Sebagai  rakyat jelata, saya  binggung mesti ngakak, menangis, geram, prihatin, sedih atau geleng-geleng kepala melihat polah tingkah Fadli Zon(FZ)? Yang jelas semua rasa itu campur aduk menjadi satu dibalut rasa dongkol yang luar biasa. Mau ditambah marah, saya coba tahan, paling tidak biar saya tidak menuruti hawa nafsu untuk marah. Sayang puasa saya nggak berkah karena seorang FZ.
Entah apa yang ada dipikiran FZ sampai sekian kalinya ‘salah langkah’ dan cenderung O….N  dalam mensikapi sebuah permasalahan. Saya tidak tega bilang, Si FZ perlu ‘disekolahkan’ lagi,  yang jelas bahasa gaulnya ia benar-benar kurang piknik.
Masak sih, setelah surat permintaan fasilitas penjemputan dan pendampingan selama sebulan  buat anaknya  terbongkar, ia terus saja ngeles. Luar biasa, minta pendampingan di Amerika selama sebulan, kawan. Sebulan gitu loh. Busyet, benar-benar nich Si FZ, mumpung banget, niat banget memanfaatkan situasi.
Setelah KJRI New York memperlakukan FZ dengan membongkar surat permintaan FZ tersebut, si FZ masih saja berusaha menyelamatkan mukanya dengan cari alasan. Hebatnya atau (gob…..Knya) ia beralasan anak gadisnya tiba di Amrik jam 02.00 dini hari sehingga ceritanya tidak tega. Masak anak gadisnya jam segitu di perjalanan sendiri, gitu kira-kira pikirannya.  Jadi wajar saja kalau minta fasilitasi KJRI (biyuh-biyuh). Padahal jelas tibanya siang jam 14.00 waktu Amrik.
Ironisnya, saat semua mata anak bangsa tertuju padanya, ia berusaha untuk melakukan klarifikasi dengan membuat surat ke menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, yang isinya justru memperlihatkan kalau ia.....
Begini isi suratnya yang saya kutip dari kompas.com
"Jakarta, 28 ]uni 2016
Kepada Yth. Ibu Retno Marsudi Menteri Luar Negeri Republik Indonesia
Cq. Direktorat Jenderal Protokol dan Konsuler
Dengan hormat,
Sesuai pembicaraan via telepon dengan Dirjen Protokol dan Konsuler, bersama ini saya kembalikan uang transportasi (bensin+tip) Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di New York yang telah terpakai menjemput anak saya Shafa Sabila dari bandara John F. Kennedy, New York City ke rumah kawan saya orang Indonesia di Queens, New York City (jarak : 13 KM), Amerika Serikat pada tanggal 12 Juni 2016.
Saya perkirakan bensin yang terpakai sekitar kurang dari US$ 100 (Rp. 1.330.000,-). Rp. 2.000.000; sekaligus untuk tip supir. Mohon disampaikan pada KJRI
Terima kasih atas bantuan yang diberikan.
Hormat saya,
Dr. Fadli Zon, S.S., M.Sc."
Ck..ck..ck… benar-benar…..
Betapa herannya saya membaca surat pimpinan DPR kita yang minta di hormati ini. Kenapa bisa ia menuliskan surat seperti itu kepada menteri luar negeri kita. Semoga saja pas menulis surat itu, FZ pas kondisinya tidak sadar.
Jika membaca surat yang dikirimkan FZ tersebut, jelas ia menganggap persoalan yang saat ini diperbincangan publik hanya sebatas soal uang saja. What? Soal uang saja. Soal uang bro!
Ia begitu meremehkan dan seakan hanya soal uang yang dimasalahkan/diperbincangkan oleh public. Mungkin pikirnya, habis perkara kalau uang transport  untuk jemput anaknya ia ganti.
Padahal sebagai seorang wakil rakyat, pimpinan DPR lagi, ia mestinya berpikir soal etika, soal kepantasan dan teladan bagi anggota DPR dan rakyat lainnya.
Jadi bukan soal uang sekian rupiah saja yang diperdebatkan, tetapi  yang paling penting adalah soal ketidakpantasan ia memanfaatkan jabatan untuk kepentingan dirinya sendiri dan keluarganya.
Selain surat yang meremehkan persoalan asas kepatutan tersebut , FZ lagi-lagi meremehkan Menlu dan jajarannya. Ia jelas  menganggap kalau menteri LN  adalah kurir, tukang pos,  bahkan tukang ngurusi  transportasi, agen travel.
Niat sekali FZ ini meremehkan  lembaga Negara ini.
Kalau saja apa yang dilakukan FZ di tiru oleh anggota DPR lainnya, akan ada surat yang sering dilayangkan ke KJRI kemudian KJRI kalau tidak berani menolak, kerjaanya akan memfasilitasi keluarga anggota DPR yang memanfaatkan aji mumpung untuk kepentingan pribadi.
Semoga para anggota DPR dan pejabat lainnya masih berpikiran waras.
Saya rasa pejabat seperti Fadzi Zonk eh maksud saya Fadli Zon perlu sekali di revolusi mental. Maka tak salah kalau kita dukung 100% #revolusimental yang didengungkan pak Jokowi. **
_Solo, 29 Juni 2016_
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H