerima resiko yaitu tidak dicintai kembali, ini terdengar menyakitkan namun itulah resikonya, jika kamu tidak siap dengan semua resiko itu jangan kamu coba-coba mencintai karena itu akan membuat kamu frsustasi dan tidak semangat lagi. Hahaha terdengar bodoh ketika seseorang tidak semangat menjalani hidup hanya karena tidak dicintai kembali ayolah kawan ini bukan dunia film yang bisa mendapatkan apa yang kita impikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun