Mohon tunggu...
Subarkah
Subarkah Mohon Tunggu... Buruh - Freelance

Suka nulis, suka nonton film, suka baca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sepak Bola yang Membangun Hubungan Ayah dan Anak

12 Agustus 2024   05:18 Diperbarui: 12 Agustus 2024   06:09 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Di ruang tamu yang bersahaja, Rudolf bersandar nyaman di sofa, ditemani oleh Daniel, anak lelakinya yang baru saja beranjak remaja. Layar televisi memancarkan kilasan prediksi awal musim sepak bola yang segera mencuri perhatian Daniel.

"Pak, menurut Bapak, tim mana yang pantas menjadi sorotan utama musim ini?" Daniel bertanya dengan tatapan penuh antusias.

Rudolf tersenyum, mengingat masa mudanya yang penuh gairah terhadap sepak bola. "Manchester City di Liga Inggris dan Barcelona di Liga Spanyol punya peluang besar, Daniel. Mereka memiliki barisan pemain tangguh dan pelatih yang cerdik. Tapi jangan remehkan Napoli di Italia dan Bayern Munich di Jerman; mereka juga merupakan tim yang sangat tangguh."

Daniel mengangguk perlahan, meski masih ada keraguan yang mengintip di wajahnya. "Tapi, Pak, tim-tim lain juga punya peluang, kan? Seperti Arsenal yang mulai bangkit, atau Real Madrid yang selalu jadi ancaman serius?"

Rudolf menatapnya dengan bijak. "Tentu, Nak. Sepak bola selalu sarat kejutan. Namun, tim-tim besar ini memiliki keunggulan yang membuat mereka layak diwaspadai di awal musim."

Beberapa hari kemudian, seusai belajar, Daniel menemukan ayahnya sedang membaca artikel prediksi juara musim ini di koran. Tanpa ragu, ia duduk di samping Rudolf.

"Pak, menurut Bapak, siapa yang akan keluar sebagai juara musim ini?" tanyanya dengan semangat yang menyala.

Rudolf menatapnya dengan senyum penuh arti. "Liga Inggris mungkin akan kembali didominasi oleh Manchester City. Di Spanyol, Barcelona memiliki peluang besar dengan skuad mudanya yang berbakat. Di Italia, Napoli masih menjadi favorit utama, dan di Jerman, Bayern Munich hampir selalu menjadi pilihan unggulan."

Daniel merenungkan kata-kata ayahnya. "Apakah menurut Bapak ada tim yang mungkin akan membuat kejutan musim ini?"

Rudolf mengangguk penuh keyakinan. "Sepak bola adalah permainan yang penuh dengan ketidakpastian, Nak. Arsenal di Inggris atau Inter Milan di Italia bisa saja muncul sebagai juara jika mereka bermain dengan semangat dan strategi yang jitu."

Musim baru akhirnya dimulai. Daniel dan Rudolf duduk bersama di ruang tamu, menyaksikan laga pembuka Liga Inggris. Daniel tak sabar menantikan bagaimana tim-tim besar akan tampil di berbagai liga.

"Pak, lihat bagaimana Manchester City mendominasi pertandingan. Tapi Arsenal juga bermain sangat baik. Siapa menurut Bapak yang akan bertahan di puncak?" tanya Daniel dengan semangat yang menggebu-gebu.

Rudolf mengangguk sambil terus memandangi layar. "City memang sangat kuat, tapi Arsenal sedang dalam momentum yang luar biasa. Mereka memiliki peluang besar untuk memberikan persaingan yang ketat. Di Spanyol, Real Madrid dan Barcelona akan saling bersaing sengit, tapi jangan lupakan Atletico Madrid; mereka bisa menjadi ancaman yang tak terduga."

Daniel memikirkan kata-kata ayahnya. "Bagaimana dengan Liga Italia, Pak? Napoli bermain dengan cemerlang, tapi Juventus juga terlihat siap untuk kembali ke puncak."

Rudolf tersenyum melihat antusiasme Daniel yang semakin mendalam. "Serie A akan menjadi ajang persaingan yang sangat ketat. Napoli memang kuat, tapi Inter dan Juventus memiliki sejarah serta ambisi yang tak bisa diremehkan. Di Jerman, meski Bayern Munich selalu unggul, Dortmund dan Leipzig juga punya potensi besar."

Saat musim berjalan, rasa penasaran Daniel terhadap pemain-pemain kunci semakin membuncah. Ketika makan malam bersama, ia mengajukan pertanyaan baru.

"Pak, siapa pemain yang paling layak diperhitungkan musim ini?" tanyanya, dengan rasa ingin tahu yang tak terbendung.

Rudolf merenung sejenak sebelum memberikan jawabannya. "Di Liga Inggris, Erling Haaland dari Manchester City adalah ancaman besar. Di Spanyol, Vincius Jnior di Real Madrid dan Pedri di Barcelona akan menjadi poros permainan. Di Italia, Victor Osimhen dari Napoli dan Lautaro Martinez dari Inter Milan akan bersinar terang. Di Jerman, Harry Kane yang baru bergabung dengan Bayern Munich dan Jamal Musiala akan menjadi sorotan utama."

Daniel mendengarkan dengan seksama. "Luar biasa, Pak. Setiap liga punya pemain yang bisa mengubah jalannya pertandingan. Apakah ada pemain muda yang menurut Bapak bisa menjadi kejutan musim ini?"

Rudolf mengangguk lagi. "Selalu ada, Nak. Bukayo Saka dari Arsenal di Inggris dan Jude Bellingham di Real Madrid akan menjadi pusat perhatian. Kita hanya perlu melihat bagaimana mereka berkembang di panggung besar."

Daniel semakin tertarik dengan sepak bola dan prediksi yang ia diskusikan bersama ayahnya. Suatu sore, setelah pulang sekolah, ia memutuskan untuk menuliskan opini dan prediksinya di Kompasiana.

"Pak, bagaimana kalau saya bagikan prediksi saya di Kompasiana? Saya ingin tahu pendapat orang lain juga," kata Daniel dengan semangat yang membara.

Rudolf, yang sedang membaca koran, menatap anaknya dengan bangga. "Ide brilian, Nak. Kamu bisa menulis tentang siapa yang akan keluar sebagai juara, bagaimana performa tim-tim besar, dan pemain mana yang layak diperhitungkan. Jangan lupa tambahkan label Liga Top Dunia supaya lebih banyak orang yang bisa menemukan tulisanmu."

Daniel mengangguk, lalu mulai menulis. Ia menggambarkan prediksinya tentang Manchester City yang mungkin kembali menjadi juara, persaingan sengit antara Barcelona dan Real Madrid, serta harapannya pada Napoli di Italia. Tak lupa, ia juga menyoroti pemain-pemain muda yang diharapkannya akan bersinar terang musim ini.

Setelah selesai menulis, Daniel menunjukkan tulisannya kepada Rudolf. "Bagaimana, Pak? Sudah cukup baik?"

Rudolf membaca tulisan Daniel dengan seksama. "Luar biasa, Daniel. Kamu sudah menulis dengan baik dan penuh semangat. Ini pasti akan menginspirasi banyak orang. Teruslah menulis dan berbagi pandanganmu."

Beberapa hari kemudian, tulisan Daniel di Kompasiana mendapat banyak perhatian. Komentar-komentar mulai bermunculan, dan orang-orang berbagi prediksi mereka sendiri. Daniel merasa semakin percaya diri.

"Pak, lihat! Banyak yang membaca dan menyukai tulisan saya. Mereka juga berbagi prediksi mereka. Ini sangat menyenangkan!" seru Daniel dengan mata berbinar.

Rudolf menepuk punggung Daniel dengan bangga. "Kamu telah membentuk sebuah komunitas, Nak. Sepak bola memang lebih dari sekadar permainan; ini adalah jembatan yang menghubungkan kita dengan orang lain, dengan mimpi dan harapan yang sama."

Daniel tersenyum, menyadari bahwa sepak bola telah memberinya lebih dari sekadar hiburan. Ini adalah cara untuk terhubung, berbagi, dan mendiskusikan sesuatu yang ia cintai.

Musim sepak bola terus berjalan, dan Daniel serta Rudolf terus mengikuti setiap perkembangan dengan antusias. Setiap minggu, mereka berdiskusi tentang pertandingan yang telah berlalu dan memprediksi yang akan datang. Hubungan mereka semakin erat, terjalin melalui kecintaan yang sama terhadap sepak bola.

Daniel, yang kini rutin menulis di Kompasiana, merasa bahwa setiap tulisan adalah langkah kecil menuju impian yang lebih besar. Ia tidak hanya berbagi opini, tetapi juga belajar dari pembaca lain, mendapatkan perspektif baru, dan merasakan kebahagiaan ketika tulisannya dihargai.

"Pak," kata Daniel suatu malam ketika mereka duduk bersama setelah menonton pertandingan. "Sepak bola mengajarkan kita banyak hal. Tentang kerja keras, kebersamaan, dan bagaimana tidak pernah menyerah."

Rudolf mengangguk, matanya penuh kebanggaan. "Kamu benar, Nak. Sepak bola, seperti hidup, adalah perjalanan panjang. Kita mungkin tidak selalu menang, tapi yang penting adalah bagaimana kita terus berjuang dan menikmati setiap langkah di perjalanan itu."

Daniel menatap ayahnya dengan rasa hormat. "Terima kasih, Pak, karena selalu mendukung saya. Saya berharap bisa terus belajar dari sepak bola dan dari Bapak."

Rudolf tersenyum, mengetahui bahwa anaknya telah menemukan lebih dari sekadar permainan dalam sepak bola. "Dan dengan itu, musim baru sepak bola tidak hanya membawa kegembiraan di lapangan, tetapi juga mempererat ikatan antara seorang ayah dan anaknya, yang kini telah menemukan cara baru untuk merayakan kecintaan mereka terhadap permainan yang mereka cintai."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun