"Berdo'a saja tidak kena, makanya kita harus ganti wajah dulu." Jawabku.
"Wajahku sudah banyak bopengnya Mas sekarang, gak mulus lagi sudah banyak yang kenal."
"Kamu beli aja wajah baru, apa susahnya sih."
"Ia juga Mas." Kata Sikut setuju.
"Gimana urusan kita diMangga dua? Kelar?"
"Kelar Mas udah ajudanku beresin, kita tinggal garuk sedikit aja kepalanya."
"Bagus, akhirnya aku bisa beliin istri berlian baru lagi, kali ini koleksinya yang ke-55."
Setelah Aku ketiban rejeki besar yang kudapatkan dari proyekku kemarin bersama Tisuk akhirnya kudapatkan juga pesanan istriku untuk koleksinya ke-55. Segera Aku pulang kusimpan dan kuhadiahkan padanya.
Alangkah bahagianya istriku itu. Tapi sepertinya si aneh yang selalu tersenyum itu makin aneh sekarang dia tidak hanya tersenyum tapi kini giginya yang tonggos itu bahkan kelihatan sekarang. Sekarang Aku melihat seorang anak laki-laki yang sedang berlari-lari kearah Ibunya dan berkoar-koar tentang bencinya ia dengan para tikus dinegeri ini. Bahkan saking bencinya ia, ia ludahi dan ia kencingi sebuah poster seorang tikus dikala itu. Lantas saja aku naik pitam melihatnya.
"Heh anak bodoh kamu dulu mungkin pikir itu hina karena kamu tak tahu betapa enaknya jadi tikus berdasi ! kamu bodoh! Pergi sana ke Ibumu berhenti berlari dicerminku, pergi sana! PERGI!" teriakku sambil berusaha menendang anak itu. Ah sial benar Aku, malah aku yang dijatuhkannya. Kini si Tonggos yang tersenyum itu berusaha menangkapku. Aku berlari-berlari dan akhirnya jatuhlah Aku didepan rumah tua yang sangat kukenal.
"Ibu! Ibu! Ibu!" teriakku.