“Pulang jam berapa Mbah?” tanya saya sambil merasakan keharuman aroma bunga mawar yang mengelitik hidung.
“Ya nggak pulang Mbak. Kalau ramai ya buka sampai malam. Siapa tahu ada yang butuh bunga dini hari”
"Memangnya ada yang butuh bunga saat pagi?"
"Ada. kalau ada yang meninggal, pagi-pagi sudah pada beli."
“Istirahatnya dimana?”
“Tuh di depan bengkel. Bareng-bareng sama pedagang lainnya. Sambil nunggu dagangan,” ujarnya sambil terkekeh.
Mbah Dar menuturkan sudah biasa berdagang tanpa mengenal waktu, hanya sesekali pulang ke rumah. Ia mengaku sudah berjualan sejak berumur 21 tahun, artinya lebih dari separo usianya digunakan untuk berdagang bunga.
Saat dagangan sepi, ia akan menjemput bola, mendatangi para pelanggannya untuk menjual bunga. Di sekitar Kampung Singosaren dan Mangkunegaran ia sudah mempunyai pelanggan tetap yang bertahun-tahun membeli bunganya.
Biasa menerima pesanan bunga ronce
Mbah Rejo, usianya menjelang 70 tahun, berasal dari Pengging Boyolali menuturkan bahwa selain menjual bunga telon, ia biasa menerima pesanan bunga ronce, bunga melati yang biasa digunakan untuk pengantin perempuan dan laki-laki. Ia selalu meronce/merangkai untaian bunga melati di saat menunggu pembeli datang. Dagangannya tidak banyak, tetapi ia tetap senang karena sudah ada pelanggan.