Mohon tunggu...
Suci Handayani Harjono
Suci Handayani Harjono Mohon Tunggu... penulis dan peneliti -

Ibu dengan 3 anak, suka menulis, sesekali meneliti dan fasilitasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menyibak Proyek Mercusuar Soekarno, Menyemai Pengetahuan Masa Depan

12 Juli 2016   21:35 Diperbarui: 24 Agustus 2016   11:06 2007
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Museum Minyak Atsiri dalam proses perbaikan

Awalnya  saya membayangkan akan melihat sebuah pabrik tua yang  kumuh, kotor, tak terawat, gelap, kotor dan seram. Ya, gambaran itu yang terus memenuhi benak saya  setelah  mendengarkan beberapa cerita tentang bekas  pabrik minyak atsiri yang terletak di  sebelah timur Kota Solo tepatnya di Desa Plumbon, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.  

Menurut cerita Om Stefanus Toni (kompasianer senior) yang sudah beberapa kali berkunjung  ke bekas pabrik minyak atsiri tersebut, pabrik masih seram karena lama tidak terawat.  Tapi itu dulu, kelakarnya seraya tertawa. “ Sekarang sedang proses rehab, Mbak,” sambungnya lagi.

Dan untuk menuntaskan rasa penasaran, sesuai kesepakatan, pagi itu, di penghujung bulan April 2016,  kami berangkat mengunjungi bekas pabrik minyak atsiri di Tawangmangu.

Dari Solo, perjalanan ditempuh sekitar 1 jam. Saat saya dan rombongan tiba di  bekas pabrik minyak atsiri yang  saat ini dalam proses menjadi  Museum Atsiri, gambaran pabrik tua yang tidak terawat hilanglah sudah.  Manakala kaki menginjak tanah yang lembab dan hidung menghirup udara segar yang menyejukkan, hanya kekaguman yang terus saya rasakan. Mata ini benar-benar dimanjakan dengan pemandangan hijau hamparan rumput tebal di lembah .

Bangunan besar dengan model unik tampak menjulang kokoh di tengah hamparan lembah seluas lebih dari 2, 3 hektare. Saya sempat termangu, ada rasa tidak percaya melihat bangunan lama yang kelihatan kuat sekali dengan struktur bangunan yang ‘bergaya’ kolonial dengan pilar besarnya.

Selayang Pandang Pabrik Minyak Atsiri Tawangmangu, Proyek Mercu Suar Presiden Soekarno

Menurut penuturan Mbak Sri Rejeki, salah seorang staf Rumah Atsiri yang mendampingi kami dalam perjalanan dari Solo, di masa lampau pabrik minyak atsiri banyak menyimpan jejak sejarah bangsa ini. Dulu, sekitar tahun 1959 setelah Presiden Soekarno  mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959, salah satu pilihan politik Luar Negeri Soekarno adalah menjalin kerjasama dengan negara-negara yang menganut paham komunis. Soekarno tertarik dengan pembuatan minyak atsiri yang banyak manfaatnya  bagi tentara saat Perang Dunia II. Masa itu, minyak atsiri menjadi alternative pengobatan dan terapi.

Dengan diplomasinya, Soekarno akhirnya berhasil mengajak kerjasama pemerintah Bulgaria untuk mendirikan pabrik minyak Atsiri yang didirikan di Tawangmangu. Tahun 1963 pabrik kerjasama dua negara ini dibangun. Pilihan Tawangmangu lebih karena daerahnya cocok untuk bertanam bahan-bahan minyak atsiri  yang salah satunya adalah daun sereh.

struktur bangunan ini asli sejak dibangun oleh Presiden Soekarno
struktur bangunan ini asli sejak dibangun oleh Presiden Soekarno
Soekarno yang terkenal dengan ambisi terhadap proyek mercusuar, membangun pabrik minyak atsiri di Tawangmangu menjadi pabrik atsiri yang terbesar di Asia Tenggara. Saat itu juga dibangun pabrik yang sama di Aceh yaitu Atsiri Pita Kumala.

Karena kondisi politik tahun 1965, proyek  pabrik Atsiri tidak bisa dilanjutkan oleh pemerintah Soekarno, kemudian di  tahun yang sama di lanjutkan oleh PBPR Leppin Karya Yasa.

Pabrik sempat berproduksi beberapa tahun kemudian berpindah tangan pemiliknya.   Tahun 1986 oleh Presiden Soeharto, pabrik  di swastanisasi , dan mengalami perpindahan pengelolaan. Kemudian terakhir tercatat pengelola pabrik adalah  PT Intan Purnama Jati. Bertahan sampai 2011 dengan memproduksi minyak masoi yang bahan-bahannya diperoleh dari Papua. 

Karena kurang dikelola dengan maximal, tahun 2015 semua peralatan pabrik dijual kepada pengusaha dari Madura. Peralatan pabrik dijual kiloan.  Pada akhirnya pabrik berpindah tangan untuk kesekiankalinya  (tahun 2015) sampai di tangan pemilik yang  sekarang yaitu PT Atsiri Indonesia.

Mengali Sejarah dari Saksi Hidup

Meskipun masih dalam tahap renovasi, tetapi nyatanya bekas pabrik minyak atsiri tersebut kelihatan bersih, dan jauh dari kesan suram.  Bangunan pabrik masih tampak kokoh, menjulang tinggi, kuat dan artistik. Meskipun di bangun tahun 1963, tetapi  tampak jelas bangunan dipersiapkan untuk jangka puluhan bahkan ratusan tahun. 

Kontruksi sangat kuat dengan pilar-pilar beton yang kuat dan dipastikandengan struktur bangunan tahan gempa. Bangunan model sosro bau dengan tiang penyangga besar  mendominasi, mencerminkan rancangan dari arsitek luar negeri. Hal itu diamini oleh pegawai lama yang sudah lebih dari dari 25 tahun bekerja di pabrik minyak atsiri tersebut.  Pak Markhaban (51 tahun) tercatat sejak tahun 1985 telah menjadi pegawai pabrik.

Pak Markhaban, pekerja yang menyaksikan jatuh bangunnya pabrik minyak Atsiri
Pak Markhaban, pekerja yang menyaksikan jatuh bangunnya pabrik minyak Atsiri
Ia menuturkan kalau  perancang bangunan pabrik didatangkan dari luar negeri. Bangunan juga sangat kuat, sudah ada beberapa kali gempa tetapi bangunan tetap utuh, tidak bergeser sesentipun.

Siang itu tampak beberapa pekerja  bangunan sibuk memperbaiki beberapa bagian bangunan. Kedatangan kami nyatanya tidak kelihatan menganggu kesibukan mereka, terbukti mereka tidak berhenti  bekerja.

Dengan dipandu  Pak Markhaban , kami diajak berkeliling dan dijelaskan kondisi pabrik saat itu. Beruntung, terik matahari tidak terlihat, hanya keteduhan dan udara sejuk yang senantiasa menemani kami menjelajah bagian-bagian dari bekas pabrik minyak Atsiri.

Menurut  Pak Markhaban yang masuk menjadi pegawai pabrik tahun 1985, menuturkan bahwa pengelola pabrik minyak  Atsiri  ada 3 perusahaan. Yang pertamakali dipegang oleh  PT  Atsiri Citronela, kemudian  PT Kresna dan yang terakhir  PT Intan. Saat dikelola PT Intan, pabrik berproduksi sampai tahun 2011.

Merunut penjelasan dari  minyakatsiriindonesia.wordpress.com,  minyak atsiri  dikenal dengan nama minyak eteris atau minyak terbang merupakan bahan yang bersifat mudah menguap (volatile), mempunyai rasa getir, dan bau mirip tanaman asalnya yang diambil dari bagian-bagian tanaman seperti daun, buah, biji, bunga, akar, rimpang, kulit kayu, bahkan seluruh bagian tanaman.

Terdapat sumber-sumber minyak atsiri. Setidaknya dari  bahan tanaman semua bagian tanaman bisa bermanfaat yaitu dari akar, batang, kulit , ranting, daunnya.  Di Indonesia yang banyak terdapat hutan dengan ratusan jenis tanaman bisa digunakan sebagai bahan baku minyak atsiri yaitu Akar wangi, Kemuning. Bahan Daun yang bisa digunakan yaitu  Nilam, Cengkeh, Sereh lemon, Sereh Wangi, Sirih, Mentha, Kayu Putih, Gandapura, Jeruk Purut, Karmiem,  Krangean, Kemuning, Kenikir, Kunyit, Kunci, Selasih, Kemangi. Untuk tanaman yang memanfaatkan biji adalah  Pala, Lada, Seledri, Alpukat, Kapulaga,  Klausena, Kasturi, Kosambi. Sementara yang memanfaatkan buah adalah  Adas, Jeruk, Jintan, Kemukus, Anis, Ketumbar. Untuk bahan minyak atsiri dari bunga adalah cengkeh, Kenanga, Ylang-ylang, Melati, Sedap malam, Cemopaka kuning, Daun seribu, Gandasuli kuning, Srikanta, Angsana, Srigading.

Kulit kayu juga bisa digunakan yaitu kulit kayu manis, Akasia, Lawang, Cendana, Masoi, Selasihan, Sintok. Untuk   bagian ranting bisa mengunakan ranting pohon cemara gimbul dan cemara kipas. Tanaman berimpang juga bisa digunakan sebagai penghasil minyak atsiri yaitu rimpang jahe, Kunyit, Bangel, Baboan, Jeringau, Kencur, Lengkuas, Lempuyang sari,Temu hitam, Temulawak, Temu putri.

Saat ini , di bekas pabrik atsiri Tawangmangu tersebut sudah ditanam pula daun sereh, pohon jeruk, dan aneka rimpang sepertikunyit, kencur, temu girang, temu hitam dll.

sejumlah tanaman bahan baku pembuatan minyak atsiri sudah mulai di tanam
sejumlah tanaman bahan baku pembuatan minyak atsiri sudah mulai di tanam
Pabrik ini  memproduksi beberapa minyak Atsiri  dari bahan sere atau sereh , sebagian dari bunga mawar sebagai pelengkap, lada hitam,  pernah memproduksi minyak cengkeh dan  minyak dari kulit masoi. Jika daun sereh diambil kadar situnela, maka kulit masoi diambil kadar laktonnya.

Bahan sereh paling lama di produksi  dengan dua jenis sereh yaitu sereh rakyat dan sereh Purwodadi.  Sereh sendiri diambil kadar sitrunela. Bahan bakunya segaja di tanam oleh warga sekitar pabrik. Bibit sereh di berikan oleh pabrik, kemudian warga diminta untuk menanamnya. Semua hasil panen sereh dibeli oleh perusahaan.  

Selain dari sereh warga sekitar, pabrik juga membeli sereh dari warga di Jrakah, karena hasil penyulingan sereh lebih bagus dibandingkan dari warga sekitar pabrik. Jika kadar sereh yang ditanam warga sekitar berkadar 0,3%, sereh dari Jrakah bisa lebih sedikit  tinggi sampai 0,5%. Sereh dari Jrakah berwarna kuning sehingga lebih bagus jika dibandingkan dengan sereh dari warga sekitar yang berwarna agak hijau.

Sementara untuk cengkeh, yang mempunyai kadar minyak tertinggi sampai 19% pernah diproduksi oleh pabrik diantara proses produksi daun sereh. Daun bahan baku cengkeh sendiri didatangkan dari Tulungagung.

Proses produksi

Menurut dokumen dari Pabrik Minyak Atsiri, Pabrik ini terbagi menjadi  3 bagian yaitu bagian destilasi, ekstraksi dan laboratorium dan tenaga listrik.

Terdapat  9 ketel detilasi @ 5 m2 dan  4 unit destilasi. Terdiri dari  satu unit dengan 5 ketel destilasi, satu unit dengan 2 ketel destilasi, satu unit dengan 1 ketel destilasi dan satu  unit lagi dengan 1 ketel destilasi. Masing-masing unit dilenglapi dengan kohobasi. Dengan demikian pabrik ini bisa mengolah 4 macam bahan sekaligus.

ruang destilasi, terdapat 9 tungku besar
ruang destilasi, terdapat 9 tungku besar
Pabrik juga mempunyai  4 ketel ekstraksi yang terbagi dalam 2 unit, bagian yang mengolah bahan baku minyak esteris dengan cara ekstraksi.

ruang ekstraksi
ruang ekstraksi
Laboratorium juga dilengkapi dengan sarana prasarana untuk melakukan penelitian dan  menguji kadar minyak atsiri. Sampai saat ini puluhan botol minyak dengan berbagai esen(aroma) masih tersimpan bagus dengan aroma yang kuat . Sejumlah peralatan lain seperti tungku, oven juga masih cukup terawat.

Secara umum, proses produksi minyak atsiri dilakukan dengan tiga cara yaitu  pengempaan (pressing), ekstraksi menggunakan pelarut (solvent extraction), dan dengan cara  penyulingan (distillation). Dari ketiga proses produksi tersebut, proses penyulingan merupakan metode yang paling banyak digunakan untuk mendapatkan minyak atsiri.

Menurut penuturan Pak Markhaban, tahapan proses penyulingan dimulai dari proses pemotongan atau pencacahan daun sereh yang dimasukkan ke dalam tungku pencacah. Dalam 1 tungku bisa memuat 1 ton daun sereh.

mesin pencacah kayu masoi, salah bahan baku minyak atsiri
mesin pencacah kayu masoi, salah bahan baku minyak atsiri
Sementara proses pencacahan daun sereh dilakukan, proses pendidihan air juga dipersiapkan di ruangan pabrik yang terpisah dari ruang produksi tersebut. Pabrik ini mempunyai 3 mesin disel besar merek scuda. Bahan bakar minyak  yang digunakan  adalah MFO atau minyak kental yang sepintas menyerupai aspa, berwarna hitam dan kental. Mesin disel memanaskan air yang kemudian uap air tersebut disalurkan melalui pipa-pipa tak bersambung yang disalurkan ke ketel pendidih air (boiler). Uap inilah yang disebut uap kering yang akan masuk ke ketel penyulingan. (ruang diesel, terdapat ketel pendidih(boiler)

atsiri8-5784fca4779373b506a4c248.jpg
atsiri8-5784fca4779373b506a4c248.jpg
Proses penyulingan dilakukan  dengan mendidihkan bahan baku di dalam ketel suling  besar.  Dari proses pendidihan air akan menghasilkan uap panas yang digunakan untuk memisahkan minyak atsiri dengan cara mengalirkan uap jenuh dari  ketel pendidih air (boiler) ke dalam ketel penyulingan.

Pabrik mempunyai 9 tungku besar   dan ketel pendidih yang berproduksi setiap hari 24 jam. Setiap kali berproduksi 1 ketel membutuhkan waktu 3 jam. Sehingga 1 ketel dalam seharinya bisa melakukan 8 kali proses produksi.  Pak Markhaban mengaku lupa jumlah total produksi minyak dalam 1 hari, tetapi yang jelas  masing-masing mesin bisa melakukan 8 kali proses produksi dalam satu hari.

Dari proses penyulingan tersebut menghasilkan minyak yang ditampung dalam tampungan berbahan tembaga. Bahan tembaga dipilih karena mampu membuat bau(esen) minyak awet. Tetapi di tahun-tahun terakhir produksi, bahan penampung mengunakan  wadah steanlist sehingga bahan tidak awet seperti saat ditampung dalam wadah tembaga.

puluhan minyak atsiri masih terawat dengan baik, bau khas dan kuat masih terkuar
puluhan minyak atsiri masih terawat dengan baik, bau khas dan kuat masih terkuar
Kemudian proses berikutnya  adalah ekstraksi atau proses pemurnian, yang dilakukan di ruangan ekstraksi yang terletak di ruangan tersendiri. Dalam proses ekstraksi ini  untuk sereh sendiri dicari  kadar sitronella dan geraniol-nya .  Kedua komponen tersebutlah yang menjadi penentu kadar sereh yaitu soal intensitas bau, tingkat keharuman serta nilai minyak atsiri. Beberapa hal itulah yang harus dipenuhi sebagai syarat minyak bisa di eksport.

Untuk mencapai ruang ekstraksi melalui jembatan artistik yang yang berdiri kokoh terletak diujung pabrik sebelah barat.

Jembatan penghubung untuk menuju ruang ekstraksi
Jembatan penghubung untuk menuju ruang ekstraksi
Hampir semua bahan pembuat minyak tidak ada yang terbuang percuma, karena ampas atau sisa bahan daun, kulit dari proses penyaringan bisa digunakan sebagai kompos. Pabrik menyediakan tempat buangan limbah yang cukup besar  dan di tampung dalam lubang penampungan yang langsung diurai menjadi pupuk kompos.

lubang penampung sebagai tempat pembuang limbah yang digunakan sebagai kompos
lubang penampung sebagai tempat pembuang limbah yang digunakan sebagai kompos
Di masa-masa terakhir  beroperasinya pabrik, PT Intan sempat mencoba memproduksi sayuran kering dan sumpit.  Jejak produksi minyak atsiri, sayuran kering dan sumpit masih menyisakan bekasnya.

Peluang Menjanjikan Minyak Atsiri Indonesia

Sebagai salah satu komoditas eskpor agroindustry, minyak atsiri  menjadi  salah satu andalan bagi Indonesia untuk menghasilakan  devisa negara.  Catatan data statistik ekspor-impor dunia menunjukan bahwa konsumsi minyak atisiri dan turunannya naik sekitar 10% dari tahun ke tahun. Kenaikan tersebut terutama didorong oleh perkembangan kebutuhan untuk industri food flavouring, industri komestik dan wewangian.

Melihat peluang yang besar, tentu saja perkembangan industri minyak atsiri termasuk menjanjikan.

Daerah  penanaman dan produksi minyak sereh wangi di Indonesia dengan luas areal  pada tahun 2007 sebesar 19.592,25 ha , terbesar di daerah Jawa, khususnya Jabar dan Jateng dengan pangsa pasar dan produksi mencapai 95% dari total produksi Indonesia. Area lainya adalah NAD dan Sumatera Barat. Daerah sentra produksi di Jawa Barat adalah: Purwakarta, Subang, Pandeglang, Bandung, Ciamis, Kuningan, Garut, dan Tasikmalaya. Sedangkan di Jateng adalah Cilacap, Purbalingga dan Pemalang (Data Sbdit Tanaman Atsiri, Dittansim, 2008).

Menurut catatan kemenperin.go.id, Indonesia  menjadi salah satu pemasok bahan baku minyak atsiri di dunia. Indonesia merupakan negara terbesar di Asia Tenggara penghasil minyak atsiri dan masuk dalam 10 besar di dunia. Minyak atsiri yang dihasilkan di Indonesia berbagai macam, ada minyak pala, nilam, cengkeh, mawar, melati, gaharu, dan masih banyak yang lainnya. Bahkan Indonesia mampu memasok 90% bahan baku minyak atsiri jenis nilam yang biasa digunakan untuk membuat parfum. Tetapi stok bahan baku yang melimpah belum dimaksilamlan oleh pelaku industry di tanah air. Tercatat Indonesia hanya mampu mengekspor bahan baku minyak atsiri dengan lebih banyak mengimpor barang jadinya salah satunya parfum.

Saat ini sentral industry bahan minyak atsiri di kembangkan di Sulawesi, Jawa Barat dan Pasaman Barat (Sumatera Barat).

Mengumpulkan Sejarah Yang Terserak, Menyemai Pengetahuan untuk Masa Depan

Melihat sejarah kemanfaatan minyak atsiri, tak salah jika PT Atsiri Indonesia mengelola bekas pabrik terbesar di Asia Tenggara ini menjadi wahana edukasi . Visi  yang hendak dicapai adalah melanjutkan cita-cita Soekarno menjadi mercusuar dunia di bidang minyak atsiri untuk mensejahterakan masyarakat, bangsa dan negara Indonesia.

Sedangkan misinya terbagi menjadi beberapa bagian yaitu

1. Pendidikan .

-Pendidikan pengetahuan sejarah arsitektur, atsiri, proyek mercusuar Soekarno. Untuk mewujudkan gagasan tersebut melalui  keberadaanMuseum Atsiri yang melakukan kajian tentang sejarah arsitektur, sejarah atsiri, mercusuar Soekarno.

-Juga melakukan pendidikan tanaman atsiri, pengolahan, pemanfaatan dan hilirisasinya sejak dini. Di wujudkan dengan sekolah alam dan laboratorium

2.Pelatihan

Pelatihan pengetahuan produksi minyak atsiri dan pemanfaatannya

-Balai Latihan Ketrampilan produksi minyak atsiri dan pemanfaatnya

-Balai latihan budidaya tanaman atsiri

-balai latihan peneliti dan pengembangan minyak atsiri

3.Penelitian dan pengembangan

Penelitian dan pengembangan hilirisasi produksi minyak atsiri

-Balai latihan penelitian dan pengembangan

-Laboratorium penelitian dan pengembangan hilirisasi produksi atsiri

Melalui Museum Atsiri, gagasan besar untuk  memperjelas jejak sejarah dan memadukan dengan ide kekinian menjadi  menarik untuk dinantikan. Setidaknya gagasan tersebut tertuang dalam beberapa rancangan yaitu sebuah museum khusus yang berisi  pengetahuan tentang seluk beluk pembuatan minyak atsiri.  Kemudian ada wahana edukasi, kelas edukasi minyak atsiri, tempat workshop, restaurant, coffe shop dan lounge hingga ruang pertemuan. Museum atsiri juga akan  dilengkapi dengan  Kids Lab tempat anak-anak belajar dengan happy bagaimana berbagai penciptaan kimia yang menyenangkan.

Para pengunjung bisa menelusuri jejak sejarah pembuatan minyak atsiri dari proses hulu sampai hilir. Di bagian luar juga disiapkan  tanaman-tanaman sebagai  bahan pembuatan minyak atsiri seperti tanaman sereh wangi , bunga mawar,  dan berbagai jenis rimpang .

Kemudian ruang pengolahan seperti ruang disel, ruang boiler, ruang destilasi, ruang ekstraksi , bahkan laboratorium disediakan sebagai rangkaian dari sejarah itu sendiri.

tungku pemanas, salah satu bagian dari dari laboratorium yang kelak bisa dikunjungi pengunjung Museum Atsiri
tungku pemanas, salah satu bagian dari dari laboratorium yang kelak bisa dikunjungi pengunjung Museum Atsiri
Tidak sendirian, sebagai bagian dari lingkup sosial, Museum Atsiri akan membuka peluang  kerjasama masyarakat sekitar sebagai bagian dari pelaksana /pegawai operasioal. Hal ini sebagaimana yang dilakukan pabrik minyak atsiri puluhan tahun silam yang merekrut ratusan pekerja dari warga sekitar. Rumah Atsiri  juga berencana  mengandeng pengusaha lokal untuk mengembangkan jaringan dan usaha. Diharapkan hal ini akan mendorong geliat perekonomian warga sekitar dan pengusaha khususnya di Tawangmangu akan semakin meningkat.

Melihat rancang bangun yang disiapkan, saya yakin jika Rumah Atsiri ke depan menjadi wahana edukasi yang menarik dan tentunya menyimpan banyak manfaat yang berguna untuk ilmu pengetahuan. Dan seperti harapan Rumah Atsiri, kelak  Museum Minyak Atsiri akan menjadi KAWASAN WISATA BARU di Tawangmangu,  tempat  WISATA SCIENSE yang menyenangkan.  Semoga .**

Bahan bacaan pendukung: minyak atsiri.com, minyakatsiriindonesia.wordpress.com, kemenperin.go.id

_Solo, 2 Juli 2016_

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun