Awalnya pesona Thailand biasa saja ketika tahun 2015 pertama kali kami menginjakkan kaki di Bumi Chiang Mai yang merupakan salah satu kota terbesar di Bagian Utara Thailand. Suasana kota yang sederhana, ribuan penghantar arus listrik menyambut kehadiran kami sepanjang jalan.Â
Dalam benak terlintas pertanyaan kenapa kota ini begitu semberawut dan jauh dari bayang-bayang selama ini dipikiran kami. Dibalik semuan itu juga tersimpan penasaran akan nilai eksotis dan keunikan yang ada di Thailand sehingga banyak turis yang masuk menikmati indahnya negeri Gajah Putih ini.Â
 Banyak orang yang menyebut Negara Tahiland sebagai Negara seribu pagoda, adapula yang menyebut sebagai negeri gajah putih. Bagi saya Thailand adalah sebuah Negara yang memiliki nilai eksotik tersendiri yang tidak ada dinegara-negara lainnya. Rasa makanannya-pun khas yang menyengat perut. Karena Thailand mempunyai kekhasan tersendiri yang tidak terekspos secara luas dinegara lain, seperti kebudayaan indhochina, pesona taman bunga, dan masih banyak eksotiK lainnya.Â
Thailand mengartikulasikan kebudayaannya seperti halnya bagaimana masyarakat Thai bertutur dengan penuh keramahan. Seperti skytrain yang kami tumpangi sore itu, penuh dengan pekerja dan pelajar yang hilir mudik dikota-kota.
Sepanjang mata memandang, banyak dijumpai penumpang kereta cepat. Sepanjang jalan juga banyak dijumpai tuk tuk (mirip bajai), pedagang makanan bakar, dan juga warna warni bendera menghiasi sudut-sudut jalan. Kopkun Kap (ucapan terimakasih kepada laki-laki) adalah sapaan yang pertama kali diajarkan teman ketika menginjakkan kaki pertama di Thailand.Â
Perjalan ke Universitas Chiang Mai begitu berkesan dengan menikmati kendaraan But But mengelilingi Kampus menikmati suasan panorama kampus. Berkunjung ke Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Chiang Mai, menikmati makanan di Kantin Universitas Chiang Mai dengan belajar suatu penerapan kedisiplinan prilaku mahasiswa yang sangat tertib dan penuh tanggung jawab.Â
Sistem pesan menu yang antri, pengambilan dan pengembalian gelas, piring pada tempatnya suksesnya luar biasa berhasil diterapkan dalam masalah reformasi coognitive, reformasi education, dan reformasi behavioral.Â
Perjalanan berlanjut ke wisata Bubin Palace di daerah Doi Sutet juga begitu eksotik membawa kami berpikir tentang Indonesia yang tidak mampu membuat Taman bunga yang seindah di Wisata Bubin Place tersebut.Â
Terbayang Indah panorama bunga dengan berbagai jenis, diantaranya jenis bunga mawar yang melambangkan cinta dan kedamaian yang ada dilingkungan kerajaan terhadap rakyatnya. Sangat disayangkan Indonesia tidak dapat membuat taman wisata bunga. Padahal Indonesia memiliki kultur tanah yang lebih baik, dibandingkan dengan Malino Kabupaten Gowa yang suasananya jauh lebih baik dibandingkan dengan Bubin Place Chiang Mai tersebut.Â
Sangat terbayangkan eksotik dan keunikan nilai yang ada dengan estetika pesona bunga-bunga dan mampu menghilangkan rasa capek menjadi begitu indah rasanya menikmati suasana alam yang sungguh sangat luar biasa.Â
Selesai menikmati pariwisata di chiang Mai, kemudian kami kembali beristirahat untuk mempersiapkan diri mengikuti acara pembukaan Seminar asvanced seminar on southeast asean studies focus in Thailand. Â Pembukaan seminar berjalan lancer dan sukses. Mulai coffee morning sudah terjadi perkenalan dari berbagai delegasi peserta dari berbagai Negara Asean. Ada pencerahan yang luar biasa kami dapatkan.Â
Pada pembukaan ada penyerahan simbolik cindera mata yang diserahkan oleh ketua romobongan. Â suasana baru kami rasakan ketika acara dimulai dengan beberapa peserta yang duduk berdampingan dengan kami yang selalu berupaya untuk menyapa, tetapi bahasa membatasi kami untuk merespon komunikasi, bukan sombong tapi jauh dari lubuk hati kami sangat ingin komunikasi dilanjutkan karena suasananya begitu menarik untuk bersilaturrahmi dengan berbagai teman-teman seminar yang berasal dari berbagai Negara. Â Â
Selesai acara pembukaan lalu pada materi pertama membahas tentang ekonomi Thai, sesungguhnya sajiannya sangat baik karena memberikan gambaran bahwa ekonomi thai mengalami pergeseran dari pertanian dikembangkan kepalayanan jasa pariwisata dengan kekayaan budaya yang ada di Thailand. Selama beberapa hari di Chiang Mai begitu banyak pelajaran baru yang membuat kami berpikir tentang cara membangun Indonesia dari Thailand.Â
Karena Thailan semakin berkembang melalui  reformasi coognitif, reformasi education, reformasi behavioral yang baru sukse dibangun setelah 20 tahun berhasil diterapkan pada kehidupan rakyat Thailand. Sungguh sangat fantastis dengan aurah kota yang biasa dapat menciptakan konsistensi dan komitmen masyarakat Thailand yang begitu tertib dan nyaman dalam beraktivitas.
 Bekerja di pagi hari sampai sore dan malam hari, solek sederhana kota tapi aktivitas masyarakat sudah mirip dinegara-negara barat. Luar biasa karena liberal terhadap pengadopsian budaya asing tetapi karakter bangsa bertahan secara konsisten.
Setiap selesai acara disore hari, kami bergegas ke Hotel Sun Trose untuk berganti pakaian untuk kembali menyusuri ibu kota Chiang mai. Dibalik perjalanan kami dari Chiang Mai Kota terbesar Thailan menyusuri lewat darat ke Kota Bangkok, lalu lanjut ke Kota Terbesar bagian Selatan Thailan yakni kota Hat Yai menyimpan begitu banya kesan eksotisnya Thailand, sepanjang perjalan kami menemukan nilai-nilai yang menunjukkan bahwa Thailand merupakan salah satu Negara di ASEAN yang akan siap merajai Asean economic community 2016 hingga saat ini.Â
Pada Tahun 2012 sampai tahun 2016, Thailand sedang menjalani rencana Pembangunan Nasionalnya yang ke 11, bersamaan dengan dimulainya Asean Economic Community. Tujuan dari rencana pembangunan nasional bagi Negara Thailand adalah mewujudkan masyarakat yang bahagia, adil, seimbang, dan berdaya tahan lama.Â
Landasan utama kebijakan ekonomi Thailand adalah filsafat local Thai yang dijarkan oleh Sang Raja Thailand, HM Bumibol Adulyanej. Raja Bumibol Adulyanej adalah tokoh filsafat ekonomi Thailand, yang filsafatnya digunakan sebagai filsafat ekonomi Negara Thailand. Filsafat ekonomi Thailand disebut "philosophy of sufficient economy", yang telah dikembangkan oleh Raja Thai, Bhumibol selama 4 dekade.Â
Tahap pertama adalah dalam mengaplikan teori "the piloshopy of sufficient economy" adalah Negara Thailand harus mengatur jumlah penduduknya. Karena prinsip dasarnya adalah Negara baru bisa maju jika kebutuhann dasar semua masyarakatnya terpenuhi, karena itu jumlah populasi menjadi sangat penting diatur.Â
Filsafat ekonomi ini bukanlah tentang bagaimana system ekonomi bisa bekerja, tapi lebih kepada bagaimana membuat ekonomi yang tepat. Tujuan filsafat economi ini adalah menciptakan "balanced and sustainable development", dan kesiapan untuk menghadapi segala perubahan. Â
Ada tiga prinsip yang berlaku didalam filsafat "sufficient economy" Thailand, yaitu reason, moderation, dan immunity. Prinsip pertama, reasons, artinya ekonomi Thailand menekankan pada keputusan ekonomi yang menyeimbangkan "kearifan local Thai" dan "globalisasi". Titik beratnya terletak pada prinsip " kemasuk akalan" dalam pengambilan keputusan Negara dengan tujuan memajukan ekonomi rakyat Thailand.Â
Supaya "masuk-akal", maka pengambila keputusan haru dilakukan "step by step", dimulai dari unit terkecil dalam masyarakat. Prinsip kedua, moderation, artinya setiap keputusan harus disertai pengetahuan akan potensi diri terhindar dari keserakahan. Titik beratnya ada dalam pengetahuan "apa yang sungguh dibutuhkan diri dan lingkungan" agar dapat memilih produk terbaik dari komsumsi.Â
Dan Prinsip ketiga, immunity, artinya keputusan ekonomi harus disertai risk-manajement, pengambilan keputusan harus disertai analisis. Pengambilan keputusan risk management artinya memiliki jangkauan analisis dampak yang panjang, baik buruk ataupun baik bagi masyarakat.Â
Berdasarkan tiga prinsip tersebut, target ekonomi Thai dimulai dari hal kecil, yaitu kecukupan pangan masyarakat, baru menuju ekspor. Kecukupan ekonomi harus dirasakan ditiga level, mulai dari level terkecil hingga terbesar, yaitu keluarga, komunitas, dan nasional. Dalam level Asean, kaidah ekonomi "philosophy of sufficient economy" milik Thailand dipromosikan sebagai kearifan local Bangsa Thai.Â
Sesuai dengan yang dikenalkan oleh mantan Sekjen ASEAN, Surin menyatakan bahwa filsafat ekonomi Thailand menjadi landasan berdirinya Asean Economic Community tahun 2016. Filsafat ekonomi Thailand yang mengutamakan azas kecukupan, diaplikasikan dalam AEC dengan slogan "Caring and sharing society". Artinya didalam masyarakat ASEAN, anggota komunitas tidak akan saling mengeksploitasi sesama dan menghambur-hamburkan sumber daya alam. Masyarakat ekonomi ASEAN juga harus memiliki imunitas terhadap dampak perubahan global dan perubahan politik-ekonomi internasional.
Voravidh memberikan contoh ketahanan ekonomi Thailand yang berlandaskan filsafat "sufficient economy" dengan peristiwa Asia Crisis tahun 1997. Pada masa 1997, ketika industri Asia terkena perubahan ekonomi global, pekerja pabrik Thai dapat bertahan dan mengolah lahan pertaniannya.Â
Meski indutri kota terimbas krisis 1997, tetapi sektor pertanian dipedesaan  masih tetap bertahan, menyelamatkan kantong pangan Thai. Landasan utama AEC, jika ingin belajar dari Thailand adalah kecukupan diri atau bisa berdikari didalam kosa kata yang diciptakan oleh bung Karno di Indonesia.
Melalui filsafat ekonomi kecukupan diri ala Thai maka AEC  akan difokuskan pada prinsip "sustainable growth" dan "reduce proverty gap". AEC hingga saat ini juga  tidak boleh menerima mentah-mentah 2 konsep kapitalisme global tanpa mempertimbangkan kerusakan nilai local, terutama lingkungan pada wilayah ASEAN.Â
Dengan kecukupan diri ini maka Sumber daya alam Thailand akan terjaga, masyarakatnya tidak serakah dan investor dicegah untuk eksploitasi sumber daya alam. Ketika investor datang, tidak mudah terburu-buru dalam mengambil keputusan, dan selalu melihat kesejahteraan masyakat internal, dan lain-lain.
Target utama ekonomi dari AEC 2016, dengan berlandaskan prinsip dari Thailand, tidak melihat GDP, tapi target gap ekonomi harus diminimalisir. Karena dalam filsafat ekonomi ditekankan adalah keputusan, maka targetnya bukanlah quick move, tapi long term impact dalam menuju AEC.Â
Dalam kesimpulannya, ekonomi Thailand dalam menghadapi AEC Â adalah konservasi nilai dan kepentingan lokalitas dalam modernisasi. Dalam menghadapi AEC mulai 2016 hingga saat ini, 3 prinsip keputusan ekonomi Thailand, yaitu Moderation (cukup), Reasonabless (masukan akal), dan Risk Management (persiapan). Maka keputusan ekonomi dianggap sah jika ada knowledge (pengetahuan relevan dan terkoneksi), dan virtue (sabar, jujur, dan waspada).
Salah satu alasan mengapa di Thailand gerakan menabung sangat diuatamakan dan ditanamkan sejak usia dini. Karena prisnisp hutang dan investasi melebihi kapasitas tidak disarankan untuk dilakukan di dalam kacamata prinsip ekonomi Thailand. Kelebihan dari prinsip ekonomi ini adalah ide untuk memproduksi secara cukup untuk melindungi lingkungan dan menjaga jumlah sumber daya alam (SDA).Â
Produksi harus tepat sasaran dan diarahkan untuk komsumsi masyarakat internal terlebih dahulu, jika ada kelebihan, baru di ekspor. Dengan prinsip ini, maka Thailand siap menghadapi AEC, dan menghindar dari ancaman kelangkaan produksi serta kehabisan sumber daya alam dimasa depan. Inilah gambaran tentang nilai local dan prinsip ekonomi masyarakat Thailand dalam menghadapi AEC.
Sepanjang perjalanan menyusuri Thailand dari wilayah paling Utara Ibu Kota Ciang Mai menuju Bangkok, baru dilanjutkan ke Kota Khat Yai menembus Kota Kuala Lumpur, sepanjang perjalanan disuguhkan beraneka ragama nilai-nilai yang kami dapatkan berbedah jauh dengan nilai-nilai di Indonesia. Akses transfortasi sebagai penghubung  sepanjang jalan semuanya berjalan mulus dan lancar.Â
Berbedah jauh dengan kondisi di Indonesia, meskipun Indonesia memiliki kultur alam yang jauh lebih subur dibandingkan dengan Negara-negara tetangga tetapi kenyataan menunjukkan bahwa kemajuan lebih besar dan meninggalkan jauh Negara kita. Perjalanan ini semakin memberikan sebuah makna dan jawaban akan eksotik dan keunikan Thailand sebagai Negara yang siap merajai ASEAN Economic Community yang akan datang.
Ada beberapa aspek yang dimiliki Thailand dalam mempersipakan diri merajai AEC dalam proses pembangunan Negaranya, yaitu pertama, kesiapan komunitas usaha kecil menengah, dimana diantara sepuluh negaa ASEAN, Thailand dan Malaysia mempunyai karakteristik pasar yang sedikit banyak mirip dengan Indonesia. Berangkat dari kenyataan itu, Indonesia sejatinya bisa mengintip kedua Negara tersebut sebelum realisasi komunitas Asean economic community pada tahun 2018 ini.Â
Dengan menjajaki pasar di Negara Thailand, pelaku UKM juga bisa belajar strategi pasar seperti cara membuat produk kerjaninan, merancang toko hingga strategi memasarkan produk. Di Thailand para penjual sudah siap dalam melayani konsumen dengan bahasa inggris dapat dilihat pada sepanjang toko-toko penjual kerajinan tangan dipinggir jalan, walaupun dibeberapa pelaku UKM di Thailand berkedudukan dipedesaan juga masih di temukan belum memiliki kemampuan berbahasa inggris.Â
Eksistensi dari komunitas usaha kecil dan menengah,maka apapun aksi yang dilakukan student Movement in Thailand tidak akan pernah mengganggu pertumbuhan ekonomi di Thailand karena pertumbuhan ekonomi Thai bersumber pada Usaha Kecil Menengah dari Masyarakat sudah tumbuh dengan penuh kesadaran, sehingga produksi barang dan jasa tetap berjalan stabil.
Faktor kedua yaitu Sumber daya manusia, dimana selama beberapa dekade pembangunan sampai sekarang, perubahan besar dalam system pelayanan sipil Thailand telah dibuat, terutama dalam manajemen sumber daya manusia menuju Negara adi daya di Asia.Â
Misi yang belum selesai dalam reformasi layanan publik di Thailand adalah isu-isu tata kelola politik, korupsi atau konflik kepentingan, kualitas pelayanan public, profesionalisme pegawai negeri sipil, dan etika terutama professional. Isu tersebut merupakan ancaman potensial yang menyebabkan konflik nilai-nilai dan krisis sosial di Thailand. Konsep reformasi kebijakan sipil terus dievaluasi dan diteliti.Â
Tantangan bagi reformasi layanan sipil Thailand adalah bagaiamana pegawai negeri sipil belajar dan menyesuaikan diri dalam resfonsif terhadap era perubahan dan globalisasi. Isu penting lainnya mempromosikan penelitian tentang reformasi layanan sipil serta forum manajemen pengetahuan untuk pengalaman dalam organisasi pelayanan publik.
Arah masa depan untuk reformasi layanan publik mencakup masalah proses pembelajaran dalam reformasi layanan sipil, mempromosikan tata pemerintahan yang baik, meningkatkan nilai-nilai inti dan reformasi budaya, menjunjung tinggi profesionalisme serta kode etik professional diantara pegawai negeri sipil, dan mendorong para pemimpin transformasi disemua tingkat untuk mengatasi konflik dan krisis resolusi.Â
Kendala dan reformasi dilakukan dilakukan di Thailand dalam tahap krisis memerlukan kemauan politik dan stabilitas politik yang dapat mengintegrasikan upaya reformasi pelayanan publik. Reformasi pelayanan publik dilakukan selama 25 tahun dibangun melalui Reformasi koognitif (coognitif reform), Repormasi pendidikan (education reform), dan Reformasi prilaku (behavioral reform).
Faktor ketiga adalah Sarana dan prasarana yang sangat memadai dalam mendukung segala pelayanan di Thailand. Karena kesiapan Thailand membuat kadang saya berpikir bahwa di Indonesia gedung fisik pendidikan dibangun sebaik-baiknya, namun kualitas akademiknya tidak sebanding dengan kemewahan itu. Di Thailand, bukan universitas yang gedungnya dibangun sedemikian mewah.Â
Pemerintah justru membangun transfortasi publik yang sangat baik. MRT dan skytrain di Thailand, kereta bawah tanah dan kereta cepat, sudah setaraf dengan transfortasi public di Eropa, bahkan salah satu yang terbaik di Asia. Jalan jalan di Bangkok Umumnya ramai, namun tidak semacet Jakarta. Sepanjang jalan banyak dijumpai tuk tuk (mirip bajai), pedagang makanan bakar, dan juga warna warni bendera menghiasi sudut-sudut jalan. Taman kota terbangun dengan baik dan dapat dinikmati warga sepanjang hari.Â
Pedagang kaki lima membanjiri sudut kota, bahkan lebih padat dibandingkan Jakarta. Inilah salah satu bagian terbesar diambil pelajaran dari Bangkok tentang mengelola informalitas. Di Bangkok, pedagang kaki lima ada diberbagai sudut kota dan tidak pernah terjadi penggusuran. Akan tetapi pedagang kaki lima di pelihara dengan baik dari kebersihan dan ketertiban kota tetap terjaga dengan baik.Â
Suasana kota Bangkok dibeberapa sudut kota lebih mirip dengan kota Yogyakarta atau Malioboro yang sangat ramah dan hangat kepada touris (pendatang). Satu hal yang paling saya suka dari Bangkok adalah pasarnya yang ramai dan sibuk tetapi aman, dan pasar tradisional dipelihara dan diremajakan. MBK, Chatuchak, Siam Paragon, dan Patpong adalah paling  saya favoritkan.Â
Wisata saya bukan untuk belanja banyak barang, tetapi sekedar melongok kehidupan yang berbeda dan hiruk pikuk kehidupan ibu kota Negara Thailand. Di Bangkok, pasar tetap buka sampai malam karena perekonomian Bangkok mengandalkan sektor pariwisata, dimana pasar malam pun ramai dikunjungi para turis.Â
Ada yang paling menarik ketika dipasar malam minggu di Kota Chiang Mai hanya sekali seminggu yang sangat padat ketika lagu kebesaraan raja Thailand dinyanyikan maka semua orang berdiri diam sebagai tanda penghormatan kepada Raja dan bagian dari nasionalisme yang sangat konsisten dijunjung tinggi. Â Â
Faktor keempat adalah Kesiapan struktur social, dimana Bangkok identik dengan kehidupan malam, dan itu yang membedakan Thailand dengan beberapa Negara Asia lainnya, adalah penerimaan warga Thailand terhadap budaya asing.Â
Beberapa Negara Asia Tenggara, seperti Indonesia, Vietnam, atau Malaysia, terdapat resistensi budaya yang cukup dari masyarakat asli. Tapi di Thailand, semua mengalir seperti air sungai, dimana budaya barat dan budaya asli hidup berdampingan.Â
Tetapi ruang untuk tergusurnya budaya asli tidak terlalu dikahwatirkan, salah satunya karena peran kerajaan yang masih sangat kuat, dan rakyat Thailand sangat patuh pada raja. Sehingga meskipun rakyat Thailand mengikuti budaya Barat, kerajaan tetap masih secara rutin menjejakkan berbagai kebudayaan asli. Periode masyarakat Thailand terhadap negaranya terbentuk melalui kebiasaan kerajaan mengagumkan kerajaan Thai. Berbeda dengan Vietnam, salah satu destinasi turis di Asia Tenggara, budaya asli dan nasionalisme dijejakkan setinggi langit.
Budaya masyarakat Thailand sangat menjunjung tinggi komitmen dan konsistensi dalam mematuhi segala aturan-aturan yang sudah ditetapkan, baik dalam bentuk aturan kerajaan, system pemerintahan, maupun dalam system kebudayaan.Â
Oleh karena itu kehidupan di Thailand sangat tertib, dan sangat berbeda dengan kehidupan di Indonesia yang semberawut. Sepanjang jalan mengelilingi Kota Bangkok dengan menikmati pemandangan dan pariwisata Kota Bangkok menghilangkan kepenatan.Â
Kepenatan pun terobati dengan pijatan tradisional yang sangat ampuh untuk mengusir lelah dijajaran pedagang kaki lima dengan biaya yang relatif murah. Inilah bagian eksotiknya Thailand dilihat seprti buah yang manis, masam, namun juga menyengat. I hope I'll see you again.. hehehee......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H