Mohon tunggu...
Suciati Lia
Suciati Lia Mohon Tunggu... Guru - Guru

Belajar mengungkapkan sebuah kata agar bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Tegas Tanpa Kasar, Menegur Murid dengan Cara yang Baik dan Berkesan

4 November 2024   21:28 Diperbarui: 10 November 2024   10:21 654
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi- Interaksi guru dan murid. (Dokumentasi Pribadi)

Setiap murid memiliki ciri khas atau keunikan masing-masing. Keunikan itulah menimbulkan tantangan sendiri. Jika kita sebagai guru mendapat murid dalam satu kelas baik dan penurut merupakan anugerah luar biasa. Sebaliknya, bila dalam sekelas ada separuh yang unik dengan kreativitas yang membuat mengelus dada merupakan tantangan sendiri.

Belajar dari refleksi dan umpan balik dari murid yang saya ajar, saya menemukan banyak hal. Apa yang menurut pribadi telah bagus dan tidak ada yang cacat ternyata justru sebaliknya. 

Terkadang umpan balik baik dari kepribadian, pedagogik, dan profesional kita sebagai guru sangat membantu kita untuk merefleksi diri. Hal ini perlu guru lakukan meskipun air mata mengalir membacanya. Tapi saya sadar bahwa guru mesti belajar dari umpan balik murid untuk jauh lebih baik bukan memarahinya seenak hati kita.

Kita membuang mindset di benak bahwa guru tempat yang benar dan harus diikuti. Jika itu kurang baik, mengapa kita tidak jujur saja dan mengakui kesalahan. Hal ini tidak menurunkan harga diri kita dan justru itu sebuah pelajaran yang berarti bahwa manusia tidak ada yang sempurna dan terus belajar menjadi pribadi yang lebih baik.

Dari umpan balik tersebut, kita belajar secara bertahap bagaimana kita bijak menjadi pemimpin pembelajaran. Tidak hanya narasi nasihat yang kita sampaikan tapi bagaimana kita menerima segala masukan, tanggapan, dan kritik meskipun terasa menyakitkan. Hal itu saya lakukan agar saya tahu sampai di mana kemampuan pribadi, cara mengajar, dan kedalaman ilmu yang saya miliki. 

Memang awalnya sangat menakutkan tapi setelah membiasakan ternyata saya menemukan sesuatu yang lain dan menyampaikan suatu hal yang jujur apa adanya kepada murid.

Hal pertama yang saya lakukan adalah menanamkan mindset bahwa memberikan masukan kepada guru bukan berarti kita mengadili guru tapi bagaimana saya tumbuhkan bahwa guru juga perlu belajar dan belajar dari mana saja tak terkecuali pada murid sendiri. 

Hal itu yang ditanamkan untuk menumbuhkan kesadaran bahwa menjadi pemimpin harus peka dan mau dikritik untuk menjadi lebih baik. Tapi bagaimana cara mengkritik hendaknya menggunakan kosakata yang baik tanpa ada rasa takut karena saya tanamkan kepercayaan dan bukti bahwa saya berterima kasih pada segala masukannya yang membangun.

Ketika ada postingan di sosial media, guru enggan menegur karena takut dipermasalahkan. Sebenarnya jika kita menerima refleksi dari murid tentu banyak cara yang kita dapatkan. Setelah kita mengidentifikasi keunikan dan karakteristik dari murid yang kita ajar maka akan mudah kita menghadapi murid yang mempunyai masalah dalam hal bertutur kata dan perilaku yang mengurangi semangat belajar.

Seperti halnya kita sebagai guru, murid juga memiliki permasalahan yang bisa diselesaikan dan tidak diselesaikan. Terkadang murid mencari cara untuk menarik perhatian dengan cara mengundang emosi guru padahal sejatinya murid ingin diperhatikan. 

Kenali 5 kebutuhan dasar manusia (kebutuhan akan kesenangan, kebutuhan bertahan hidup, kebutuhan akan kebebasan, kebutuhan untuk diterima, dan kebutuhan akan pengakuan) agar kita mengenali tipe murid yang kita ajar itu seperti apa? Sehingga penyelesaian akan mudah seperti permasalahan yang dihadapi.

Pada ulasan sebelumnya saya telah memaparkan tentang pentingnya guru membekali wawasan bimbingan konseling yang berupa pendekatan yang tepat baik melalui komunikasi efektif, segitiga restitusi, coaching, dan berbagai bentuk pendekatan yang berpihak murid. Hal itu didapatkan tentu dari belajar meluangkan waktu di tengah waktu yang kita miliki. Dari kegagalan kita tak perlu larut dalam kondisi tapi itu justru semangat baru untuk terus kita asah dan memperbaiki diri.

Langkah pertama sebelum kita mengajar, alangkah baik kita sebagai guru membuat kesepakatan belajar selama 6 bulan ke depan. Apa yang murid inginkan dari pembelajaran dari gurunya begitu pula keinginan dari gurunya. Semua dicatat dan dilaksanakan. 

Hal yang penting saya sampaikan adalah kesepakatan itu berlaku apabila guru memberikan keteladanan dan tidak menuntut murid yang harus patuh pada kesepakatan. Hal ini menandakan saya sebagai guru menjadi sumber teladan dan inspirasi untuk menjaga wibawa sebagai guru, tidak hanya narasi saja tapi contoh itu yang penting.

Dari kesepakatan itu, saya sampaikan dengan nada tegas tanpa kata yang kasar. Jika kurang sesuai silakan disampaikan baik langsung atau tertulis sehingga murid enjoi melaksanakan. 

Jika merasa tak nyaman untuk belajar silakan disampaikan sehingga saya terkadang tidak melanjutkan pembelajaran dan mengikuti ajakan murid sekelas mendengarkan keluhan dari berbagai sudut pandang. Di sinilah peran ilmu psikolog yang saya pelajari mampu memberikan solusi di setiap masalah dan menjadi pendengar yang baik.

Ketegasan dalam mendidik itu perlu. Tapi kita perlu perhatikan nada keras atau kasar. Apalagi kita telah mengidentifikasi karakter pada setiap anak. Sebab, karakter setiap anak beda sehingga bentuk perlakuan pun berbeda pula. Ada yang memiliki mental kuat, ada yang pemalu, ada yang mudah marah, tersinggung, dan sebagainya. 

Bentuk pilihan kata itulah yang perlu kita pelajari jangan sampai merendahkan atau melukai hati murid. Jika kita diperlakukan kasar mungkin kita juga sakit hati. Tapi bagaimana kita melihat konteksnya dan tahapan dalam pembinaan mulai dari awal hingga ke atas.

Melalui pendekatan yang baik dan bijak kita belajar membantu murid untuk memahami kesalahan dan menyadari bahwa murid juga manusia tidak sempurna dan perlu proses belajar untuk menanamkan kepercayaan diri bahwa murid perlu diberikan kesempatan untuk memperbaiki diri. 

Berikut ada beberapa cara yang barangkali membantu kita semua untuk menegur murid dengan tegas tanpa kasar dengan mengedepankan kesopanan.

Menjaga intonasi suara yang tegas tapi tak kasar

Biasanya saya gunakan dalam kelas yang kondisi kelas kurang bersahabat. Saat kita marah tak perlu kita luapkan kekesalan pada murid. Tapi bagaimana saya mengemas dalam kata-kata sindiran dengan inotasi tegas dan contoh kontekstualitas. 

Murid yang sudah terbiasa dengan kita melalui curah pendapat terbuka akan tahu bahwa kita sedang tidak suka sehingga murid lebih responsif terhadap sindiran tersebut yang tanpa menyebutkan nama. Hindari pemilihan kata seolah kita mengintimidasi, tapi menggali mengapa murid berbuat seperti itu? Apakah mereka lelah, jenuh, ada masalah, dan sebagainya?

Konsentrasi pada perilakunya, bukan pada kepribadiannya

Saat kita memberikan teguran fokus kita adalah perilakunya bukan pribadinya misalnya "Perilakumu ibu tidak suka karena mengganggu teman-teman sekelas" dengan begitu, kita menjelaskan spesifik kesalahannya dan mengapa melakukannya? 

Di sinilah kita menggali lebih dalam alasan di balik itu. Kita tak perlu menghakimi murid apakah yang disampaikan itu benar atau salah. Tapi bagaimana kita tanamkan kepercayaan bahwa dia patut diberikan kesempatan untuk berubah.

Mengajak berdiskusi dan berikan ruang untuk memahami diri

Setelah kita fokus pada perilakunya maka langkah selanjutnya saya mengajak diskusi dan memberikan ruang untuk menyampaikan alasannya dan niatnya untuk memperbaiki diri. Kita bisa menggunakan berbagai kalimat pemantik agar murid memahami diri jika hal tersebut terjadi pada dirinya. Hal tersebut membuat murid berpikir bahwa dampak itu yang bisa dirasakan.

Berikan pilihan untuk memperbaiki perilaku

Saat kita berdiskusi dan memberikan ruang untuk memahami diri maka di saat itu kita berikan pilihan untuk murid menyelesaikan sendiri perilakunya. Jika mereka tak mampu memberikan solusi maka kita membantu memberikan solusi dengan memberikan pilihan cara bertanggung jawab atas perilakunya. Dengan begitu, kesempatan itu akan membuat murid merasa dihargai dan sadar bahwa tiap perilaku yang dilakukan mengandung konsekuensi.

Hindari menegur di depan umum

Untuk melampiaskan kekesalan kita tak harus kita luapkan di depan kelas. Tapi kita ajak di ruang tertutup untuk menyampaikan rasa yang ada di hati. Terkadang saya senang menyampaikan secara langsung daripada memendamnya. 

Selesai pada saat itu membuat pikiran jernih tanpa beban. Setelah itu dibagian terakhir saya selalu bertanya "apakah engkau marah atau tersinggung dengan apa yang ibu sampaikan?" jika tidak itu berarti aman, jika ada, itu bagus berarti ada kepekaan perasaan yang membuat dirinya tersadar. Jangan lupa untuk meminta maaf dan menyakinkan pada dirinya bahwa dia mampu.

Memberikan bentuk apresiasi atas perubahan positif

Setelah bagian tahapan kita lakukan mulai dari menelusuri permasalahan, bentuk komitmen, dan upaya yang dilakukan, serta tindak lanjut dari penanganan masalah maka kita patut berikan apresiasi atas perubahannya yang positif dengan memujinya, mengucapkan terima kasih kau telah berusaha keras memperbaiki sikap, atau memberikan sesuatu benda yang sederhana yang berkesan dan sebagainya. Hal ini perlu kita lakukan agar murid merasa diohargai atas perubahan diri sehingga berusaha meningkatkan kualitas dirinya.

Melibatkan guru dan orangtua

Jika cara pribadi tak menemukan titik terang baru kita bisa bekerja sama dengan guru dan orang tua untuk mencari solusi. Di sinilah peran komunikasi efektif dengan semua pihak yang terlibat agar murid dapat tertangani dengan cara bijak dan mendukung perkembangan murid.

Akhir kata, perlakukan murid seperti anak kita sendiri. Libatkan hati kita saat menangani masalahnya. Kata kasar yang merendahkan diri justru kita sulit menumbuhkan motivasinya kembali. 

Tegas bukan berarti dengan kekerasaan tapi bagaimana kita memberikan teguran yang baik dengan mendidik, membimbing, menguatkan tanggung jawab hingga penguatan karakter yang dimilikinya. Jadilah teladan yang baik untuk murid sehingga kehadiran kita di kelas dirindukan. 

Perbaikilah diri kita sebagai guru dengan meminta umpan balik secara berkala agar kualitas diri dapat diperbaiki secara bertahap dan berkesinambungan untuk menjadi teladan dan menginspirasi. 

Semoga kita mampu belajar dan belajar, sebab setiap kritikan akan menyadarkan diri bahwa kita siap menjadi pemimpin yang terus berbenah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun