"Maaf hari ini saya akan menerima segala keputusan pihak sekolah yang akan mengeluarkan saya karena saya belum mempunyai uang untuk membayar biaya sekolah. Saya pasrah kalau memang keputusannya demikian."
Bapak kepala sekolah melihatku dengan antusias. Beliau berajak dari tempat duduknya dan menepuk pundaku.
"Emang siapa yang akan mengeluarkan murid yang prestasi sepertimu?" aku terpana mendengar ucapan beliau. Ada penasaran ada juga ungkapan perasaan senang. Beliau merasa iba ketika melihatku diliputi tanda Tanya. Akhirnya Beliau menjelaskan apa sebenarnya terjadi. Di tengah pembicaraan tiba-tiba aku dikejutkan oleh datangnya bapak Irwan yang sudah berada di ruang kepala sekolah.
Rasa penasaranku semakin tak tertahan namun kepala sekolah paham betul aku dilanda ingin tahu. Beliau menjelaskan maksud kedatangan pak Irwan untuk menemuiku di sekolah. Betapa kagetnya ketika kutahu permintaan pak Irwan yang akan mengasuhku dan mengangkat aku sebagai anaknya. Soalnya Beliau tinggal di rumah sendirian. Semua anaknya sudah menikah dan memilih hidup bersama keluarga kecilnya masing-masing. Selama 2 minggu ini Beliau mencari informasi mengenai diriku dan sekolahku di mana sehingga membuat hati Beliau tergerak hatinya untuk mengangkat aku sebagai anaknya dan bisa mewujudkan cita-citaku menjadi dokter kelak.
Tuhan kini aku mulai mengerti maksud orang tuaku yang meminta untuk menegakkan kejujuran. Meskipun sulit dilakukan namun sangat memberikan berkah padaku pada waktu tak disangka-sangka. Aku bersyukur telah memiliki orang tua yang menanamkan kepribadian kepadaku meskipun aku orang susah namun aku tetap menjadi diriku sendiri sehingga aku dapat menegakkan kejujuran di tengah krisis moral yang terjadi di tengah masyarakat.
 Aku tak bisa menyembunyikan kebahagianku. Aku peluk tubuh pak Irwan layaknya bapakku sendir. Aku ucapan terima kasih berulang-ulang dengan derai air mata yang mulai membasai pipiku. Aku tak menyangka akan mendapatkan hadiah yang luar biasa yang Allah titipkan melalui pak Irwan. Aku berjanji akan menggunakan kesempatan yang baik ini untuk belajar lebih giat agar impianku tak sekedar impian namun kenyataan yang bisa dirasakan kelak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H