Selain itu, pendidikan yang didapatkan anak di bangku sekolah tidak hanya tentang pengetahuan kognitif tapi bagaimana pendidikan yang diperoleh anak mengajarkan tentang pendidikan karakter misalnya adab sopan santun, integritas, kejujuran, keadilan, empati, dan nilai-nilai kemanusiaan yang lainnya. Imbas dari pendidikan karakter akan menghasilkan sumber daya manusia yang mulia dan beradap.
Terkadang banyak orang di sekeliling kita pandai dan berilmu tapi tidak memiliki akhlak atau perilaku baik. Sehingga disayangkan sekali ilmu yang didapatkan tidak mengubah karakternya yang kurang baik. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Georg Wilhelm Friedrich Hegel tentang "Pendidikan adalah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis"
Dari kutipan tersebut kita belajar sebagai guru bahawa pendidikan merupakan suatu proses penguatan karakter dan nilai kebajikan secara menyeluruh yang bisa diterima seluruh dunia. Apalagi pendidikan karakter di zaman modern ini sangat penting dan dibutuhkan oleh generasi sekarang guna sebagai bekal menyambut masa depannya. Kita sebagai guru berusaha menguatkan karakter yang dibutuhkan murid untuk mencetak murid tidak hanya pandai secara akademik tapi memiliki adab yang mulia. Semoga kita dimudahkan dalam setiap langkah kebaikan meskipun tantangan berat menyapa.
Dalam kaitan tersebut perlunya kita sebagai guru dalam mengambil keputusan berdasarkan prinsip moral  menjadi dasar sebagai pemimpin pembelajaran. Nilai-nilai kebaikan itu berupa nilai kejujuran, integritas, empati, keadilan, tanggung jawab sebagai landasan yang kuat dalam membentuk karakter dan kepemimpinan yang beretika sehingga berdampak jangka panjang bagi warga sekolah.
Ada beberapa alasan mengapa kebajikan dianggap penting yang dimiliki seorang pemimpin yang berkelabnjutan? Dengan pengelolaan sumber daya yang ada secara bijaksana maka dapat berdampak pada kesejahteraan sosial dan rasa nyaman. S
ehingga tak heran prinsip kebajikan melekat pada seorang pemimpin, disebabkan dapat membangun kepercayaan dan loyalitas, Â menjamin keberlanjutan sosial dan lingkungan, meningkatkan motivasi dan keterlibatan warga sekolah, menyelaraskan kepentingan jangaka pendek dan jangka panjang.
Meskipun alasan kebajikan yang digunakan sebagai landasan dalam pengambilan keputusan namun terkadang kebajikan sulit diterapkan oleh pemimpin dalam mengambil keputusan dikarenakan tekanan untuk hasil yang cepat, konflik kepentingan, dan kompleksitas masalah.Â
Untuk penyelesaian suatu masalah dalam pengambilan keputusan memerlukan waktu untuk mengidentifikasi dan menganalisis sehingga berdampak.Â
Selain itu bagaimana peran pemimpin yang dapat menyeimbangkan kepentingan berbagai pihak sehingga menimbulkan dilema etika yang sulit yang bertentangan dengan ekspektasi jangka pendek. Tak hanya itu, kompleksitas masalah yang menyebabkan perlu melibatkan berbagai faktor saling berkaitan.
Terlepas dari landasan kebajikan. Dari modul 3.1 guru dapat belajar bagaimana menjadi memahami keputusan yang baik agar hasil berdampak berdasarkan 4 paradigma dilemma etika, konsep pengambilan dan pengujian keputusan, dan 3 prinsip dalam pengambilan keputusan.
Adapun 3 prinsip tersebut berupa prinsip berpikir rasa peduli (yang digunakan pata guru yang mempunyai empati tinggi, rasa kasih sayang, dan kepedulian yang baik). Kedua, prinsip berpikir berbasis peraturan (digunakan guru yang memiliki sikap jujur dan komitmen yang kuat untuk taat aturan). Ketiga, prinsip berpikir berbasis nilai akhir (ini cocok digunakan guru yang reflektif dan mempunyai jiwa sosial yang tinggi).