Mohon tunggu...
Suciati Lia
Suciati Lia Mohon Tunggu... Guru - Guru

Belajar mengungkapkan sebuah kata agar bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Buah Manis Kejujuran

24 Desember 2023   18:08 Diperbarui: 24 Desember 2023   18:15 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Maaf hari ini saya akan menerima segala keputusan pihak sekolah yang akan mengeluarkan saya karena saya belum mempunyai uang untuk membayar biaya sekolah. Saya pasrah kalau memang keputusannya demikian."

Bapak kepala sekolah melihatku dengan antusias. Beliau berajak dari tempat duduknya dan menepuk pundaku.

"Emang siapa yang akan mengeluarkan murid yang prestasi sepertimu?" aku terpana mendengar ucapan beliau. Ada penasaran ada juga ungkapan perasaan senang. Beliau merasa iba ketika melihatku diliputi tanda Tanya. Akhirnya Beliau menjelaskan apa sebenarnya terjadi. Di tengah pembicaraan tiba-tiba aku dikejutkan oleh datangnya bapak Irwan yang sudah berada di ruang kepala sekolah.

Rasa penasaranku semakin tak tertahan namun kepala sekolah paham betul aku dilanda ingin tahu. Beliau menjelaskan maksud kedatangan pak Irwan untuk menemuiku di sekolah. Betapa kagetnya ketika kutahu permintaan pak Irwan yang akan mengasuhku dan mengangkat aku sebagai anaknya. Soalnya Beliau tinggal di rumah sendirian. Semua anaknya sudah menikah dan memilih hidup bersama keluarga kecilnya masing-masing. Selama 2 minggu ini Beliau mencari informasi mengenai diriku dan sekolahku di mana sehingga membuat hati Beliau tergerak hatinya untuk mengangkat aku sebagai anaknya dan bisa mewujudkan cita-citaku menjadi dokter kelak.

Tuhan kini aku mulai mengerti maksud orang tuaku yang meminta untuk menegakkan kejujuran. Meskipun sulit dilakukan namun sangat memberikan berkah padaku pada waktu tak disangka-sangka. Aku bersyukur telah memiliki orang tua yang menanamkan kepribadian kepadaku meskipun aku orang susah namun aku tetap menjadi diriku sendiri sehingga aku dapat menegakkan kejujuran di tengah krisis moral yang terjadi di tengah masyarakat.

 Aku tak bisa menyembunyikan kebahagianku. Aku peluk tubuh pak Irwan layaknya bapakku sendir. Aku ucapan terima kasih berulang-ulang dengan derai air mata yang mulai membasai pipiku. Aku tak menyangka akan mendapatkan hadiah yang luar biasa yang Allah titipkan melalui pak Irwan. Aku berjanji akan menggunakan kesempatan yang baik ini untuk belajar lebih giat agar impianku tak sekedar impian namun kenyataan yang bisa dirasakan kelak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun