Saat ini , di bekas pabrik atsiri Tawangmangu tersebut sudah ditanam pula daun sereh, pohon jeruk, dan aneka rimpang sepertikunyit, kencur, temu girang, temu hitam dll.
Bahan sereh paling lama di produksi  dengan dua jenis sereh yaitu sereh rakyat dan sereh Purwodadi.  Sereh sendiri diambil kadar sitrunela. Bahan bakunya segaja di tanam oleh warga sekitar pabrik. Bibit sereh di berikan oleh pabrik, kemudian warga diminta untuk menanamnya. Semua hasil panen sereh dibeli oleh perusahaan. Â
Selain dari sereh warga sekitar, pabrik juga membeli sereh dari warga di Jrakah, karena hasil penyulingan sereh lebih bagus dibandingkan dari warga sekitar pabrik. Jika kadar sereh yang ditanam warga sekitar berkadar 0,3%, sereh dari Jrakah bisa lebih sedikit  tinggi sampai 0,5%. Sereh dari Jrakah berwarna kuning sehingga lebih bagus jika dibandingkan dengan sereh dari warga sekitar yang berwarna agak hijau.
Sementara untuk cengkeh, yang mempunyai kadar minyak tertinggi sampai 19% pernah diproduksi oleh pabrik diantara proses produksi daun sereh. Daun bahan baku cengkeh sendiri didatangkan dari Tulungagung.
Proses produksi
Menurut dokumen dari Pabrik Minyak Atsiri, Pabrik ini terbagi menjadi  3 bagian yaitu bagian destilasi, ekstraksi dan laboratorium dan tenaga listrik.
Terdapat  9 ketel detilasi @ 5 m2 dan  4 unit destilasi. Terdiri dari  satu unit dengan 5 ketel destilasi, satu unit dengan 2 ketel destilasi, satu unit dengan 1 ketel destilasi dan satu  unit lagi dengan 1 ketel destilasi. Masing-masing unit dilenglapi dengan kohobasi. Dengan demikian pabrik ini bisa mengolah 4 macam bahan sekaligus.
Secara umum, proses produksi minyak atsiri dilakukan dengan tiga cara yaitu  pengempaan (pressing), ekstraksi menggunakan pelarut (solvent extraction), dan dengan cara  penyulingan (distillation). Dari ketiga proses produksi tersebut, proses penyulingan merupakan metode yang paling banyak digunakan untuk mendapatkan minyak atsiri.