"Apa?"
Mas kita cerai saja." Kata istriku yang kini entah siapa kurasa.
"Apa?"
"Selamat tinggal Mas."
Kini Aku sadar kenapa si Tonggos semalam tertawa begitu senang, ini ternyata yang ia tertawakan. Jika dulu ia selalu menungguku untuk ditertawakan, kini Aku yang menunggunya untuk tertawa bersama. Haahahaha, didepan cermin ini Aku selalu tersenyum dan menyeringai dan sekali waktu Aku tertawa hingga semua isi perutku keluar dan setelahnya kutelan lagi. Hahahaha. Apa kata Ibuku jika Ia melihatku seperti ini, kini Aku ingat siapa bocah laki-laki dulu itu. Dia anak Ibuku, putra satu-satunya Ibuku yang dulu Ia temui dalam cermin dan Ibuku mengangis didepan got karenanya. Kini jelas semuanya Aku harus tertawa didepan cermin itu selama Aku mampu melakukan itu. Atau mungkin Aku akan mati karenanya.
====
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H