Mohon tunggu...
Elvionita
Elvionita Mohon Tunggu... -

Little girl with her huge hope. She is trying to become normal but no body trust. Anak tengah ddengan sejuta harapan, mencoba menyangkal mitos bahwa anak tengah hidup luntang-lantung. Writer,Storyteller,Mastermind,Leader and Tanslator.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Dear Tikus Berdasi

15 Oktober 2015   17:52 Diperbarui: 15 Oktober 2015   18:50 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Berdo'a saja tidak kena, makanya kita harus ganti wajah dulu." Jawabku.

"Wajahku sudah banyak bopengnya Mas sekarang, gak mulus lagi sudah banyak yang kenal."

"Kamu beli aja wajah baru, apa susahnya sih."

"Ia juga Mas." Kata Sikut setuju.

"Gimana urusan kita diMangga dua? Kelar?"

"Kelar Mas udah ajudanku beresin, kita tinggal garuk sedikit aja kepalanya."

"Bagus, akhirnya aku bisa beliin istri berlian baru lagi, kali ini koleksinya yang ke-55."

Setelah Aku ketiban rejeki besar yang kudapatkan dari proyekku kemarin bersama Tisuk akhirnya kudapatkan juga pesanan istriku untuk koleksinya ke-55. Segera Aku pulang kusimpan dan kuhadiahkan padanya.

Alangkah bahagianya istriku itu. Tapi sepertinya si aneh yang selalu tersenyum itu makin aneh sekarang dia tidak hanya tersenyum tapi kini giginya yang tonggos itu bahkan kelihatan sekarang. Sekarang Aku melihat seorang anak laki-laki yang sedang berlari-lari kearah Ibunya dan berkoar-koar tentang bencinya ia dengan para tikus dinegeri ini. Bahkan saking bencinya ia, ia ludahi dan ia kencingi sebuah poster seorang tikus dikala itu. Lantas saja aku naik pitam melihatnya.

"Heh anak bodoh kamu dulu mungkin pikir itu hina karena kamu tak tahu betapa enaknya jadi tikus berdasi ! kamu bodoh! Pergi sana ke Ibumu berhenti berlari dicerminku, pergi sana! PERGI!" teriakku sambil berusaha menendang anak itu. Ah sial benar Aku, malah aku yang dijatuhkannya. Kini si Tonggos yang tersenyum itu berusaha menangkapku. Aku berlari-berlari dan akhirnya jatuhlah Aku didepan rumah tua yang sangat kukenal.

"Ibu! Ibu! Ibu!" teriakku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun