Keputusan Berbasis Kebajikan sebagai Pilar Penting Kepemimpinan yang Berkelanjutan
Â
Pada kesempatan kali ini izinkan saya sedikit berbagi ulasan mengenai pengalaman selama mengikuti pendidikan guru penggerak. Awalnya memang saya mengindahkan program ini karena regulasinya mengganggu jam mengajar.Â
Setelah menyelami ternyata jam mengajar bisa dipadatkan dan pendidikan guru penggerak dapat diselesaikan di waktu luang. Ilmu yang saya didapatkan jika diterapkan luar biasa sekali dapat menumbuhkan mindset untuk melakukan perubahan secara bertahap.
 Apalagi berkaitan tentang topik ini yakni kita sebagai pemimpin pembelajaran bagaimana sebagai pemimpin yang mengedepankan kebajikan sebagai pilar penting kepemimpinan berkelanjutan.
Dalam dunia pendidikan terutama sebagai guru, kesuksesan tidaklah diukur bagaimana guru mencapai tujuan pembelajaran tapi seorang guru dapat mengatasi berbagai dinamika kelas dan sosial yang kompleks sehingga dapat membuat sebuah keputusan yang cepat dan juga efektif. Keputusan yang diambil tentu memastikan berdampak positif dan berkelanjutan yang mencerminkan etika dan nilai kebajikan.Â
Sebagai pemimpin pembelajaran yang efektif tentu sadar bahwa penerapan nilai-nilai kebajikan dalam setiap perilaku akan meninggalkan warisan moral yang kuat sehingga tak heran penerapan pendekatan berbasis nilai-nilai kebajikan dalam pengambilan keputusan berdampak baik dalam jangka panjang murid yang dididiknya.Â
Ada kutipan dalam modul 3.1 yang menggelitik pribadi yang menjadi refleksi diri yang disampaikan oleh Bob Talbert adalah "Mengajarkan anak berhitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik".Â
Secara sepintas terkesan sederhana tapi jika ditelusuri ternyata makna yang terkandung di dalamnya sangat menggetarkan hati. Kutipan tersebut memiliki maksud mengajarkan anak menghitung itu baik tapi mengajarkan mereka apa yang berharga/utama itu lebih baik.Â
Kutipan tersebut menggarisbawahi pentingnya pendidikan tidak hanya pada aspek teknis semata seperti menghitung atau kemampuan akademis tapi bagaimana pemahaman nilai-nilai dan prinsip kebajikan secara universal yang lebih mendalam.
Selain itu, pendidikan yang didapatkan anak di bangku sekolah tidak hanya tentang pengetahuan kognitif tapi bagaimana pendidikan yang diperoleh anak mengajarkan tentang pendidikan karakter misalnya adab sopan santun, integritas, kejujuran, keadilan, empati, dan nilai-nilai kemanusiaan yang lainnya. Imbas dari pendidikan karakter akan menghasilkan sumber daya manusia yang mulia dan beradap.
Terkadang banyak orang di sekeliling kita pandai dan berilmu tapi tidak memiliki akhlak atau perilaku baik. Sehingga disayangkan sekali ilmu yang didapatkan tidak mengubah karakternya yang kurang baik. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Georg Wilhelm Friedrich Hegel tentang "Pendidikan adalah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis"
Dari kutipan tersebut kita belajar sebagai guru bahawa pendidikan merupakan suatu proses penguatan karakter dan nilai kebajikan secara menyeluruh yang bisa diterima seluruh dunia. Apalagi pendidikan karakter di zaman modern ini sangat penting dan dibutuhkan oleh generasi sekarang guna sebagai bekal menyambut masa depannya. Kita sebagai guru berusaha menguatkan karakter yang dibutuhkan murid untuk mencetak murid tidak hanya pandai secara akademik tapi memiliki adab yang mulia. Semoga kita dimudahkan dalam setiap langkah kebaikan meskipun tantangan berat menyapa.
Dalam kaitan tersebut perlunya kita sebagai guru dalam mengambil keputusan berdasarkan prinsip moral  menjadi dasar sebagai pemimpin pembelajaran. Nilai-nilai kebaikan itu berupa nilai kejujuran, integritas, empati, keadilan, tanggung jawab sebagai landasan yang kuat dalam membentuk karakter dan kepemimpinan yang beretika sehingga berdampak jangka panjang bagi warga sekolah.
Ada beberapa alasan mengapa kebajikan dianggap penting yang dimiliki seorang pemimpin yang berkelabnjutan? Dengan pengelolaan sumber daya yang ada secara bijaksana maka dapat berdampak pada kesejahteraan sosial dan rasa nyaman. S
ehingga tak heran prinsip kebajikan melekat pada seorang pemimpin, disebabkan dapat membangun kepercayaan dan loyalitas, Â menjamin keberlanjutan sosial dan lingkungan, meningkatkan motivasi dan keterlibatan warga sekolah, menyelaraskan kepentingan jangaka pendek dan jangka panjang.
Meskipun alasan kebajikan yang digunakan sebagai landasan dalam pengambilan keputusan namun terkadang kebajikan sulit diterapkan oleh pemimpin dalam mengambil keputusan dikarenakan tekanan untuk hasil yang cepat, konflik kepentingan, dan kompleksitas masalah.Â
Untuk penyelesaian suatu masalah dalam pengambilan keputusan memerlukan waktu untuk mengidentifikasi dan menganalisis sehingga berdampak.Â
Selain itu bagaimana peran pemimpin yang dapat menyeimbangkan kepentingan berbagai pihak sehingga menimbulkan dilema etika yang sulit yang bertentangan dengan ekspektasi jangka pendek. Tak hanya itu, kompleksitas masalah yang menyebabkan perlu melibatkan berbagai faktor saling berkaitan.
Terlepas dari landasan kebajikan. Dari modul 3.1 guru dapat belajar bagaimana menjadi memahami keputusan yang baik agar hasil berdampak berdasarkan 4 paradigma dilemma etika, konsep pengambilan dan pengujian keputusan, dan 3 prinsip dalam pengambilan keputusan.
Adapun 3 prinsip tersebut berupa prinsip berpikir rasa peduli (yang digunakan pata guru yang mempunyai empati tinggi, rasa kasih sayang, dan kepedulian yang baik). Kedua, prinsip berpikir berbasis peraturan (digunakan guru yang memiliki sikap jujur dan komitmen yang kuat untuk taat aturan). Ketiga, prinsip berpikir berbasis nilai akhir (ini cocok digunakan guru yang reflektif dan mempunyai jiwa sosial yang tinggi).
Sementara 4 paradigma yang terjadi saat situasi dilemma etika yang berupa individu lawan kelompok, rasa keadilan lawan rasa keadilan, kebenaran lawan kesetiaan, dan jangka pendek lawan jangka panjang. Setiap masalah yang terkait kita bisa kategorikan ke salah satu sehingga sebagai pemimpin mampu menganalisis berdasarkan konsep dan pengujian keputusan yakni
1. Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan
2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi masalah
3. Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi
4. Pengujian benar dan salah, berupa
    a. Uji legal
    b. Uji regulasi/standar professional
    c. Uji intuisi
    d. Uji publikasi
     e. Uji panutan/idola
5. Pengujian paradigma benar lawan benar
6. Melakukan prinsip resolusi
7. Investigasi opsi diterima
8. Buat keputusan
9. Lihat lagi keputusan dan refleksikan.
Adapun permasalahan yang dihadapi oleh guru hendaknya dapat melakukan 9 tahapan pemgujian tersebut sehingga menghasilkan keputusan yang benar-benar berpusat pada murid. Kita sebagai guru harus banyak melihat fakta, jangan sampai karena ego diri yang tak bisa dibendung maka kita seenaknya memutuskan tanpa memikirkan pertimbangan dan masukan dari orang lain. Sebab, data itu penting sebagai bukti autentik yang dijadikan bahan pengambilan keputusan.
Selain berpedoman pada 4 paradigma dilema etika, konsep pengambilan dan pengujian keputusan, serta 3 prinsip dalam pengambilan keputusan. Seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran jika ingin mengambil keputusan berdasarkan kebajikan maka langkah-langkah berikut dapat membantu, di antaranya
1. Mengenali nilai-nilai inti. Sebagai pemimpin guru mesti memahami nilai-nilai diri dan organisasi tempat kerja. Kejelasan ini tentu dapat membantu memandu proses pengambilan keputusan untuk memastikan setiap tindakan yang diambil mesti konsisten dengan prinsip-prinsip moral.
2. Mempertimbangkan dampak jangka panjang. Setiap keputusan yang diambil pemimpin mesti dievaluasi berdasarkan dampak jangka panjang bukan untuk kepentingan jangka pendek. Untuk itu, setiap pemimpin mesti mempertimbangkan konsekuesni sosial, etis, dan lingkungan dari setiap keputusan yang diambil.
3. Melibatkan pemangku kepentingan. Keputusan yang baik mesti mempertimbangkan pandangan berbagai pihak. Pemimpin dapat berkonsentrasi pada kebajikan yang melibatkan pemangku kepentingan dalam proses pengambilan keputusan dengan mendengarkan masukan/saran dan mempertimbangkan kebutuhannya.
4. Memiliki keberanian dalam mengambil tindakan yang sulit. Setiap masalah jika mengandung kebajikan sering kali membutuhkan keberanian. Sebagai guru, pemimpin pembelajaran yang sukses tidak akan takut mengambil keputusan yang mungkin sulit sekalipun, tapi benar secara moral. Hal tersebut memerlukan integritas dan keteguhan hati guna berpegang teguh pada prinsip-prinsip kebajikan.
sumber modul guru penggerak
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H